Pengertian Stenosis Pilorus
Stenosis pilorus adalah kondisi penyempitan pilorus yang
terjadi pada bayi. Pilorus adalah saluran yang membawa makanan dan minuman dari
lambung ke duodenum (usus 12 jari). Penyempitan yang terjadi dapat terus
memburuk, sehingga membuat makanan dan minuman dari lambung tidak bisa memasuki
usus 12 jari. Keadaan ini menyebabkan bayi mengalami muntah yang menyembur, dehidrasi, turun berat badan, dan
merasa lapar setiap saat.
Gejala Stenosis Pilorus
Gejala yang muncul pada bayi dengan stenosis pilorus, antara
lain:
·
Muntah
setiap selesai diberi makan.
Awalnya bayi terlihat muntah biasa, namun dengan semakin menyempitnya
pilorus, muntahnya akan menyembur dengan kuat. Terkadang muntah tersebut
bercampur dengan darah.
·
Selalu
merasa lapar.
Setelah muntah, bayi akan merasa lapar kembali, dan memperlihatkan
tanda-tanda ingin disusui.
·
Dehidrasi.
Beberapa tanda dehidrasi yang terjadi pada bayi adalah menangis tanpa
mengeluarkan air mata, atau frekuensi buang air kecil berkurang, terlihat dari
jarangnya ibu perlu mengganti popok.
·
Masalah
berat badan.
Stenosis pilorus menyebabkan berat badan bayi sulit bertambah, bahkan
kadang menyebabkan penurunan berat badan.
·
Perubahan
pola buang air besar.
Terhalangnya makanan ke usus bisa menyebabkan penurunan frekuensi buang
air besar, perubahan bentuk feses, atau bahkan konstipasi.
·
Kontraksi
lambung.
Terlihat
sebagai gerakan bergelombang (gerakan peristaltik) pada perut bagian atas
setelah bayi minum susu, namun sebelum bayi muntah. Gerakan ini muncul karena
otot lambung mencoba mendorong makanan melalui pilorus yang menyempit.
Penyebab Stenosis Pilorus
Stenosis pilorus terjadi karena penyempitan pilorus yang
membuat lambung tidak bisa mengirim makanan ke usus. Namun, belum diketahui apa
yang menyebabkan penyempitan tersebut. Para ahli menduga, kondisi ini
dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Beberapa faktor yang bisa
meningkatkan risiko bayi mengalami stenosis pilorus, di antaranya adalah:
·
Jenis
kelamin.
Bayi laki-laki, terutama pada kelahiran pertama, lebih berisiko mengalami
stenosis pilorus dibanding bayi perempuan.
·
Kelahiran
prematur.
Stenosis pilorus lebih sering terjadi pada bayi yang terlahir prematur.
·
Riwayat
kesehatan keluarga.
Orang tua yang di masa kecilnya mengalami stenosis pilorus bisa
menurunkan kondisi yang sama pada bayinya.
·
Penggunaan
antibiotik.
Pemberian antibiotik pada bayi di usia awal kelahiran, misalnya untuk
mengobati penyakit batuk rejan,
atau ibu yang mengonsumsi antibiotik pada akhir kehamilannya, membuat bayi
berisiko untuk mengalami stenosis pilorus.
·
Merokok
dimasa kehamilan.
Ibu
yang merokok selama masa kehamilan juga bisa meningkatkan risiko stenosis
pilorus pada bayi yang dilahirkannya.
Diagnosisi Stenosis Pilorus
Untuk menentukan stenosis pilorus, dokter akan melakukan
pemeriksaan fisik terlebih dahulu. Pemeriksaan meliputi tanda dehidrasi pada
bayi, seperti kulit kering atau mata dan ubun-ubun yang cekung. Dokter juga
akan memeriksa apakah ada benjolan sebesar buah anggur pada perut bayi, akibat
penebalan otot pilorus.
Untuk menunjang diagnosis, dokter akan menjalankan
pemeriksaan USG perut untuk melihat kondisi organ dan jaringan pada perut bayi. Foto
Rontgen kerongkongan, lambung, dan duodenum (OMD) dengan memberikan zat warna
(kontras) barium juga bisa menjadi pilihan untuk mendapatkan gambaran yang
lebih jelas pada pilorus.
Selain itu, pemeriksaan tambahan seperti tes darah bisa
dilakukan untuk mengetahui apakah bayi mengalami gangguan elektrolit.
Pengobatan Stenosis Pilorus
Pengobatan pada bayi yang menderita stenosis pilorus adalah
melalui operasi pyloromyotomy. Sebelum dilakukan
operasi, dokter akan mengatasi dehidrasi dan gangguan elektrolit pada bayi
melalui pemberian cairan infus.
Pada pyloromyotomy,
dokter akan memotong lapisan luar otot pilorus yang menebal agar lapisan dalam
otot pilorus menonjol keluar dan membuka saluran pilorus. Pyloromyotomy biasanya dilakukan
dengan teknik laparoskopi atau operasi lubang kunci. Prosedur ini hanya membuat
sayatan sebesar lubang kunci pada dinding perut untuk memasukkan alat yang digunakan
untuk memotong lapisan luar otot pilorus. Dengan teknik laparoskopi pemulihan
pasca operasi bisa lebih cepat.
Operasi pada bayi penderita stenosis pilorus hanya dilakukan
kurang dari satu jam, namun bayi akan melewati proses penyembuhan di rumah sakit
selama 1-2 hari sebelum diizinkan untuk dibawa pulang. Selama beberapa jam
setelah operasi, cairan nutrisi akan diberikan melalui infus sampai bayi bisa
menyusu kembali.
Perlu diingat, bayi mungkin masih muntah hingga beberapa
hari setelah operasi, sampai lambung bekerja secara normal. Dokter juga akan
memberikan obat untuk menahan rasa sakit yang biasa muncul setelah operasi.
Komplikasi Stenosis Pilorus
Stenosis pilorus dapat menimbulkan
komplikasi pada bayi, seperti:
·
Gagal tumbuh kembang.
·
Dehidrasi.
·
Iritasi lambung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar