Sabtu, 20 Januari 2018

POLYCYSTIC OVARY SYNDROME



Pengertian Polycystic Ovary Syndrome

Polycystic ovary syndrome (PCOS) atau sindrom ovarium polikistik merupakan kondisi terganggunya fungsi ovarium pada wanita yang berada di usia subur. Kondisi ini menyebabkan hormon wanita yang menderita Polycystic ovary syndrome menjadi tidak seimbang karena hal-hal yang tidak diketahui.

Tanda-tanda awal Polycystic ovary syndrome adalah masa ovulasi atau subur yang tidak beraturan, meningkatnya kadar hormon pria (androgen) dalam tubuh wanita, dan munculnya banyak kista (kantong berisi cairan) pada ovarium. Jika seorang wanita mengalami setidaknya dua dari tiga tanda awal itu, maka kemungkinan ia mengidap Polycystic ovary syndrome.

Gejala Polycystic Ovary Syndrome

Biasanya gejala-gejala Polycystic ovary syndrome akan semakin jelas terlihat ketika wanita memasuki usia 16 sampai 24 tahun. Beberapa gejala-gejala umum Polycystic ovary syndrome adalah:

·         Pertumbuhan rambut yang berlebihan, biasanya di punggung, bokong, wajah, atau dada.

·         Kulit berminyak atau berjerawat.

·         Depresi.

·         Kesulitan untuk hamil.

·         Rambut kepala rontok atau menipis.

·         Berat badan bertambah.

·         Menstruasi tidak teratur. Dalam setahun frekuensi menstruasi lebih sedikit, atau jumlah darah yang dikeluarkan saat menstruasi lebih banyak.

Penyebab Polycystic Ovary Syndrome

Sampai saat ini penyebab pasti Polycystic ovary syndrome masih belum diketahui, tapi diduga ada hubungannya dengan kadar hormon yang tidak normal. Namun, ada beberapa faktor yang mungkin bisa mendorong terjadinya Polycystic ovary syndrome, yaitu:

·         Resistensi terhadap insulin.

Jaringan tubuh resisten terhadap insulin, sehingga tubuh terpacu untuk memproduksi lebih banyak insulin yang mengganggu pembuahan normal dan memicu penambahan berat badan.

·         Ketidakseimbangan hormone.

Hal ini disebabkan antara lain karena naiknya kadar testosteron (hormon yang dominan pada tubuh pria), naiknya hormon lutein (kadar yang tinggi malah menganggu kerja ovarium), turunnya kadar globulin pengikat-hormon seksual (SHBG) sehingga aktivitas testosteron meningkat di dalam tubuh, dan naiknya hormon prolaktin (hormon yang memicu produksi air susu).

·         Faktor keturunan.

Jika salah seorang anggota keluarga mengidap Polycystic ovary syndrome, maka risiko Anda semakin besar untuk terkena Polycystic ovary syndrome.

Jika tidak segera ditangani, penderita Polycystic ovary syndrome berisiko terkena beberapa penyakit seperti:

·         Diabetes tipe 2.

·         Sindrom metabolik.

·         Tekanan darah tinggi termasuk hipertensi pada masa kehamilan.

·         Perlemakan hati non-alkoholik.

·         Meningkatnya kadar kolesterol darah.

·         Infertilitas.

·         Sleep apnea.

·         Kadar lemak darah tidak normal.

·         Gangguan menstruasi berupa perdarahan abnormal dari rahim.

Diagnosis Polycystic Ovary Syndrome

Diagnosis merupakan langkah dokter untuk mengidentifikasi penyakit atau kondisi yang menjelaskan gejala dan tanda-tanda yang dialami oleh pasien. Untuk mendiagnosis Polycystic ovary syndrome, dokter akan melakukan beberapa hal berikut:

·         Pemeriksaan fisik.

Dokter akan mencatat beberapa informasi penting tentang tubuh penderita seperti tinggi badan, berat badan, tekanan darah, keadaan kulit, menghitung indeks massa tubuh, memeriksa payudara, perut, dan kelenjar tiroid. Dokter juga akan memeriksa organ reproduksi wanita.

·         Tes darah.

Penderita akan diminta untuk menjalani tes darah untuk mengukur kadar hormon, kadar gula darah dan tingkat kolesterol.

·         Tes ultrasound.

Tes ini akan memperlihatkan jumlah kista dalam ovarium dan ketebalan dinding uterus.

Pengobatan Polycystic Ovary Syndrome

Polycystic ovary syndrome tidak bisa disembuhkan, namun gejala-gejalanya dapat dikendalikan. Opsi-opsi penanganan yang bisa ditempuh oleh penderita Polycystic ovary syndrome adalah:

·         Mengubah gaya hidup .

Penderita Polycystic ovary syndrome yang obesitas, bisa mulai untuk menurunkan berat badan. Lalu penderita Polycystic ovary syndrome perokok disarankan untuk berhenti, sebab wanita perokok punya kadar hormon androgen lebih tinggi dibanding wanita non-perokok.

·         Pembedahan.

Pembedahan kecil yang disebut Laparoscopic Ovarian Drilling (LOD) menjadi opsi untuk menangani masalah kesuburan yang disebabkan Polycystic ovary syndrome.

·         Terapi hormon.

Bisa dilakukan bagi penderita Polycystic ovary syndrome yang tidak ingin merencanakan kehamilan. Terapi ini bisa menormalkan siklus menstruasi, mencegah kanker uterus, pertumbuhan rambut yang berlebihan, munculnya jerawat, dan rontoknya rambut kepala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar