Sabtu, 01 Oktober 2016

ASCARIASIS







Pengertian Ascariasis


Ascariasis adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing gelang. Cacing ini adalah jenis parasit yang bisa hidup dan berkembang biak di dalam usus manusia.

Ascariasis merupakan infeksi cacing yang paling sering ditemui. Diperkirakan prevalensi di dunia 25 % atau 1,25 miliar penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah tropis dan di negara berkembang dimana sering terjadi kontaminasi tanah oleh tinja manusia atau penggunaan tinja sebagai pupuk (Soegijanto, 2005).

Infeksi akibat cacing ini biasanya tidak menyebabkan gejala spesifik. Namun, jumlah cacing gelang yang sangat banyak dalam usus berpotensi memicu gejala serta komplikasi yang serius.
 

Epidemiologi


Ascariasis merupakan infeksi cacing pada manusia yang angka kejadian sakitnya tinggi terutama di daerah tropis dimana tanah memiliki kondisi yang sesuai untuk kematangan telur di dalam tanah.

Menurut Berhman (1999), telur-telur Ascaris lumbricoides ini terbukti tetap infektif pada tanah selama berbulan-bulan dan dapat bertahan hidup di cuaca yang lebih dingin (5-10oC) selama 2 tahun. Diperkirakan hampir 1 miliar penduduk terinfeksi dan prevalensi pada komunitas-komunitas tertentu lebih besar dari 80%. Prevalensi dilaporkan terjadi di lembah sungai Yangtze di Cina. Masyarakat yang memiliki sosial ekonomi yang rendah memiliki prevalensi infeksi yang tinggi, demikian juga pada masyarakat yang menggunakan tinja sebagai pupuk dan dengan kondisi geografis yang medukung. Penyebaran terutama melalui tangan ke mulut (hand to molth) dapat juga melalui sayuran atau buah yang terkontaminasi.

Prevalensi dan intensitas gejala symtomatik yang paling tinggi terjadi pada anak-anak, yang paling sering ditemui adalah obstruksi intestinal. Di antara anak-anak usia 1-12 tahun yang berada di Rumah Sakit Cape Town dengan keluhan abdominal antara 1958-1962, 12.8 % dari infeksinya di sebabkan oleh Ascaris lumbricoides. Anak-anak dengan ascariasis kronis dapat menyebabkan pertumbuhan lambat terkait dengan jumlah makanan yang di makan. Orang dewasa sering mengalami komplikasi bilier akibat migrasi cacing dewasa yang mungkin didorong oleh penyakit lain seperti demam malaria. Di Damaskus, 300 orang yang mengalami ascariasis pada 1988-1993, 98% mengalami nyeri perut; 4,3% radang akut kelenjar pankreas ; 1,3% obstructive jaundise ; dan 25% worm emesis. Lebih dari 80% dari pasien ini mempunyai cholecytectomy sebeumnya (Soegijanto, 2005).

Menurut WHO, intestinal obstruction pada anak-anak menyebabkan komplikasi fatal, menyebabkan 8.000-100.000 kematian pertahun.


Komplikasi


Komplikasi dari penyakit Ascariasis adalah sebagai berikut :
 
  • Spoilative action 
Anak yang menderita askariasis umumnya dalam keadaan distrofi. Pada penyelidikan ternyata askariasis hanya mengambil sedikit karbohidrat ”hospes”, sedangkan protein dan lemak tidak diambilnya. Juga askariasis tidak mengambil darah hospes. Dapat ditarik kesimpulan bahwa distrofi pada penderita askariasis disebabkan oleh diare dan anoreksia
  • Toksin
Chimura dan Fuji berhasil menbuat ekstrak askariasis yang disebut askaron yang kemudian ketika disuntikkan pada binatang percobaan (kuda) menyebabkan renjatan dan kematian, tetapi kemudian pada penyelidikan berikutnya tidak ditemukan toksin yang spesifik dari askaris. Mungkin renjatan yang terjadi tersebut disebabkan oleh protein asing.

  • Alergi
Terutama disebabkan larva yang dalam siklusnya masuk kedalam darah, sehingga sesudah siklus pertama timbul alergi terhadap protein askaris. Karenanya pada siklus berikut dapat timbul manifestasi alergi berupa asma bronkiale, ultikaria, hipereosinofilia, dan sindrom .

Loffler. Simdrom Loffler merupakan kelainan dimana terdapat infiltrat (eosinofil) dalam paru yang menyerupai bronkopneumonia atipik. Infiltrat cepat menghilang sendiri dan cepat timbul lagi dibagian paru lain. Gambaran radiologisnya menyerupai tuberkulosis miliaris.Disamping itu terdapat hiperesinofilia (40-70%). Sindrom ini diduga disebabkan oleh larva yang masuk ke dalam lumen alveolus, diikuti oleh sel eosinofil. Tetapi masih diragukan, karena misalnya di indonesia dengan infeksi askaris yang sangat banyak, sindrom ini sangat jarang terdapat, sedangkan di daerah denagn jumlah penderita askariasis yang rendah, kadang-kadang juga ditemukan sindrom ini.

  • Traumatik action
Askaris dapat menyebabkan abses di dinding usus, perforasi dan kemudian peritonitis. Yang lebih sering terjadi cacing-cacing askaris ini berkumpul dalam usus, menyebabkan obstuksi usus dengan segala akibatnya. Anak dengan gejala demikian segera dikirim ke bagian radiologi untuk dilakukan pemeriksaan dengan barium enema guna mengetahui letak obstruksi. Biasanya dengan tindakan ini cacing-cacing juga dapat terlepas dari gumpalannya sehingga obstruksi dapat dihilangkan. Jika cara ini tidak menolong, maka dilakukan tindakan operatif. Pada foto rontgen akan tampak gambaran garis-garis panjang dan gelap (filling defect).

  • Errantic action
Askaris dapat berada dalam lambung sehingga menimbulkan gejala mual, muntah, nyeri perut terutama di daerah epigastrium, kolik. Gejala hilang bila cacing dapat keluar bersama muntah. Dari nasofaring cacing dapat ke tuba Eustachii sehingga dapat timbul otitis media akut (OMA) kemudian bila terjadi perforasi, cacing akan keluar. Selain melalui jalan tersebut cacing dari nasofaring dapat menuju laring, kemudian trakea dan bronkus sehingga terjadi afiksia. Askaris dapat menetap di dalam duktus koledopus dan bila menyumbat saluran tersebut, dapat terjadi ikterus obstruktif. Cacing dapat juga menyebabkan iritasi dan infeksi sekunder hati jika terdapat dalam jumlah banyak dalam kolon maka dapat merangsang dan menyebabkan diare yang berat sehingga dapat timbul apendisitis akut.

  • Irritative Action
Terutama terjadi jika terdapat banyak cacing dalam usus halus maupun kolon. Akibat hal ini dapat terjadi diare dan muntah sehingga dapat terjadi dehidrasi dan asidosis dan bila berlangsung menahun dapat terjadi malnutrisi.

  • Komplikasi lain
Dalam siklusnya larva dapat masuk ke otak sehingga timbul abses-abses kecil; ke ginjal menyebabkan nefritis; ke hati menyebabkan abses-abses kecil dan hepatitis. Di indonesia komplikasi ini jarang terjadi tetapi di srilangka dan Filipina banyak menyebabkan kematian.


Gejala-gejala Ascariasis



Apabila ada gejala yang muncul, terdapat dua fase indikasi yang biasanya dialami oleh pengidap ascariasis, yaitu fase awal dan lanjut.

Pada fase awal infeksi, telur-telur cacing yang tertelan akan menetas , sehingga memicu gejala berupa demam, batuk kering, napas pendek, serta mengi. Fase ini umumnya bisa berlangsung hingga 21 hari.
Pada fase lanjut, larva-larva telah berpindah ke usus dan berkembang menjadi cacing dewasa. Ascariasis ringan hingga menengah akan memicu gejala sakit perut, mual, muntah, diare, atau munculnya darah pada tinja.

Semakin banyak jumlah cacing gelang yang ada dalam tubuh, gejala yang dialami oleh pengidap akan semakin memburuk. Ascariasis yang parah akibat banyaknya jumlah cacing gelang di dalam usus akan menyebabkan gejala-gejala berupa:
  • Sakit perut yang parah.
  • Muntah-muntah.
  • Kelelahan.
  • Adanya cacing dalam muntah atau tinja.
  • Penurunan berat badan.
Periksakanlah diri Anda ke dokter jika mengalami gejala-gejala tersebut agar penanganan dapat segera dilakukan.




Gejala-gejala Ascariasis


Apabila ada gejala yang muncul, terdapat dua fase indikasi yang biasanya dialami oleh pengidap ascariasis, yaitu fase awal dan lanjut.

Pada fase awal infeksi, telur-telur cacing yang tertelan akan menetas , sehingga memicu gejala berupa demam, batuk kering, napas pendek, serta mengi. Fase ini umumnya bisa berlangsung hingga 21 hari.

Pada fase lanjut, larva-larva telah berpindah ke usus dan berkembang menjadi cacing dewasa. Ascariasis ringan hingga menengah akan memicu gejala sakit perut, mual, muntah, diare, atau munculnya darah pada tinja.

Semakin banyak jumlah cacing gelang yang ada dalam tubuh, gejala yang dialami oleh pengidap akan semakin memburuk. Ascariasis yang parah akibat banyaknya jumlah cacing gelang di dalam usus akan menyebabkan gejala-gejala berupa:
  • Sakit perut yang parah.
  • Muntah-muntah.
  • Kelelahan.
  • Adanya cacing dalam muntah atau tinja.
  • Penurunan berat badan.
Periksakanlah diri Anda ke dokter jika mengalami gejala-gejala tersebut agar penanganan dapat segera dilakukan.


Penularan dan Faktor Resiko Ascariasis


Ascariasis dapat terjadi apabila Anda menelan telur-telur cacing gelang yang terdapat dalam air atau makanan. Bahan makanan yang tumbuh pada tanah yang terkontaminasi telur cacing gelang juga bisa menjadi sumber penyebab ascariasis.


Diagnosis Ascariasis


Tes darah dapat dilakukan untuk melihat adanya kenaikan sel darah putih tertentu yang disebut sebagai eosinophilia, tapi ini tidak spesifik untuk memastikan adanya infeksi Ascaris. Pemeriksaan lanjutan dengan menggunakan X-ray, USG, atau CT scan dan MRI guna melihat apakah ada larva di paru-paru, cacing dewasa pada organ hati atau pankreas, gumpalan cacing-cacing yang menyumbat saluran hati atau pankreas.


Pengobatan Ascariasis


Ascariasis dapat ditangani dan disembuhkan dengan obat anti-parasit. Sejumlah obat yang umumnya diberikan oleh dokter adalah:
  • Mebendazole. Obat ini dianjurkan bagi pasien berusia 1 tahun ke atas. Efek samping yang berpotensi muncul meliputi diare, ruam kulit, serta sering buang angin.
  • Piperazine. Bayi berusia 3 hingga 11 bulan biasanya disarankan mengonsumsi obat ini sebanyak 1 kali saja. Sakit perut, diare, mual, muntah, serta kolik merupakan beberapa efek samping dari piperazine.
  • Albendazole. Obat ini biasanya dianjurkan untuk dikonsumsi sebanyak 2 kali sehari. Sakit perut, mual, muntah, pusing, serta ruam kulit adalah beberapa efek samping yang mungkin dialami oleh pasien setelah meminum albendazole.

Pencegahan Ascariasis

 Sama seperti penyakit lain, mencegah ascariasis tentu saja lebih baik daripada mengobati. Pencegahan paling efektif untuk infeksi ini adalah dengan menjaga kebersihan. Beberapa langkah pencegahan sederhana yang bisa kita lakukan adalah:
  • Senantiasa mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, misalnya sebelum makan, memasak, maupun setelah buang air besar.
  • Pastikan masakan benar-benar matang sebelum mengonsumsinya.
  • Minumlah air dalam kemasan yang tersegel ketika bepergian. Jika tidak tersedia, masaklah air hingga mendidih sebelum meminumnya.
  • Konsumsi buah-buahan yang bisa dikupas, misalnya jeruk atau apel.
Cucilah buah dan sayuran hingga bersih sebelum dikonsumsi





DAFTAR PUSTAKA

  • Soegijanto, Soegeng.2005.Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia Jilid 4. Surabaya : Airlangga University Press.
  • Brown HW, 1983. Dasar Parasitologi Klinis. Gramedi. Jakarta.
  • Viqar Z., Loh AK, 1999. Buku Penuntun Parasitologi Kedokteran. Penerbit Binacipta.
  • Onggowaluyo, Samidjo Jangkung.2001. Parasitologi Medik 1 Helmintologi.EGC:Jakarta.
  • Berhman RE, Kliegman RM, dan Arvin AM. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Editor edisi bahasa Indonesia A. Samik Wahab. Edisi 15. Volume 2. Jakarta: EGC. 
  • Rudolph, Abraham M. dkk. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Editor edisi bahasa Indonesia A. Samik Wahab. Edisi 20. Volume 1. Jakarta : EGC. 
  • Soegijanto, Soegeng. 2005. Kumpulan Makalah Penyakit Ttopis dan Infeksi di Indonesia. Cetakan 1. Surabaya : Airlangga University Press.
  • Soegijanto, Soegeng.2005.Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia Jilid 4. Surabaya : Airlangga University Press.
  • Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan, (terjemahan) Edisi 8, EGC, Jakarta.
  • Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., Parasitologi Kedokteran (terjemahan), EGC , Jakarta.  
  • Garcia, L.S., Bruchner, D.A., 1996, Diagnostik Parasitologi Kedokteran (terjemahan),EGC, Jakarta.
  • Noer, S., 1996, buku ajar ilmu penyakit dalam , Edisi 3, FKUI, Jakarta.
  • Price, S.A., Wilson, L.M., 1995,Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, (terjemahan), Edisi 4, EGC, Jakarta.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar