Pengertian Stroke
Stroke adalah kondisi yang
terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau berkurang akibat
penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik) Tanpa
darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel
pada sebagian area otak akan mati. Kondisi ini menyebabkan bagian tubuh yang
dikendalikan oleh area otak yang rusak tidak dapat berfungsi dengan baik.
Stroke adalah keadaan darurat
medis karena sel otak dapat mati hanya dalam hitungan menit. Tindakan
penanganan secara cepat dapat meminimalkan tingkat kerusakan otak dan
kemungkinan munculnya komplikasi.
Menurut riset kesehatan dasar
yang diselenggarakan oleh Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2013, di Indonesia
terdapat lebih dari 2 juta penduduk, atau 12 dari 1000 penduduk, menderita
stroke dengan persentase terbesar berasal dari provinsi Sulawesi Selatan.
Selain itu, stroke juga merupakan pembunuh nomor 1 di Indonesia, lebih dari 15%
kematian di Indonesia disebabkan oleh stroke. Stroke iskemik memiliki kejadian
yang lebih sering dibandingkan dengan stroke hemoragik, namun stroke hemoragik
membunuh lebih sering dibandingkan dengan stroke iskemik. Hipertensi yang
diikuti dengan diabetes dan kolesterol tinggi merupakan kondisi yang paling sering
meningkatkan risiko terjadinya stroke di Indonesia.
Gejala Stroke
Setiap bagian tubuh dikendalikan oleh bagian otak yang
berbeda-beda, sehingga gejala stroke tergantung pada bagian otak yang terserang
dan tingkat kerusakannya. Gejala atau tanda stroke bervariasi pada setiap
orang, namun umumnya muncul secara tiba-tiba. Ada 3 gejala utama stroke yang
mudah untuk diingat, yaitu:
·
Face
(wajah).
Wajah akan terlihat menurun pada satu sisi dan tidak mampu tersenyum
karena mulut atau mata terkulai.
·
Arms
(lengan).
Orang dengan gejala stroke tidak mampu mengangkat salah satu lengannya
karena terasa lemas atau mati rasa. Tidak hanya lengan, tungkai yang satu sisi
dengan lengan tersebut juga mengalami kelemahan.
·
Speech
(cara bicara).
Ucapan
tidak jelas, kacau, atau bahkan tidak mampu berbicara sama sekali meskipun
penderita terlihat sadar.
Selain itu, ada beberapa gejala dan tanda stroke lain yang
mungkin muncul, antara lain:
·
Mual
dan muntah.
·
Sakit kepala hebat yang datang secara tiba-tiba,
disertai kaku pada leher dan pusing berputar (vertigo).
·
Penurunan kesadaran.
·
Sulit menelan (disfagia), sehingga mengakibatkan tersedak.
·
Gangguan pada keseimbangan dan koordinasi.
·
Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba atau
penglihatan ganda.
Penyebab Stroke
Berdasarkan penyebabnya, ada dua jenis stroke, yaitu:
·
Stroke
iskemik.
Sekitar 80% stroke adalah jenis stroke iskemik. Stroke iskemik terjadi
ketika pembuluh darah arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak mengalami
penyempitan atau terhambat, sehingga menyebabkan aliran darah ke otak sangat
berkurang. Kondisi ini disebut juga dengan iskemia. Stroke iskemik dapat dibagi
lagi ke dalam 2 jenis, di antaranya:
a.
Stroke
trombotik.
yaitu stroke yang terjadi ketika gumpalan darah terbentuk di salah satu
pembuluh darah arteri yang memasok darah ke otak. Pembentukan gumpalan darah
ini disebabkan oleh timbunan lemak atau plak yang menumpuk di arteri (aterosklerosis) dan menyebabkan
menurunnya aliran darah.
b.
Stroke
embolik.
yaitu stroke yang terjadi ketika gumpalan darah atau gumpalan yang
terbentuk di bagian tubuh lain, umumnya jantung, terbawa melalui aliran darah
dan tersangkut di pembuluh darah otak, sehingga menyebabkan arteri otak
menyempit. Jenis gumpalan darah ini disebut embolus. Salah satu gangguan irama
jantung, yaitu fibrilasi atrium,
sering menyebabkan stroke embolik.
·
Stroke
heoragik.
Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah dan
menyebabkan perdarahan. Pendarahan di otak dapat dipicu oleh beberapa kondisi
yang memengaruhi pembuluh darah. Kondisi tersebut meliputi:
a.
Hipertensi yang tidak terkendali.
b.
Melemahnya dinding pembuluh darah (aneurisma otak).
c.
Pengobatan dengan antikoagulan (pengencer darah).
Ada dua jenis stroke hemoragik, antara lain:
a.
Perdarahan
intraserebral.
Pada perdarahan intraserebral, pembuluh darah di otak pecah dan
menumpahkan isinya ke jaringan otak di sekitarnya, sehingga merusak sel otak.
b.
Perdarahan
subarachnoid.
Pada perdarahan subarachnoid,
pembuluh darah arteri yang berada dekat permukaan otak, pecah dan menumpahkan
isinya ke rongga subarachnoid,
yaitu ruang antara permukaan otak dan tulang tengkorak.
Transient
ischemic attack memiliki gejala yang serupa dengan jenis stroke lainnya,
namun TIA umumnya hanya berlangsung selama lima menit. Kondisi ini disebabkan
oleh penurunan suplai darah ke otak akibat gumpalan darah yang menghambat
aliran darah ke otak. TIA tidak mengakibatkan kerusakan jaringan otak secara
permanen dan gejalanya pun tidak berlangsung lama. Meskipun demikian, segera
hubungi dokter untuk mencegah serangan stroke dan mengendalikan faktor
risikonya.
Faktor resiko Stroke
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
stroke. Selain stroke, faktor risiko di bawah ini juga dapat meningkatkan
risiko serangan jantung.
Faktor-faktor tersebut meliputi:
·
Faktor
kesehatan, yang meliputi:
a.
Hipertensi.
b.
Diabetes.
c.
Kolesterol
tinggi.
d.
Obesitas.
e.
Penyakit jantung, seperti gagal jantung,
penyakit jantung bawaan, infeksi jantung, atau aritmia.
f.
Sleep
apnea.
g.
Pernah mengalami TIA atau serangan jantung
sebelumnya.
·
Faktor
gaya hidup, yang meliputi:
a.
Merokok.
b.
Kurang olahraga atau aktivitas fisik.
c.
Konsumsi obat-obatan terlarang.
d.
Kecanduan
alcohol.
·
Faktor
lain yang berhubungan dengan risiko stroke, antara lain:
a.
Faktor keturunan.
Jika anggota keluarga pernah mengalami stroke, maka risiko terkena stroke
juga semakin tinggi.
b.
Usia.
Dengan bertambahnya usia, seseorang memiliki risiko stroke lebih tinggi
dibandingkan orang yang lebih muda.
Diagnosis Stroke
Bila menemui gejala seperti di atas, segera ke rumah sakit
untuk mendapat penanganan. Untuk menentukan jenis penanganan yang paling tepat
bagi stroke, dokter akan mengevaluasi jenis stroke dan area otak yang mengalami
stroke. Sebagai langkah awal diagnosis, dokter akan bertanya kepada pasien atau
anggota keluarga pasien tentang beberapa hal, yang meliputi:
·
Gejala yang dialami, awal munculnya gejala, dan
apa yang sedang pasien lakukan ketika gejala tersebut muncul.
·
Jenis obat-obatan yang sedang dikonsumsi.
·
Apakah pasien pernah mengalami cedera di bagian
kepala.
·
Memeriksa riwayat kesehatan pasien dan keluarga
pasien terkait penyakit jantung, stroke ringan (TIA), dan stroke.
Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pasien
secara keseluruhan, yang biasanya diawali dengan memeriksa tekanan darah, detak
jantung, dan bunyi bising abnormal di pembuluh darah leher dengan menggunakan
stetoskop.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan,
antara lain:
·
Tes
darah.
Pemeriksaan darah dilakukan untuk mendeteksi beberapa hal, seperti:
a.
Kadar gula darah dalam darah.
b.
Hitung jumlah sel darah untuk melihat
kemungkinan adanya infeksi.
c.
Kecepatan pembekuan darah (hemostasis).
d.
Keseimbangan zat kimia dan elektrolit dalam
darah untuk melihat fungsi organ.
·
CT
Scan.
CT Scan dapat
menghasilkan gambar otak secara detail, sehingga dapat mendeteksi tanda-tanda
perdarahan, tumor, dan stroke.
·
MRI.
Pemeriksaan MRI menggunakan
gelombang radio dan magnet untuk menghasilkan gambaran detail dari otak pasien.
MRI dapat mendeteksi jaringan otak yang mengalami kerusakan akibat stroke iskemik
dan perdarahan otak. Dokter juga dapat menyuntikkan zat pewarna ke dalam
pembuluh darah untuk melihat kondisi aliran darah di pembuluh arteri dan vena.
·
Elektrokardiografi.
Pemeriksaan elektrokardiografi
(EKG) dilakukan untuk mengetahui aktivitas listrik
jantung sehingga dapat mendeteksi adanya gangguan irama jantung atau penyakit
jantung koroner yang menyertai.
·
USG
doppler karotis.
Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar
detail mengenai kondisi bagian dalam pembuluh arteri karotis di leher. Gambar
tersebut dapat mendeteksi timbunan lemak (plak) dan kondisi aliran darah di
dalam arteri karotis.
·
Ekokardiografi.
Pemeriksaan
ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar detail dari jantung. Ekokardiografi dilakukan untuk
mendeteksi sumber gumpalan di dalam jantung yang mungkin bergerak dari jantung
ke otak, sehingga menyebabkan stroke. Ekokardiografi juga dapat melihat
penurunan fungsi pompa jantung.
Pengobatan Stroke
Penanganan khusus terhadap pasien stroke dilakukan oleh dokter saraf tergantung
pada jenis stroke yang dialami pasien, apakah stroke disebabkan gumpalan darah
yang menghambat aliran darah ke otak (stroke iskemik) atau disebabkan
perdarahan di dalam atau di sekitar otak (stroke hemoragik).
·
Pengobatan
stroke iskemik.
Penanganan awal stroke iskemik akan berfokus untuk menjaga jalan napas,
mengontrol tekanan darah, dan mengembalikan aliran darah. Penanganan tersebut
dapat dilakukan dengan cara:
a.
Penyuntikan
rtPA.
Penyuntikan rtPA (recombinant tissue
plasminogen activator) melalui infus dilakukan untuk mengembalikan
aliran darah. Namun, tidak semua pasien dapat menerima pengobatan ini. Dokter
akan menentukan apakah pasien merupakan kandidat yang tepat untuk diberikan
rtPA.
b.
Obat
antiplatelet.
Untuk mencegah pembekuan darah, digunakan obat antiplatelet, seperti aspirin.
c.
Obat
antikoagulan.
Untuk mencegah pembekuan darah, pasien dapat diberikan obat-obatan
antikoagulan, seperti heparin,
yang bekerja dengan cara mengubah komposisi faktor pembekuan dalam darah. Obat
antikoagulan biasanya diberikan pada penderita stroke dengan gangguan irama
jantung.
d.
Obat
antihipertensi.
Pada penderita stroke baru, biasanya tekanan darah tidak diturunkan
terlalu rendah untuk menjaga suplai darah ke otak. Namun, setelah keadaan
stabil tekanan darah akan diturunkan ke level optimal. Obat hipertensi juga
digunakan untuk mencegah stroke berulang, mengingat hipertensi merupakan faktor
risiko terbanyak penyebab stroke. Contoh obat hipertensi adalah obat penghambat
enzim pengubah angiotensin (ACE
inhibitor) obat penghambat alfa dan beta (alpha- dan beta-blocker), diuretik thiazide,
dan obat antagonis kalsium (calcium channel blocker).
e.
Statin.
Dokter akan memberikan obat kolesterol golongan statin, seperti atorvastatin, untuk mengatasi
kolesterol tinggi. Statin berguna untuk menghambat enzim penghasil kolesterol
di dalam organ hati.
f.
Endarterektomi
karotis.
Terkadang operasi diperlukan untuk mencegah berulangnya stroke iskemik,
salah satunya adalah endarterektomi karotis. Melalui prosedur ini, tumpukan
lemak yang menghambat arteri karotis dibuang oleh dokter dengan sebuah
pembedahan di leher pasien. Arteri katoris merupakan arteri yang terdapat di
setiap sisi leher yang menuju ke otak. Meski efektivitas operasi endarterektomi
karotis dalam mencegah stroke iskemik cukup tinggi, namun prosedur ini tidak
sepenuhnya aman dilakukan pada pasien yang juga menderita kondisi lainnya,
terutama penyakit jantung.
g.
Angioplasti.
Selain endarterektomi karotis, arteri karotis juga dapat dilebarkan
dengan teknik angioplasti. Angioplasti dilakukan melalui kateter yang
dimasukkan melalui pembuluh darah di pangkal paha untuk selanjutnya diarahkan
ke arteri karotis. Kateter ini membawa sebuah balon khusus dan stent. Setelah
berada dalam arteri karotis, balon digelembungkan untuk memperluas arteri yang
tersumbat lalu disangga dengan ring atau stent.
·
Pengobatan
stroke hemoragik.
Pada kasus stroke hemoragik, penanganan awal bertujuan untuk mengurangi
tekanan pada otak dan mengontrol perdarahan. Ada beberapa bentuk pengobatan
terhadap stroke hemoragik, antara lain:
a.
Obat-obatan.
Dokter dapat memberikan obat untuk menurunkan tekanan di otak, menurunkan
tekanan darah, dan mencegah kejang. Jika pasien mengonsumsi obat antikoagulan
atau antiplatelet, dokter akan memberikan transfusi faktor pembekuan atau
obat-obatan untuk membalik efek obat pengencer darah tersebut.
b.
Operasi.
Selain dengan obat, stroke hemoragik juga bisa ditangani dengan operasi.
Operasi dilakukan untuk mengurangi tekanan dalam otak, dan bila memungkinkan
memperbaiki pembuluh darah yang pecah
·
Pengobatan
TIA (Transien Ischemic Attak).
Pengobatan
TIA bertujuan untuk mengendalikan faktor risiko yang dapat memicu timbulnya
stroke, sehingga dapat mencegah stroke. Dokter akan memberikan obat yang
meliputi obat antiplatelet atau obat antikoagulan, obat kolesterol, serta obat
antihipertensi, tergantung dari faktor risiko yang dimiliki pasien. Dalam
beberapa kasus, prosedur operasi endarterektomi karotis diperlukan jika terdapat
penumpukan lemak pada arteri karotis.
Pemulihan Stroke
Stroke berdampak pada seluruh aspek kehidupan. Proses
rehabilitasi tergantung pada gejala yang dialami dan seberapa parah gejala
tersebut. Selama melalui masa rehabilitasi, pasien akan didampingi dan dibantu
oleh sejumlah ahli yang meliputi dokter, psikolog, terapis bicara,
fisioterapis, dan perawat.
Dampak stroke dapat bersifat meluas dan berlangsung lama.
Untuk dapat benar-benar pulih, penderita harus melakukan rehabilitasi dalam
jangka waktu yang cukup panjang. Namun, sebagian besar penderita stroke sangat
sulit untuk bisa pulih sepenuhnya. Beberapa dampak yang ditimbulkan akibat
stroke, antara lain:
·
Dampak
fisik serangan stroke.
Ada beberapa dampak fisik yang dapat terjadi akibat serangan stroke,
antara lain:
a.
Kelumpuhan pada salah satu bagian tubuh.
b.
Terganggunya koordinasi dan keseimbangan tubuh.
Kelumpuhan pada bagian tubuh sebaiknya diperiksa oleh dokter spesialis
rehabilitasi medik yang nantinya akan menyusun rencana fisioterapi. Fisioterapi biasanya akan dimulai
setelah kondisi kesehatan pasien stabil. Postur tubuh dan keseimbangan adalah
hal utama yang akan diperbaiki. Pasien akan menjalani sesi fisioterapi secara
rutin oleh fisioterapis dengan durasi yang semakin meningkat seiring pulihnya
kendali dan kekuatan otot pasien.
Umumnya, ada dua target dalam fisioterapi, yaitu target jangka pendek dan
target jangka panjang. Dalam target jangka pendek, pasien akan dilatih untuk
melakukan gerakan sederhana, seperti mengambil sebuah objek. Sementara, untuk
target jangka panjang, pasien dilatih untuk berdiri dan berjalan.
Dalam prosesnya, dokter rehabilitasi medik dan petugas fisioterapi tidak
hanya bekerja sendiri. Anggota keluarga pasien pun bisa dilibatkan. Hal ini
dilakukan agar anggota keluarga pasien tersebut mampu melatih pasien saat
berada di rumah.
Waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan fisik cenderung relatif.
Fisioterapi bisa berlangsung beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun, dan
biasanya terapi dihentikan jika kondisi pasien tidak lagi menunjukkan kemajuan.
·
Dampak
kognitif serangan stroke.
Stroke juga dapat mengganggu fungsi kognitif penderita. Fungsi kognitif
sendiri merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan otak
mengolah informasi. Fungsi kognitif meliputi:
a.
Daya ingat.
b.
Konsentrasi.
c.
Komunikasi baik secara lisan maupun tulisan.
d.
Kemampuan melakukan aktivitas fisik seperti
mandi atau makan.
e.
Kemampuan melakukan fungsi pengambilan
keputusan, seperti memecahkan masalah, membuat rencana, dan mempertimbangkan
situasi.
Sebelum rencana rehabilitasi dan pengobatan dibuat, seluruh fungsi
kognitif pasien akan diperiksa.
Selama rehabilitasi, pasien akan diajarkan berbagai teknik pemulihan
fungsi kognitif, salah satunya adalah terapi untuk memulihkan kemampuan
berkomunikasi. Sebagian fungsi kognitif akan pulih setelah rehabilitasi,
meskipun tidak seratus persen.
Kerusakan otak akibat stroke juga bisa meningkatkan risiko terjadinya
demensia vaskular. Demensia vaskular bisa terjadi langsung atau beberapa waktu
setelah serangan stroke.
·
Dampak
psikologis serangan stroke.
Setelah orang mengalami stroke, mereka mungkin akan mengalami gangguan
psikologis, seperti depresi atau gangguan kecemasan. Gangguan psikologis ini
ditandai dengan rasa marah, cemas, bingung, depresi, dan frustrasi.
Psikolog dapat memberikan nasihat dan motivasi agar stroke tidak terlalu
berdampak pada kehidupan pasien, terutama dalam kehidupan keluarga.
Salah satu terapi psikologis setelah stroke adalah terapi perilaku
kognitif (CBT). Terapi ini bertujuan membantu pasien beradaptasi dengan keadaan
yang terjadi. Selain terapi dari psikolog, dukungan orang-orang terdekat juga
sangat penting untuk mengembalikan kondisi jiwa pasien seperti semula.
·
Masalah
kemampuan berkomunikasi.
Salah satu masalah utama yang banyak dihadapi penderita stroke adalah
kemampuan berbicara, memahami, membaca, dan menulis. Kondisi ini disebut afasia atau
disfasia. Afasia terjadi akibat rusaknya bagian otak yang mengatur kemampuan
bicara atau rusaknya otot-otot yang mendukung kemampuan tersebut. Untuk
memulihkan kemampuan komunikasi, pasien akan ditangani oleh ahli terapi
terkait.
·
Masalah
pada daya penglihatan.
Sebagian penderita stroke mengalami gangguan penglihatan pascastroke,
seperti hilangnya penglihatan (buta) pada salah satu mata. Kondisi ini
disebabkan oleh rusaknya bagian otak yang menerima, mengolah, dan menerjemahkan
informasi yang dikirim oleh mata.
·
Masalah
buang air kecil.
Stroke dapat menyerang bagian otak yang mengendalikan pembuangan urine.
Karena itu orang yang pernah terserang stroke dapat mengalami inkontinensia urine.
·
Kehidupan
seks paska stroke.
Meski beberapa bagian tubuh orang yang pernah terserang stroke mengalami
kelumpuhan, namun mereka masih bisa menikmati saat-saat intim bersama pasangan
mereka. Mereka dapat mencoba sejumlah posisi yang sesuai dengan keadaan mereka.
Berhubungan intim tidak membuat penderita lebih berisiko terkena stroke lagi,
jadi penderita tidak dilarang untuk berhubungan intim. Beberapa obat stroke
dapat menurunkan libido, karena itu diharapkan pasien berkonsultasi dengan
dokter jika mengalami masalah tersebut.
·
Mengemudi
kendaraan pascastroke.
Biasanya
setelah terserang stroke, orang tidak dianjurkan untuk mengemudi selama satu
bulan. Cepat atau lambatnya seseorang boleh mengemudi kembali tergantung pada
kerusakan jangka panjang yang mereka alami dan kendaraan apa yang akan mereka
kemudikan. Dokter bisa membantu memutuskan apakah penderita boleh mengemudi
kembali atau sebaiknya menjalani pemeriksaan lanjutan terlebih dahulu.
Untuk anggota keluarga atau kerabat penderita stroke, ada
banyak yang dapat dilakukan untuk memberikan dukungan dan semangat agar
penderita dapat melalui proses rehabilitasi dengan cepat, antara lain:
·
Membantu memotivasi penderita dalam mencapai
target jangka panjang.
·
Beradaptasi dengan kondisi penderita, seperti
berbicara perlahan jika penderita mengalami masalah komunikasi.
·
Ikut terlibat dalam latihan fisioterapi.
·
Memberikan dukungan moril dan keyakinan bahwa
kondisi penderita akan pulih seiring waktu.
Rasa frustrasi dan kesepian kerap dialami oleh mereka yang
merawat penderita pascastroke. Karena itu beberapa saran yang diuraikan di
bawah ini diharapkan bisa membantu.
·
Siapkan
situasi untuk menghadapi perubahan prilaku.
Kepribadian orang yang pernah terserang stroke kerap mengalami perubahan
dan kadang-kadang perilakunya bisa tidak rasional. Contohnya mereka bisa
menjadi pemarah dan pembenci. Hal tersebut disebabkan oleh dampak psikologis
dan kognitif. Meski menjengkelkan, cobalah untuk tidak diambil hati. Ingat
bahwa kepribadian asli mereka akan kembali setelah rehabilitasi mereka
mengalami kemajuan.
·
Berusaha
untuk tetap sabar dan berpikiran positif.
Sikap sabar dan pikiran positif sangat dibutuhkan untuk mendukung
pemulihan orang yang pernah terserang stroke. Sering kali rehabilitasi berjalan
lama dan membuat kita frustrasi. Namun percayalah, akan ada periode di mana
kemajuan tercapai. Berusahalah untuk menyemangati dan memuji sekecil apa pun
kemajuan yang ada. Karena dengan begitu, penderita akan terus termotivasi untuk
mencapai target jangka panjang mereka.
·
Penting
untuk meluangkan waktu untuk diri sendiri.
Jangan abaikan kesehatan fisik maupun psikologis Anda sendiri, meski Anda
sedang merawat orang yang pernah mengalami stroke. Bersosialisasi dengan
teman-teman atau rekreasi dapat menjernihkan pikiran dan membantu Anda
mengatasi situasi dengan lebih baik.
·
Peluang
penderita stroke untuk dapat hidup normal kembali.
Walaupun penderita telah menjalani pengobatan, stroke tidak bisa pulih
sepenuhnya. Berikut adalah peluang yang dimiliki oleh penderita stroke secara
umum:
a.
Sepertiga pasien stroke pulih sepenuhnya meski
harus terus didukung agar dapat menjalani hidup normal.
b.
Sepertiga pasien stroke pulih, namun mengalami
kelumpuhan. Mulai dari kelumpuhan ringan, seperti perlu dibantu saat mandi,
hingga kelumpuhan berat, seperti tidak bisa bangun sama sekali.
c.
Sepertiga pasien stroke tidak pulih sama sekali
dan meninggal dalam kurun waktu satu tahun, bahkan sebagian besar dari mereka
meninggal di rumah sakit pada beberapa minggu awal.
Pencegahan Stroke
Langkah utama untuk mencegah stroke adalah menerapkan gaya
hidup sehat. Selain itu, kenali dan hindari faktor risiko yang ada, serta ikuti
anjuran dokter. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah stroke,
antara lain:
·
Menjaga
pola makan.
Terlalu banyak mengonsumsi makanan asin dan berlemak dapat meningkatkan
jumlah kolesterol dalam darah dan risiko menimbulkan hipertensi yang dapat
memicu terjadinya stroke. Jenis makanan yang rendah lemak dan tinggi serat
sangat disarankan untuk kesehatan. Hindari konsumsi garam yang berlebihan.
Konsumsi garam yang baik adalah sebanyak 6 gram atau satu sendok teh per hari.
Makanan yang disarankan adalah makanan yang kaya akan lemak
tidak jenuh, protein, vitamin, dan serat. Seluruh nutrisi tersebut bisa
diperoleh dari sayur, buah, biji-bijian utuh, dan daging rendah lemak seperti
dada ayam tanpa kulit.
·
Olahraga
secara teratur.
Olahraga secara teratur dapat membuat jantung dan sistem peredaran darah
bekerja lebih efisien. Olahraga juga dapat menurunkan kadar kolesterol dan
menjaga berat badan serta tekanan darah pada tingkat yang sehat.
Bagi orang yang berusia 19-64 tahun, pastikan melakukan aktivitas aerobik
setidaknya 150 menit seminggu yang dibagi dalam beberapa hari, ditambah dengan
latihan kekuatan otot setidaknya dua kali seminggu. Yang termasuk aktivitas
aerobik antara lain jalan cepat atau bersepeda. Sementara yang termasuk
latihan kekuatan, antara lain angkat beban, yoga, ataupun push-up dan sit-up.
Namun bagi mereka yang baru sembuh dari stroke, sebaiknya berkonsultasi
terlebih dahulu dengan dokter sebelum memulai kegiatan olahraga. Olahraga
teratur biasanya mustahil dilakukan di beberapa minggu atau beberapa bulan
pertama setelah stroke. Pasien bisa mulai berolahraga setelah rehabilitasi
mengalami kemajuan.
·
Berhenti
merokok.
Risiko stroke meningkat dua kali lipat jika seseorang merokok, karena
rokok dapat mempersempit pembuluh darah dan membuat darah mudah menggumpal.
Tidak merokok berarti juga mengurangi risiko berbagai masalah kesehatan
lainnya, seperti penyakit paru-paru dan jantung.
·
Hindari
kon sumsi minuman beralkohol.
Minuman keras mengandung kalori tinggi. Jika minuman beralkohol
dikonsumsi secara berlebihan, maka seseorang rentan terhadap berbagai penyakit
pemicu stroke, seperti diabetes dan hipertensi. Konsumsi minuman beralkohol
berlebihan juga dapat membuat detak jantung menjadi tidak teratur.
·
Hindari
penggunaan NAPZA.
Beberapa
jenis NAPZA, seperti kokain dan methamphetamine,
dapat menyebabkan penyempitan arteri dan mengurangi aliran darah.
Komplikasi Stroke
Stroke dapat menyebabkan munculnya berbagai masalah
kesehatan lain atau komplikasi, dan sebagian besar komplikasi tersebut dapat
membahayakan nyawa. Beberapa jenis komplikasi yang mungkin muncul, antara lain:
·
Deep
vein thrombosis.
Sebagian orang akan mengalami penggumpalan darah di tungkai yang
mengalami kelumpuhan. Kondisi tersebut dikenal sebagai deep vein
thrombosis. Kondisi ini terjadi
akibat terhentinya gerakan otot tungkai, sehingga aliran di dalam pembuluh
darah vena tungkai terganggu. Hal ini meningkatkan risiko untuk terjadinya
penggumpalan darah. Deep vein thrombosis dapat
diobati dengan obat antikoagulan.
·
Hidrosefalus.
Sebagian penderita stroke hemoragik dapat mengalami hidrosefalus. Hidrosefalus adalah
komplikasi yang terjadi akibat menumpuknya cairan otak di dalam rongga otak
(ventrikel). Dokter bedah saraf akan memasang sebuah selang ke dalam otak untuk
membuang cairan yang menumpuk tersebut.
·
Disfagia.
Kerusakan yang disebabkan oleh stroke dapat mengganggu refleks menelan,
akibatnya makanan dan minuman berisiko masuk ke dalam saluran pernapasan.
Masalah dalam menelan tersebut dikenal sebagai disfagia. Disfagia dapat
menyebabkan pneumonia aspirasi.
Untuk membantu pasien stroke ketika makan dan minum, dokter akan
memasukkan selang ke dalam hidung, lalu diteruskan ke dalam lambung pasien.
Terkadang, selang juga bisa langsung dihubungkan langsung dari dinding perut ke
dalam lambung.
Lamanya
pasien membutuhkan selang makanan bervariasi, mulai dari beberapa minggu hingga
beberapa bulan. Namun, jarang ada pasien yang harus menggunakan selang makanan
selama lebih dari enam bulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar