Pengertian
Menorrhagia
Menorrhagia atau haid berlebihan adalah keluarnya darah
menstruasi secara berlebihan atau dalam jumlah yang terlampau banyak. Selama
masa menstruasi, jumlah rata-rata darah yang dikeluarkan adalah 30-40 ml. Dan
seorang wanita dianggap mengalami haid berlebihan jika kuantitas darah yang dia
keluarkan berkisar antara 60-80 ml.
Sebenarnya jumlah tersebut tidak bisa dijadikan patokan
pasti karena jumlah darah menstruasi pada setiap wanita berbeda-beda. Namun,
untuk memudahkan Anda sebagai wanita mengenali kondisi ini, perhatikanlah
indikasi-indikasi tertentu, seperti banyaknya jumlah pembalut yang Anda
habiskan atau seringnya darah menembus pakaian Anda karena tidak tertampung
oleh pembalut.
Dari indikasi tersebut Anda bisa membandingkannya dengan
menstruasi-menstruasi sebelumnya yang biasa Anda lalui. Jika Anda khawatir
mengalami haid secara berlebihan, maka sebaiknya temui dokter.
Gejala
Menorrhagia
Selain terlalu banyaknya darah yang dikeluarkan, haid
berlebihan juga bisa disertai gejala lainnya, yaitu rasa nyeri. Umumnya dikenal
dengan istilah nyeri atau kram menstruasi, yang dalam bahasa medis dikenal
dengan nama dismenore. Dismenore umumnya terjadi ketika dinding rahim
berkontraksi dan menekan pembuluh darah di sekitarnya. Akibatnya, pasokan
oksigen terhenti dan menyebabkan munculnya rasa nyeri.
Meskipun tidak selalu menjadi pertanda suatu kondisi yang
serius, haid berlebihan dapat mengganggu kehidupan sehari-hari wanita yang
mengalaminya, baik secara emosi, psikis, maupun sosial.
Penyebab
Menorrhagia
Ada sejumlah kondisi yang berpotensi menyebabkan wanita
mengalami haid berlebihan, diantaranya adalah fibrosid rahim, endometriosis,
polip endometrium, dan penggunaan KB spiral atau IUD (intrauterine contraceptive devices).
Selain keempat kondisi tersebut, beberapa lainnya yang
mungkin juga dapat menyebabkan haid berlebihan adalah:
·
Sindrom ovarium polikistik.
·
Adenomiosis.
·
Penyakit radang panggul.
·
Hipotiroidisme.
·
Gangguan pembekuan darah.
Sedangkan, untuk penyebab kasus haid berlebihan yang sangat
jarang ditemui adalah kanker rahim.
Diagnosis
Menorrhagia
Diagnosis menorrhagia biasanya dapat dilakukan dokter dari
gejala yang ada. Untuk memperoleh keterangan seputar gejala yang dirasakan
pasien, dokter akan menanyakan seberapa banyak darah yang dikeluarkan pasien
dan berapa lama masa menstruasi yang biasa dialami oleh mereka. Selain itu
dokter juga akan bertanya seberapa sering pasien perlu mengganti pembalut
mereka dan apakah pasien merasakan gejala lain yang menyertai, misalnya nyeri
panggul, nyeri pasca berhubungan seksual, da nada tidaknya perdarahan di antara
jadwal haid bulanan.
Pemeriksaan lebih lanjut biasanya dilakukan tergantung pada
hasil pemeriksaan awal dan riwayat kesehatan pasien itu sendiri. Jika dokter
mencurigai ada kondisi lain yang menyebabkan pasien mengalami haid berlebihan,
maka pemeriksaan lanjutan seperti berikut ini perlu dilakukan, diantaranya:
·
Pemeriksaan area panggul bagian dalam.
·
Pemeriksaan darah.
·
Biopsi.
·
USG.
Pengobatan
Menorrhagia
Selain menurunkan atau menghentikan volume perdarahan yang
cukup banyak dan mencegah terjadinya anemia defisiensi besi, pengobatan
menorrhagia juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penderitanya.
Namun apabila dokter tidak mencurigai adanya masalah serius
yang menyebabkan menorrhagia, atau kondisi tersebut tidak mengganggu aktivitas
sehari-hari penderitanya, pengobatan tidak diperlukan.
Ada dua cara untuk mengobati menorrhagia, yaitu melalui
obat-obatan dan operasi. Obat-obatan seringkali dijadikan pilihan utama
terutama jika pemeriksaan masih berjalan dan belum menunjukkan hasil pasti
mengenai penyebab menorrhagia. Dokter dapat memberikan obat jika pasien tidak
merasakan gejala apa pun yang mengarah pada kondisi serius.
Beberapa jenis obat-obatan yang bisa digunakan untuk
menangani menorrhagia adalah:
·
Tablet asam traneksamat.
Obat ini terbukti mampu menurunkan perdarahan hingga hampir 58%. Asam
traneksamat bekerja dengan cara membantu proses penggumpalan darah di dalam
rahim. Efek samping yang mungkin ditimbulkan dari penggunaan obat ini adalah
diare dan dispesia.
·
Obat-obatan anti inflamasi nonsteroid (OAINS).
Selain dapat meredakan gejala nyeri, obat ini juga dapat menurunkan
produksi salah satu hormon yang berperan dalam terjadinya menorrhagia, yaitu hormon
prostaglandin. Contoh obat OAINS yang bisa digunakan adalah ibuprofen,
naproxen, dan asam mefenamat. Obat ini bisa menurunkan pendarahan hingga 49%.
Efek samping yang mungkin timbul dari penggunaan OAINS sama seperti asam
traneksamat yaitu diare dan dispesia.
·
Pil kontasepsi kombinasi.
Pil yang mengandung hormon progestogen dan estrogen ini dapat mencegah
pelepasan sel telur di dalam rahim setiap bulannya. Selain mengobati
menorrhagia, obat ini juga dapat mengurangi nyeri haid dan mengatasi siklus menstruasi
yang tidak teratur. Efek samping yang mungkin ditimbulkan dari penggunaan obat
ini adalah retensi cairan, mual, nyeri payudara, dan perubahan suasana hati.
·
LNG-IUS (Levonorgestrel-releasing intrauterine
system).
Ini merupakan sejenis alat kontrasepsi yang mampu menurunkan perdarahan
hingga 96%. LNG-IUS bekerja dengan cara memperlambat pertumbuhan lapisan rahim.
Alat plastik berukuran kecil ini digunakan dengan cara dimasukkan ke dalam
rahim. Di dalam rahim LNG-IUS kemudian akan melepaskan hormon progestogen
secara perlahan-lahan. Efek samping yang mungkin ditimbulkan dari penggunaan
obat ini adalah munculnya jerawat, nyeri atau rasa tidak nyaman di payudara,
dan amenorea (terhentinya menstruasi selama masa penggunaan).
·
Progestogen suntik dan obat minum norethisterone
(progestogen buatan).
Kinerja keduanya dalam mengobati menorrhagia sama seperti LNG-IUS, yaitu
memperlambat pertumbuhan dinding sel rahim. Efek samping yang biasa muncul dari
penggunaan progestogen suntik adalah kenaikan berat badan, tertundanya
kehamilan (biasanya hingga enam bulan sampai setahun setelah pengobatan
dihentikan), sindrom prahaid (nyeri payudara, retensi cairan, dan perut
kembung). Sedangkan efek samping obat minum norethisterone oral adalah nyeri
payudara dan tumbuhnya jerawat.
·
Analog GnRH (Gonadotropin releasing hormone).
Ini
merupakan salah satu obat yang efektif dalam mengurangi perdarahan saat
menstruasi. Terapi agonis GnRH biasanya tidak dilakukan secara rutin, namun
lebih sekadar pengobatan sementara bagi pasien yang akan menempuh jalan operasi
untuk mengobati menorrhagia. Kadang-kadang, dalam kasus tumor jinak di dalam
rahim atau fibroid, hormon agonis GnRH dapat diberikan dalam bentuk suntik.
Efek samping yang mungkin ditimbulkan dari terapi ini adalah berkeringat,
sensasi panas di tubuh (hot flashes),
dan vagina kering.
Prosedur operasi biasanya akan direkomendasikan oleh dokter
apabila menorrhagia sudah tidak bisa lagi ditangani dengan obat-obatan. Ada
bermacam-macam jenis operasi untuk kondisi ini, dan beberapa di antaranya
adalah:
·
Embolisasi arteri rahim.
Prosedur ini diperuntukkan untuk menangani menorrhagia yang disebabkan
oleh fibroid. Fibroid adalah tumor non-kanker yang tumbuh di dinding rahim.
Pada prosedur embolisasi arteri rahim, fibroid disusutkan dengan cara memblokir
arterinya menggunakan manik-manik plastik berukuran mikro. Akibatnya pasokan
darah ke fibroid terhenti. Manik-manik plastik tersebut disuntikkan melalui
selang khusus yang dimasukkan ke dalam pangkal paha. Embolisasi arteri rahim
adalah prosedur yang paling banyak dipilih dokter, karena selain tingkat
keberhasilannya yang tinggi dalam mengobati menorrhagia yang disebabkan
fibroid, prosedur ini juga jarang menimbulkan komplikasi.
·
Miomektomi.
Dalam miomektomi, fibroid diangkat melalui pembedahan. Prosedur ini dapat
dilakukan dengan cara operasi melalui dinding abdomen, melalui pembuatan
lubang-lubang kecil (laparoskopi), atau melalui vagina (histerokopi). Pada
sebagian kasus, fibroid tumbuh kembali setelah miomektomi.
·
Reseksi endometrium.
Prosedur ini menghancurkan dinding uterus menggunakan kawat panas.
Setelah menjalani prosedur ini, kehamilan tidak dianjurkan.
·
Ablasi endometrium.
Prosedur ini dilakukan dengan cara menghancurkan penebalan dinding rahim
secara permanen. Ada dua jenis teknik ablasi endometrium. Yang pertama adalah
menghancurkan lapisan rahim dengan menggunakan sebuah balon yang dimasukkan ke
dalam rahim dan kemudian dipanaskan. Teknik kedua adalah menghancurkan lapisan
rahim dengan menggunakan gelombang radiasi.
·
Histerektomi.
Biasanya
prosedur ini ditempuh apabila menorrhagia sudah tidak bisa lagi ditangani oleh
cara apa pun dan gejalanya sudah sangat parah. Histerektomi adalah operasi
pengangkatan rahim yang otomatis akan menghentikan menstruasi selamanya dan membuat
pasien tidak bisa memiliki anak lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar