Selasa, 20 September 2016

AUTISME



Pengertian Autisme

Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi kemampuan anak dalam berkomunikasi, interaksi sosial, dan perilaku. ASD tak hanya mencakup autisme, tapi juga melingkupi sindrom Asperger, sindrom Heller, dan gangguan perkembangan pervasif (PPD-NOS).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, diperkirakan ada sekitar 2,4 juta orang penyandang autisme di Indonesia pada tahun 2010. Jumlah penduduk Indonesia pada saat itu mencapai 237,5 juta jiwa, berarti ada sekitar satu penyandang autisme pada setiap 100 bayi yang lahir.

Sangatlah penting untuk mewaspadai gejala-gejalanya sedini mungkin, sebab ASD termasuk kondisi yang tidak bisa disembuhkan. Meski demikian, terdapat berbagai jenis penanganan serta langkah pengobatan  intensif yang bisa membantu para penyandang autisme untuk menyesuaikan langkah pengobatan diri dalam kehidupan sehari-hari, serta mencapai potensi mereka secara maksimal.

Gejala Autisme

Penyebab autisme belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diduga bisa memicu seseorang untuk mengalami gangguan ini. Faktor-faktor pemicu tersebut meliputi:

·         Jenis kelamin.
                                                                                                               
Anak laki-laki memiliki risiko hingga 4 kali lebih tinggi mengalami autisme dibandingkan dengan anak perempuan.

·         Faktor keturunan.

Orang tua seorang pengidap autisme berisiko kembali memiliki anak dengan kelainan yang sama.

·         Pajanan selama dalam kandungan.

Contohnya, pajanan terhadap minuman beralkohol atau obat-obatan (terutama obat epilepsi untuk ibu hamil) selama dalam kandungan.

·         Pengaruh gangguan lainnya.

Seperti sindrom Down, distrofi otot, neurofibromatosis, sindrom Tourette, lumpuh otak (cerebral palsy) serta sindrom Rett.

·         Kelahiran prematur.

khususnya bayi yang lahir pada masa kehamilan 26 minggu atau kurang.

Perlu ditegaskan sekali lagi bahwa keterkaitan antara pemberian vaksin (terutama MMR) dengan autisme tidaklah benar. Justru, dengan pemberian vaksin, anak Anda akan terhindar dari terinfeksi maupun menyebarkan kondisi-kondisi yang berbahaya bagi dirinya maupun orang lain.

Diagnosis Autisme

Jika Anda mencemaskan perkembangan anak Anda, pastikan Anda mengonsultasikannya pada dokter. Apabila dokter mencurigai adanya gejala autisme, Anda biasanya akan dirujuk pada dokter maupun tenaga spesialis untuk diagnosis lebih lanjut seperti psikolog, ahli saraf anak, psikiater, dokter spesialis anak, dan ahli terapi wicara.

Autisme umumnya didiagnosis berdasarkan gejala yang ditunjukkan oleh sang anak. Ini dilakukan karena tidak ada langkah pemeriksaan spesifik untuk mendiagnosis autisme secara akurat.

Beberapa jenis pemeriksaan yang mungkin akan dianjurkan adalah sebagai berikut:

·         Pemeriksaan kondisi fisik serta riwayat kesehatan pasien dan keluarga.

Langkah ini berfungsi untuk menghapus kemungkinan adanya penyakit lain.

·         Pemantauan perkembangan kemampuan anak.

Sang anak biasanya akan diminta untuk mengikuti sejumlah kegiatan agar kemampuan dan aktivitasnya bisa diamati serta diperiksa secara khusus. Pemeriksaan terfokus ini meliputi kemampuan bicara, perilaku, pola pikir anak, dan interaksi dengan orang lain.

Meski demikian, hasil pemeriksaan tersebut belum tentu bisa mendiagnosis autisme secara pasti. Jika para spesialis tidak bisa mengkonfirmasi diagnosis autisme meski pemeriksaan telah selesai, anak anda mungkin dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang saat usianya lebih tua dan gejala autisme makin terlihat.

Pengobatan Autisme

Autisme termaksut kelainan yang tidak bisa disembuhkan. Namun banyak layanan bantuan pendidikan serta terapi prilaku khusus yang dapat meningkatkan kemampuan penyandang autism. Aspek-aspek penting  dalam perkembangan anak yang seharusnya menjadi focus adalah kemampuan berkomunikasi, berinteraksi, kognitif, serta akademis.

Penanganan autism bertujuan untuk mengembangkan kemampuan para penyandang semaksimal mungkin agar mereka bisa menjalani kehidupan sehari-hari.

Beberapa langkah penangnan yang umum di anjurkan adalah:

·         Terapi prilaku dan komunikasi.

Ini dilakukan agar penyandang autisme lebih mudah beradaptasi. Contoh terapinya adalah terapi prilaku kongnitif atau Congnitif Behavioural  Therapy (CBT).

·         Terapi keluarga.

Walau tidak bisa menyembuhkan autism, obat-obatanmungkin diberikan untuk mengendalikan gejala-gejala tertentu. Contoh, antidepresan untuk mengendalikan gangguan kecemasan, penghambat pelepasan selektif serotonin (SSRI)untuk menangani depresi, melatonin untuk mengatasi gangguan tidur, atau obat anti-psikotik untuk menangani prilakuyang agresif dan membahayakan.

·         Terapi psikologi.

Penanganan ini diajurkan apabila penyandang autism juga mengidap masalah kejiwaan lain seperti gangguan kecemasan.

Pengajaran dan Pelatihan Untuk orang Tua Penderita Autisme

Peran orang tua bagi anak-anak penyandang autisme sangatlah penting. Partisipasi aktif orang tua akan mendukung dan membantu meningkatkan kemampuan sang anak.

Mencari informasi sebanyak mungkin tentang autisme serta penanganannya sangat dianjurkan untuk para orang tua. Anda bisa mencari tahu lebih banyak melalui Masyarakat Peduli Autis Indonesia (MPATI) serta Yayasan Autisma Indonesia.

Membantu anak Anda untuk berkomunikasi juga dapat mengurangi kecemasan dan memperbaiki perilakunya, karena komunikasi adalah hambatan khusus bagi anak-anak dengan autisme. Kiat-kiat yang mungkin bisa berguna meliputi:

·         Menggunakan kata-kata yang sederhana.
·         Selalu menyebut nama anak saat mengajaknya bicara.
·         Manfaatkan bahasa tubuh untuk memperjelas maksud Anda.
·         Berbicara dengan pelan dan jelas.
·         Beri waktu pada anak Anda untuk memroses kata-kata Anda.
·         Jangan berbicara saat di sekeliling Anda berisik.

Metode Pengobatan Autisme yang sebaiknya di Hindari

Ada sejumlah metode pengobatan alternatif yang dianggap bisa mengatasi autisme, tapi, keefektifannya sama sekali belum terbukti dan bahkan berpotensi membahayakan. Metode-metode pengobatan alternatif yang sebaiknya dihindari tersebut adalah:

·         Pola makan khusus, misalnya makanan bebas gluten.
·         Terapi khelasi, yaitu pengguanaan obat-obatan atau zat tertentu untuk menghilangkan zat logam (terutama merkuri) dari dalam tubuh.
·         Terapi oksigen hiperbarik yang menggunakan oksigen dalam ruang udara bertekanan tinggi.
·         Terapi neurofeedback, di mana pasien akan melihat gelombang otaknya melalui monitor dan diajari cara untuk mengubahnya.

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar