Senin, 25 September 2017

OTITIS MEDIA



Pengertian Otitis Media

Otitis media adalah infeksi yang terjadi pada telinga bagian tengah, yaitu ruang di belakang gendang telinga yang memiliki tiga tulang kecil dengan fungsi untuk menangkap getaran dan meneruskannya ke telinga bagian dalam.

Semua orang bisa mengalami otitis media, namun kondisi ini lebih umum terjadi pada anak-anak berusia di bawah 10 tahun dan pada bayi berusia 6-15 bulan. Menurut perkiraan, sekitar 25 persen anak-anak mengalami otitis media sebelum berumur 10 tahun.

Otitis media merupakan salah satu penyebab yang paling umum dari sakit telinga. Berikut ini adalah tanda dan gejala yang bisa terjadi pada anak-anak:

·         Sering menarik, menggenggam, dan menggaruk telinga.

·         Mengalami demam.

·         Tidak mau makan.

·         Mudah marah atau rewel.

·         Tidak bereaksi dengan suara lirih atau pelan.

·         Susah tidur di malam hari.

Sedangkan gejala otitis media yang biasanya dialami oleh remaja dan orang dewasa adalah munculnya rasa sakit pada telinga dan kehilangan pendengaran. Rasa sakit yang diakibatkan oleh infeksi ini terjadi karena peradangan dan penimbunan cairan di telinga bagian tengah. Sangat disarankan untuk segera menemui dokter agar dapat terhindar dari komplikasi yang membahayakan.

Gejala Otitis Media

Kemunculan gejala otitis media biasanya terjadi dalam waktu 2-7 hari setelah terjadinya flu atau ispa. Gejala yang muncul adalah:

·         Demam.

·         Sakit telinga.

·         Merasa tidak enak badan.

·         Merasa kelelahan.

·         Sedikit kehilangan indera pendengaran.

·         Keluar cairan dari dalam telinga.

Sebagian besar otitis media bersifat akut dengan gejala yang pulih secara cepat dalam beberapa hari.
Meski umumnya dapat pulih dengan sendirinya dalam beberapa hari, kadang-kadang terjadi beberapa keadaan yang mengharuskan penderita otitis media segera mendapatkan pengobatan secara medis, misalnya:

·         Gejala yang muncul tidak membaik setelah tiga hari.

·         Tidak bisa tidur dan rewel (jika dialami oleh bayi).

·         Rasa sakit yang dirasakan cukup parah.

·         Keluarnya cairan atau nanah dari telinga.

·         Terdapat kelainan lain, seperti cystic fibrosis atau penyakit jantung bawaan.

Selain otitis media akut, ada juga yang dinamakan dengan otitis media supuratif kronik (OMSK). 

Otitis media supuratif kronik adalah infeksi telinga yang berlangsung selama beberapa minggu hingga bulan, dan menyebabkan keluarnya cairan dari telinga dengan tekstur beragam (bisa kental, encer, bening, atau bernanah). Kondisi OMSK lebih jarang terjadi dibandingkan otitis media akut, namun dapat merusak fungsi telinga jika tidak diobati dengan tepat.

Di bawah ini adalah tanda-tanda yang bisa terlihat pada bayi yang mengalami otitis media:

·         Menarik, menggenggam, dan menggaruk telinga.

·         Sakit pada bagian telinga saat berbaring.

·         Lebih sering menangis daripada biasanya.

·         Kehilangan selera makan.

·         Tidak bereaksi dengan suara lirih atau pelan.

·         Susah tidur di malam hari.

·         Kehilangan keseimbangan.

·         Batuk-batuk.

·         Hidung berair.

·         Diare.

Pastikan untuk memperhatikan tanda-tanda tersebut karena bayi belum bisa menjelaskan rasa sakit atau ketidaknyamanan yang mereka rasakan.

Penyebab Otitis Media

Otitis media sebagian besar diawali oleh flu atau infeksi saluran pernapasan atas. Infeksi pada saluran napas bagian atas dapat menyebabkan penumpukan lendir atau mukosa pada bagian tersebut. Akibat kondisi ini, tuba Eustachius yang menghubungkan telinga bagian tengah dengan bagian belakang hidung, mengalami penyumbatan dan peradangan.

Fungsi utama dari tuba Eustachius adalah untuk mempertahankan tekanan udara di dalam telinga agar tetap normal. Selain itu, saluran ini berguna untuk mengeringkan mukosa dan kotoran dari telinga tengah, serta memastikan udara dalam telinga selalu bersih. Ketika tuba Eustachius tersumbat atau meradang, mukosa tidak bisa mengering dengan baik, sehingga infeksi lebih mudah terjadi.

Salah satu jaringan yang ada di belakang tenggorokan, yaitu kelenjar adenoid, juga bisa menghambat tuba Eustachius apabila mengalami pembengkakan. Kondisi ini akan menyebabkan terjadinya penimbunan mukosa yang mengarah pada infeksi telinga tengah. Jika infeksi telinga sering terjadi, kelenjar adenoid kemungkinan harus diangkat.

Faktor Resiko Otitis Media

Risiko terjadinya penyumbatan dan infeksi lebih tinggi terjadi pada anak-anak karena mereka memiliki tuba Eustachius yang lebih kecil dan kelenjar adenoid yang lebih besar dibandingkan orang dewasa. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya otitis media:

·         Berjenis kelamin laki-laki.

·         Memiliki riwayat keluarga dengan otitis media atau penyakit terkait seperti asma.

·         Berusia di bawah 10 tahun, terutama bayi berusia 6-15 bulan.

·         Berada di sekitar perokok atau lingkungan berasap.

·         Musim atau cuaca ketika banyak anak terserang penyakit flu dan pilek.

·         Berada di penitipan anak sehingga risiko tertular infeksi dari anak lain meningkat.

·         Memakai dot.

·         Tidak mengonsumsi ASI.

·         Memberi makan anak ketika mereka sedang berbaring.

·         Menderita bibir sumbing.

·         Menderita sindrom Down.

Diagnosis Otitis Media

Dalam mendiagnosis otitis media atau infeksi telinga tengah, dokter akan menggunakan alat yang disebut otoskop, yaitu sebuah alat kecil yang dilengkapi lampu dan kaca pembesar pada bagian ujungnya. Dengan otoskop, dokter bisa mendeteksi keberadaan cairan di telinga bagian tengah dan tanda-tanda infeksi, seperti:

·         Gendang telinga membengkak.

·         Memiliki warna yang berbeda dari biasanya.

·         Terbentuknya lubang pada gendang telinga.

·         Munculnya cairan pada kanal telinga.

Untuk memeriksa apakah terjadi penyumbatan pada telinga tengah, otoskop juga bisa digunakan untuk meniupkan udara ke dalam telinga. Gendang telinga akan bergerak sedikit jika tuba Eustachius bersih, dan tidak bergerak jika tersumbat.

Jika hasil dari pemeriksaan yang sudah dilakukan belum cukup, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan lanjutan juga berguna untuk melihat tanda-tanda komplikasi akibat otitis media. Beberapa tes lanjutan tersebut adalah:

·         Audiometri.

Pemeriksaan ini berfungsi untuk menentukan apakah terjadi penurunan fungsi pendengaran atau tidak. Sebuah alat bernama audiometer akan digunakan untuk menghasilkan suara dengan tingkat volume dan frekuensi yang berbeda-beda.

·         Timpanometri.

Berfungsi untuk mengukur reaksi gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara. Gendang telinga yang sehat akan bergerak jika terjadi perubahan tekanan udara. Jika gendang telinga tetap diam, maka kemungkinan terdapat cairan di belakangnya.

·         Pencitraan.

Prosedur ini cukup langka untuk dilakukan. CT scan dan MRI mungkin diperlukan jika infeksi diperkirakan sudah menyebar dari telinga bagian tengah ke area di sekitarnya.

Pengobatan Otitis Media

Sebagian besar otitis media akan pulih dengan sendirinya tanpa pengobatan dalam kurun waktu tiga hari. Rasa sakit dan demam bisa diatasi dengan menggunakan paracetamol atau ibuprofen. Untuk anak-anak di bawah usia 16 tahun, hindari pemberian aspirin tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Selain penggunaan obat-obatan untuk meredakan rasa sakit pada telinga, penderita bisa menggunakan kain atau handuk hangat yang diletakkan di atas telinga yang sakit.

·         Penggunaan antibiotik dalam otitis media.

Penggunaan antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri ringan dikhawatirkan bisa meningkatkan risiko resistensi bakteri, sehingga antibiotik tidak lagi efisien jika digunakan untuk mengatasi infeksi yang sama di kemudian hari.

Terlepas dari itu, tidak ada bukti yang kuat bahwa antibiotik bisa mempercepat penyembuhan infeksi telinga tengah. Jika infeksi yang terjadi disebabkan oleh virus, antibiotik tidak akan berguna untuk mengatasinya.

Penggunaan antibiotik biasanya akan dianjurkan pada anak-anak apabila:

a.       Anak berusia kurang dari tiga bulan.

b.      Anak berusia kurang dari dua tahun dan mengalami otitis media di kedua telinganya.

c.       Anak memiliki kondisi yang membuat mereka rentan terhadap komplikasi, seperti penyakit jantung bawaan atau cystic fibrosis.

d.      Gejala yang dialami anak tidak membaik setelah empat hari.

e.      Ada cairan yang keluar dari telinga anak.

f.        Gejala yang muncul cukup parah.

Dalam kondisi di atas, amoxicillin akan diresepkan untuk anak selama lima hari. Jika alergi terhadap antibiotic amoxicillin, erythromycin atau clarithromycin bisa diberikan sebagai penggantinya.

Antibiotik berbentuk obat tetes telinga akan diberikan pada orang dewasa dan anak-anak, jika otitis media yang terjadi berlangsung lama atau mengidap otitis media supuratif kronik.

·         Penggunaan grommet pada otitis media.

