Sabtu, 30 September 2017

PENYAKIT ALZHEIMER



Pengertian Penyakit Alzheimer

Penyakit Alzheimer adalah kondisi kelainan yang ditandai dengan penurunan daya ingat, penurunan kemampuan berpikir dan berbicara, serta perubahan perilaku pada penderita akibat gangguan di dalam otak yang sifatnya progresif atau perlahan-lahan.

Pada fase awal, seseorang yang terkena penyakit Alzheimer biasanya akan terlihat mudah lupa, seperti lupa nama benda atau tempat, lupa tentang kejadian-kejadian yang belum lama dilalui, dan lupa mengenai isi percakapan yang belum lama dibicarakan bersama orang lain.

Seiring perkembangan waktu, gejala akan meningkat. Penderita penyakit Alzheimer kemudian akan kesulitan melakukan perencanaan, kesulitan bicara atau menuangkan sesuatu ke dalam bahasa, kesulitan membuat keputusan, kerap terlihat bingung, tersesat di tempat yang tidak asing, mengalami gangguan kecemasan dan penurunan suasana hati, serta mengalami perubahan kepribadian, seperti mudah curiga, penuntut, dan agresif. Pada kasus yang parah, penderita penyakit Alzheimer bisa mengalami delusi dan halusinasi, serta tidak mampu melakukan aktivitas atau bahkan tidak mampu bergerak tanpa dibantu orang lain.

Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit Alzheimer, di antaranya adalah gaya hidup yang tidak sehat, berjenis kelamin wanita, berusia di atas 65 tahun, memiliki orang tua atau saudara kandung yang sakit Alzheimer, memiliki riwayat penyakit jantung, dan pernah mengalami luka berat di kepala.

Gejala Penyakit Alzheimer

Tahap perkembangan gejala penyakit Alzheimer dibagi menjadi tiga, yaitu tahap awal, tahap pertengahan, dan tahap akhir. Pada tahap awal, gejala penyakit Alzheimer umumnya akan sulit dikenali karena kemungkinan penderita akan mengira penurunan daya ingat sebagai hal yang lumrah seiring efek perkembangan usia. Namun ketika gejala memasuki tahap lebih lanjut, dampak yang lebih signifikan akan mulai terlihat pada diri dan perilaku penderita.

Tingkat kecepatan berkembangnya gejala penyakit Alzheimer berbeda-beda pada tiap penderita, tapi umumnya gejala akan berkembang secara perlahan-lahan selama beberapa tahun.

Berikut ini adalah contoh-contoh gejala penyakit Alzheimer di tahap awal yang bisa menjadi tanda peringatan bagi Anda.

·         Lupa dengan nama benda atau tempat.

·         Lupa dengan kejadian-kejadian yang belum lama dialami.

·         Lupa dengan hal-hal yang belum lama dibicarakan dengan orang lain.

·         Kerap tersesat di tempat atau daerah yang seharusnya sudah familiar.

·         Salah menaruh barang (misalnya menaruh piring di dalam lemari baju).

·         Suka lupa cara menggunakan suatu barang.

·         Kesulitan dalam menulis.

·         Sering mengulang pertanyaan yang sama.

·         Kesulitan merangkai kata-kata dalam berkomunikasi.

·         Terlihat kurang berenergi dan tidak antusias.

·         Tampak seperti mengalami depresi.

·         Enggan beradaptasi dengan perubahan.

·         Enggan melakukan hal-hal yang baru.

·         Tidak tertarik lagi terhadap aktivitas yang sebelumnya disukai.

·         Lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur, duduk, atau menonton televisi daripada mengobrol dengan keluarga atau bersosialisasi.

·         Sulit membuat keputusan.

·         Mudah berburuk sangka.

Ketika memasuki tahap pertengahan, tingkat keparahan gejala penyakit Alzheimer yang sudah ada sebelumnya akan meningkat. Biasanya penderita yang sudah memasuki tahap ini perlu diberi perhatian ekstra dan mulai dibantu di dalam aktivitas kesehariannya, misalnya mandi, menggunakan toilet, berpakaian, dan makan. Berikut ini adalah contoh-contoh gejala penyakit Alzheimer pada tahap menengah.

·         Sulit mengingat nama anggota keluarga sendiri atau teman.

·         Disorientasi dan rasa bingung yang meningkat (misalnya penderita tidak tahu di mana dirinya berada).

·         Mengalami masalah dalam berkomunikasi.

·         Perubahan suasana hati yang makin sering terjadi.

·         Gelisah, frustrasi, cemas, dan depresi.

·         Kadang-kadang mengalami gangguan penglihatan.

·         Perilaku impulsif, repetitif, atau obsesif.

·         Mulai mengalami halusinasi atau delusi. 

Setelah gejala melewati fase pertengahan dan masuk ke tahap akhir, penderita penyakit Alzheimer akan membutuhkan pengawasan dan bantuan secara total dari orang lain dalam hari-hari mereka. Tidak hanya penderita yang merasa sangat tertekan, tapi dapat juga dirasakan oleh orang-orang di sekitar mereka juga. Contoh-contoh gejala penyakit Alzheimer pada tahap akhir adalah:

·         Penurunan daya ingat yang sudah makin parah.

·         Tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain.

·         Menderita penyakit infeksi.

·         Halusinasi dan delusi yang memburuk, membuat penderita menjadi selalu curiga terhadap orang-orang di sekitarnya, bahkan berlaku kasar juga.

·         Tidak mampu bergerak tanpa dibantu orang lain.

·         Buang air kecil atau besar tanpa disadari.

·         Berat badan turun secara signifikan.

·         Tidak lagi memedulikan kebersihan dirinya sendiri.

·         Tidak mampu makan sendiri.

·         Mengalami kesulitan menelan saat makan.

Penyebab Penyakit Alzheimer

Hingga saat ini penyebab pasti penyakit Alzheimer belum diketahui. Namun para ahli yang melakukan penelitian mengemukakan bahwa di dalam otak penderita terjadi pengendapan protein beta-amyloid dan kekusutan neurofibril yang menghalangi suplai nutrisi antar sel otak. Seiring waktu, beta amyloid yang mengendap dan neurofibril yang kusut akan merusak dan mematikan sel-sel otak sehingga akhirnya membuat ukuran otak menyusut. Saat proses tersebut berjalan, gejala akan tampak pada penderita, yaitu berupa daya ingat berkurang, perubahan suasana hati, dan menurunnya kemampuan bicara. Rusaknya sel-sel otak juga dapat menurunkan kadar neurotransmitter di dalam otak yang berimbas kepada kacaunya koordinasi antarsaraf otak.

Berikut ini sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit Alzheimer.

·         Umur.

Penyakit Alzheimer rentan diidap oleh orang-orang yang telah berusia di atas 65 tahun (terlebih lagi bagi mereka yang berusia di atas 80 tahun). Namun dari keseluruhan kasus yang terjadi, lima persen penderita penyakit alzheimer adalah orang-orang yang berusia 40-65 tahun.

·         Bejenis kelamin wanita.

·         Genetik.

Menurut penelitian, mereka yang memiliki orang tua atau saudara dengan Alzheimer akan lebih berisiko terkena penyakit yang sama. Kurang dari lima persen kasus penyakit Alzheimer terjadi akibat perubahan atau mutasi genetik yang diturunkan dari generasi sebelumnya.

·         Mengidap sindrom down.

Gangguan genetik yang menyebabkan terjadinya sindrom Down juga dapat menyebabkan penumpukan protein beta-amyloid di otak sehingga memicu terjadinya penyakit Alzheimer.

·         Mengidap gangguan kognitif ringan.

Orang-orang dengan kondisi ini biasanya akan memiliki masalah pada daya ingat yang mungkin saja dapat memburuk seiring perkembangan usia.

Selain faktor-faktor di atas, sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit Alzheimer. Karena itu, harap waspada jika Anda sering terpapar asap rokok, jarang berolahraga, jarang mengonsumsi makanan berserat, menderitakolestrol tinggi, hipertensi, obesitas, dan diabetes tipe 2.

Diagnosis Penyakit Alzheimer

Alzheimer yang terdiagnosis sejak dini dapat membuat penderita memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan persiapan serta perencanaan untuk masa depan. Satu hal yang lebih penting lagi adalah mendapatkan penanganan yang lebih cepat.

Sebenarnya cara paling akurat dalam mendiagnosis penyakit Alzheimer adalah melalui autopsi yang memungkinkan pemeriksa melihat jaringan otak penderita.

Dokter akan mencurigai pasien menderita penyakit Alzheimer jika pertanyaan yang dijawab oleh pasien seputar gejala, riwayat kesehatan dirinya dan keluarga (termasuk obat yang dikonsumsi), serta gaya hidup mengarah kepada penyakit selain Alzheimer.

Selain mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait hal-hal di atas, dokter juga kemungkinan akan melakukan:

·         Pemeriksaan darah di laboratarium.

Pemeriksaan ini dilakukan guna mengetahui apakah ada kondisi lain selain penyakit Alzheimer yang menyebabkan pasien mengalami penurunan daya ingat atau kebingungan, misalnya seperti defisiensi vitamin atau gangguan tiroid.

·         Pemeriksaan.

Pemeriksaan ini dilakukan guna mengetahui seberapa baik fungsi saraf pasien, misalnya dengan menguji keseimbangan, koordinasi, daya refleks, kemampuan mendengar atau melihat, dan kekuatan otot saat bangun dari duduk atau pun berjalan.

·         Pemerikasaan mental.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan berpikir, daya ingat, serta fungsi mental pasien yang dibandingkan dengan orang yang seumur serta sama tingkat pendidikannya.

·         Pemindaian otak.

Pemeriksaan ini dilakukan guna mendeteksi adanya kelainan atau perubahan di dalam otak dan memastikan disebabkan oleh penyakit Alzheimer dan bukan kondisi lain, seperti cedera berat, stoke, atau tumor. Metode pemindaian otak bisa dilakukan dengan CT scan, MRI, pemeriksaan cairan serebrospinal, dan tomografi emisi positron.

Pengobatan Penyakit Alzheimer

Penyakit Alzheimer belum dapat disembuhkan. Cara penanganan yang ada saat ini hanya bertujuan untuk meredakan gejala, memperlambat perkembangan penyakit, serta membuat penderita dapat hidup semandiri mungkin.

Jenis obat-obatan yang biasanya diresepkan oleh dokter untuk penyakit Alzheimer adalah rivastigmine, galantamine, donepezil, dan memantine. Keempat obat ini mampu meredakan gejala demensia dengan cara meningkatkan kadar zat tertentu di dalam otak.

Rivastigne, galantamine, dan donepezil biasa digunakan untuk menangani penyakit Alzheimer dengan tingkat gejala awal hingga menengah. Ketiga obat ini termasuk kelompok 
acetylcholinesterase inhibitors (ACE inhibitors) yang mampu mencegah penurunan neurotransmitter acetylcholine (zat yang berperan dalam kemampuan belajar dan daya ingat otak). Sedangkan memantine biasanya diresepkan bagi penderita Alzheimer dengan gejala tahap menengah yang tidak dapat mengonsumsi obat ACE inhibitors. Memantine juga dapat diresepkan pada pederita Alzheimer dengan gejala yang sudah memasuki tahap akhir.

Efek samping yang mungkin timbul dari mengonsumsi rivastigne, galantamine, dan donepezil adalah:

·         Kram otot.

·         Diare.

·         Mual.

·         Insomnia.

·         Rasa lelah.

·         Sakit kepala.

·         Pusing.

·         Agitasi.

·         Penurunan ritme jantung.

Sedangkan efek samping yang mungkin timbul dari mengonsumsi memantine adalah:

·         Sakit kepala.

·         Pusing.

·         Sesak napas.

·         Konstipasi.

·         Rasa lelah.

·         Hipertensi.

·         Perasaan bingung.

·         Gangguan keseimbangan.

Selain melalui obat-obatan, pengobatan psikologis juga dapat diterapkan untuk menangani penyakit Alzheimer.

·         Stimulasi kognitif.

Metode ini bertujuan meningkatkan daya ingat, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan dalam memecahkan masalah.

·         Terapi relaksasi dan terapi perilaku kognitif.

Metode ini bertujuan mengurangi halusinasi, delusi, agitasi, kecemasan, depresi yang dialami oleh penderita Alzheimer.

Jika Anda menderita penyakit Alzheimer atau memiliki keluarga yang menderita penyakit ini, lakukanlah tips berikut ini di rumah.

·         Buatlah catatan mengenai hal-hal yang ingin Anda lakukan dan tempel catatan tersebut di pintu, kulkas, dekat televisi, atau di mana pun yang mudah terlihat.

·         Setel alarm pada jam/ponsel sebagai pengingat atau beri tahu orang yang Anda percaya mengenai rencana kegiatan yang akan Anda lakukan dan mintalah pada mereka untuk mengingatkan.

·         Simpan kontak kerabat, teman-teman, atau orang-orang yang Anda butuhkan di buku telepon dan di ponsel.

·         Simpan kunci di tempat yang biasanya Anda ingat dan mudah terlihat.

·         Setel tanggal secara tepat pada ponsel agar Anda tidak lupa dengan hari atau bila perlu mulailah berlangganan surat kabar tiap hari.

·         Tempelkan label pada tiap wadah tertutup agar Anda tidak lupa isinya, misalnya pada laci atau lemari makanan.

·         Pasang pegangan pada tangga atau kamar mandi untuk menghindari diri dari terjatuh.

·         Kurangi jumlah cermin karena dapat membuat penderita Alzheimer kebingungan atau bahkan ketakutan.

·         Atur perabotan agar tidak mengganggu dan membahayakan gerak penderita.

Pencegahan Penyakit Alzheimer

Umumnya, orang-orang yang pikiran dan fisiknya selalu aktif, serta mereka yang suka bersosialisasi tidak akan mudah terkena penyakit Alzheimer. Karena itu lakukanlah hal-hal menyenangkan yang dapat menstimulasi gerak tubuh dan pikiran Anda. Misalnya dengan bermain musik, bermain yang dapat menstimulasi otak, menulis, membaca, belajar bahasa asing, mengikut kegiatan sosial, dan berolahraga. Jalan santai di pagi atau sore hari, berenang, tenis, bulutangkis, dan golf adalah contoh-contoh olahraga ringan yang direkomendasikan.

Penyakit jantung sering dikaitkan dengan risiko mengidap penyakit  Alzheimer. Jika seseorang memiliki risiko tinggi terkena penyakit jantung, maka dirinya pun lebih rentan terkena penyakit Alzheimer. Karena itu, lakukanlah beberapa langkah berikut ini agar jantung tetap sehat dan terhindar dari risiko terkena penyakit Alzheimer.

·         Konsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang, kadar lemak dan kolesterolnya rendah. Tingkatkan asupan serat, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.

·         Berhenti merokok dan batasi konsumsi minuman beralkohol.

·         Jika Anda menderita stroke, diabetes, hipertensi, atau kolesterol tinggi, teraturlah dalam mengonsumsi obat resep dan menjalani nasihat dari dokter mengenai pola hidup sehat.

·         Jika Anda mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, berusahalah untuk menurunkan berat badan secara aman.

·         Pastikan Anda selalu rutin memeriksakan tekanan darah, serta kadar kolesterol dan gula secara teratur untuk mengantisipasi gangguan yang makin parah.

·         Berolahraga secara rutin sedikitnya 2,5 jam tiap minggu, seperti bersepeda atau berjalan kaki.

Kamis, 28 September 2017

PEMFIGOID BULOSA



Pengertian Pemfigoid Bulosa

Pemfigoid bulosa adalah penyakit autoimun langka yang menyebabkan munculnya gangguan pada kulit berupa lepuhan (bulosa/bula) kulit berisi air. Penyakit ini umum ditemui pada orang yang berusia lebih dari 60 tahun, di mana bula biasanya muncul di area lipatan kullit seperti ketiak, paha atas, dan perut bagian bawah. Selain lansia, pemfigoid bulosa juga bisa dialami oleh anak-anak dan perempuan hamil.

Pemfigoid bulosa bisa menjadi situasi yang mengancam nyawa jika dialami oleh lansia yang memiliki kondisi kesehatan yang sudah kurang baik. Tidak ada penyembuh untuk penyakit ini, namun beberapa macam pengobatan akan membantu meredakan gejalanya. Penderita akan diberikan obat tertentu yang akan menekan sistem kekebalan agar tidak menyerang lapisan kulit atau mukosa yang normal.

Penyebab Pemfigoid Bulosa

Pemfigoid bulosa disebabkan oleh suatu kondisi autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh menghasilkan antibodi yang justru melawan sel-sel yang sehat dalam tubuh.

Pada kasus pemfigoid bulosa, sistem kekebalan tubuh menyalahartikan jaringan sehat di bawah kulit sebagai benda asing yang berbahaya, sehingga tubuh menghasilkan antibodi untuk melawannya. Antibodi ini kemudian memicu proses peradangan di lapisan antara kulit luar (epidermis) dan lapisan di bawahnya (dermis), sehingga terbentuk sebuah bula yang gatal.

Penyebab sistem kekebalan menyerang lapisan kulit penderita masih belum diketahui dengan pasti. Pada beberapa kasus, kondisi ini muncul akibat terpicu oleh penggunaan obat-obatan tertentu seperti penisilin, sulfasalazine, furosemide, dan etanercept. Selain obat-obatan tertentu, faktor lain yang juga bisa memicu pemfigoid bulosa adalah sinar ultraviolet yang biasa digunakan untuk mengobati kondisi kulit tertentu dan juga terapi radiasi pada penderita kanker.

Selain pemfigoid bulosa terdapat beberapa jenis pemfigoid lain berdasarkan lokasi dan waktu atau periode kemunculan bula.

·         Pemfigoid Gestationis.

Ketika bula muncul sesaat setelah kehamilan, biasanya selama trimester kedua atau ketiga kehamilan. Bula biasanya muncul di area lengan, perut, dan kaki. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah herpes gestationis walau tidak ada hubungannya dengan virus herpes.

·         Pemfigoid Cicatricial.

Ketika bula muncul di membran mukosa yang terdapat di mata, hidung, mulut, tenggorokan, dan area kelamin. Bula awalnya muncul di salah satu area baru kemudian menyebar ke area lain jika tidak diobati.

Gejala Pemfigoid Bulosa

Gejala utama pemfigoid bulosa adalah kemunculan bula berisi cairan berwarna jernih yang tidak mudah pecah ketika disentuh. Terkadang, cairan ini juga bercampur dengan darah. Warna kulit di sekitar bula ada yang normal dan ada juga yang berwarna lebih gelap atau kemerahan. Beberapa penderita pemfigoid bulosa juga akan memiliki eksim atau ruam yang menyerupai bentol bekas gigitan nyamuk.

Pada sebagian besar kasus, bula muncul di perut bagian bawah, pangkal paha, dan lengan. Sedangkan area lainnya adalah lipatan kulit di sisi dalam sendi, paha, atau siku. Selain muncul lepuhan berisi cairan ini, rasa gatal juga akan muncul di kulit sekitar bula.

Jika pemfigoid bulosa muncul di membran mukosa, maka gejala utamanya adalah bula yang muncul di area mata dan mulut. Bula yang muncul di area mata akan membutuhkan penanganan yang segera agar tidak berkembang menjadi jaringan parut. Segera temui dokter jika ada memiliki bula yang telah berlangsung lama dan bukan disebabkan oleh alergi maupun tanaman beracun.

Diagnosis Pemfigoid Bulosa

Untuk memperoleh diagnosis, dokter akan mengambil contoh jaringan kulit penderita yang terinfeksi pemfigoid, lalu memeriksanya di laboratorium. Sampel jaringan ini akan di tes untuk kandungan antibodi yang menyerupai karakteristik pemfigoid. Kandungan ini juga bisa ditemukan pada darah, sehingga penderita kemungkinan akan melalui tes darah juga.

Pengobatan Pemfigoid Bulosa

Pengobatan pemfigoid bulosa dilakukan untuk menekan sistem kekebalan yang menyerang jaringan kulit dan menyebabkan peradangan, meredakan gatal, dan agar kulit dapat kembali pulih secepat mungkin. Beberapa jenis obat yang biasanya dianjurkan dokter dalam kondisi ini adalah:

·         Obat golongan kortikosteroid.Obat ini tersedia dalam bentuk pil dan salep, di mana obat salep memiliki efek samping lebih sedikit daripada pil. Obat yang paling umum digunakan adalah prednisone. Waspadai penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu panjang, karena dapat memicu reaksi efek samping, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, katarak, dan tulang yang melemah.

·         Obat penekan sistem kekebalan (immunosuppressants). Obat ini menghambat tubuh memproduksi sel darah putih yang bertugas melawan penyakit. Obat ini juga digunakan untuk mengurangi dosis prednisone (kortikosteroid) yang dibutuhkan penderita, guna menghindari efek samping dari kortikosteroid. Beberapa contoh obat immunosuppressants adalah mycophenolate mofetil dan azathioprine.

·         Obat antiperadangan. Obat ini bisa digunakan dengan obat kortikosteroid. Beberapa contoh obat yang memiliki kandungan antiperadangan adalah tetracycline (antibiotik), methotrexate (obat untuk kondisi arthritis), dan dapsone (obat untuk lepra).

Jika tidak segera diobati, bula yang pecah dapat menjadi terinfeksi dan berkembang menjadi kondisi bernama sepsis, yaitu infeksi pada darah yang mengancam nyawa. Ketika pemfigoid bulosa muncul pada membran mukosa di area mulut atau mata, komplikasi yang muncul adalah jaringan parut pada area tersebut.

Penderita juga dapat melakukan beberapa langkah perawatan mandiri untuk menjaga kondisinya dari faktor-faktor risiko, seperti:

·         Menghindari paparan sinar matahari khususnya pada area kulit yang terkena pemfigoid bulosa.

·         Menghindari cedera yang bisa membuat kulit menjadi rapuh dan bula menjadi pecah. Lindungi bula yang pecah dengan menggunakan pelapis yang kering dan steril agar terhindar dari infeksi.

·         Perhatikan makanan yang Anda konsumsi. Penderita pemfigoid yang memiliki bula di area mulut akan mengalami kesulitan makan khususnya ketika mengonsumsi makanan yang keras dan renyah, seperti keripik dan sayuran atau buah mentah. Makanan-makanan ini dapat memperparah gejala.