Grommet adalah pipa kecil yang dimasukkan ke gendang telinga untuk membantu mengeringkan cairan yang ada. Alat ini digunakan pada anak-anak yang mengalami infeksi telinga tengah yang cukup parah. Waktu yang dibutuhkan untuk memasukkan grommet adalah sekitar 15 menit dan anak tidak perlu menginap di rumah sakit. Orang tua juga tidak perlu khawatir jika anak merasakan sakit karena dokter akan memberikan anestesi (pembiusan) sebelum prosedur dilakukan. Tujuan dari penggunaan grommet adalah untuk membuat gendang telinga terbuka selama beberapa bulan.

Selanjutnya dalam kurun waktu 6-12 bulan, grommet akan terdorong keluar dengan sendirinya dari gendang telinga dan copot setelah gendang telinga mulai pulih.

Bagi penderita otitis media supuratif kronik (OMSK), dokter biasanya akan memberikan obat tetes antibiotik dan mengajarkan cara mengeluarkan cairan dari dalam saluran telinga sebelum meneteskan obatnya. Perlu diingat bahwa kondisi ini tidak mudah untuk disembuhkan. Pastikan Anda selalu memonitor kondisi telinga agar terhindar dari komplikasi yang membahayakan.

Komplikasi Otitis Media

Sebagian besar kasus otitis media jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Tapi jika terjadi pada anak yang masih kecil, risiko terjadinya komplikasi cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh mereka yang masih berkembang dan belum terbentuk sempurna. Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat otitis media:

·         Gangguan dalam berbicara atau perkembangan berbahasa.

Kondisi ini dapat terjadi jika anak Anda sering mengalami infeksi telinga dan memengaruhi indera pendengaran mereka saat masih kecil.

·         Labirintitis.

Labirin adalah struktur halus yang berada jauh di dalam telinga. Terkadang, infeksi bisa menyebar hingga ke area ini. Kondisi ini dikenal dengan istilah labirintitis. Gejala dari labirintitis dapat berupa pusing, vertigo, kehilangan pendengaran, dan kehilangan keseimbangan. Gejala ini akan hilang dalam beberapa minggu, tapi mungkin Anda akan diberikan resep obat-obatan untuk meredakan gejala ini.

·         Lubang pada gendang telinga.

Dalam kondisi tertentu, tekanan atau kerusakan yang terjadi di telinga tengah dapat merobek gendang telinga. Walau kondisi ini dapat pulih dalam waktu 72 jam dengan sendirinya, terdapat beberapa kasus parah yang mengharuskan penderitanya menjalani operasi untuk memulihkannya.

·         Mastoidistis.

Mastoid adalah tulang yang berada di belakang telinga. Jika infeksi yang terjadi menyebar hingga ke area ini, maka dikenal dengan istilah mastoiditis. Gejala dari mastoiditis adalah demam, sakit kepala, kehilangan indera pendengaran, serta pembengkakan, merah, dan rasa sakit pada bagian belakang telinga. Kondisi ini bisa ditangani dengan antibiotik yang diberikan lewat pembuluh darah atau dengan operasi.

·         Kolesteatoma.

Kolesteatoma adalah kumpulan sel-sel kulit abnormal di dalam telinga. Kondisi ini bisa muncul akibat infeksi telinga tengah yang sering kambuh atau yang bersifat kronis. Jika dibiarkan, kolesteatoma bisa merusak struktur telinga dan mengganggu fungsi pendengaran. Gejala dari kolesteatoma adalah kehilangan pendengaran, kelumpuhan pada setengah bagian wajah, pusing, dan tinnitus atau telinga berdesir. Operasi pengangkatan kolesteatoma akan diperlukan pada kebanyakan kasus ini.

·         Meningitis.
=
Apabila infeksi yang terjadi menyebar hingga ke selaput pelindung otak dan saraf tulang belakang, maka akan muncul kondisi yang disebut meningitis. Komplikasi otitis media jenis ini cukup jarang terjadi. Gejala akibat meningitis adalah sakit kepala parah, demam, mual, leher kaku, jantung berdetak cepat dan sensitif terhadap cahaya. Segera temui dokter jika Anda mencurigai terjadi meningitis.

·         Abses otak.

Abses otak adalah pembengkakan yang berisi nanah dan muncul di dalam otak. Ini adalah komplikasi otitis media yang jarang terjadi. Gejalanya berupa sakit kepala parah, kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh, demam, kebingungan, dan kejang-kejang. Ini adalah kondisi darurat yang membutuhkan penanganan di rumah sakit. Pengobatan biasanya dilakukan melalui pemberian antibiotik dan operasi untuk mengeluarkan nanah yang ada di dalam otak.

·         Kelumpuhan wajah.

Saraf wajah adalah kelompok saraf yang melewati tempurung kepala dan digunakan untuk mengontrol ekspresi wajah. Pembengkakan yang terjadi akibat infeksi telinga tengah bisa menekan saraf-saraf wajah, meski kondisi ini sangat jarang sekali terjadi. Akibat tekanan tersebut, penderita tidak bisa menggerakkan sebagian atau seluruh bagian wajah mereka. Kondisi ini akan pulih kembali jika infeksi yang terjadi sudah diobati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar