Senin, 24 Oktober 2016

DEPRESI




Pengertian Depresi

Depresi adalah suasana hati yang buruk dan berlangsung selama kurun waktu tertentu. Ketika mengalami depresi kita akan merasa sedih berkepanjangan, putus harapan, tidak punya motivasi untuk beraktivitas, kehilangan ketertarikan pada hal-hal yang dulunya menghibur, dan menyalahkan diri sendiri.


Semua orang pernah merasa sedih, tapi ketika kita mengalami depresi, suasana hati yang sedih berlangsung hingga berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Kondisi ini akan sangat memengaruhi perasaan, perilaku, dan pola berpikir Anda.

Banyak orang yang menganggap depresi adalah sesuatu yang sepele dan bisa hilang dengan sendirinya, padahal sebenarnya depresi adalah bentuk suatu penyakit yang lebih dari sekadar perubahan emosi sementara. Depresi bukanlah kondisi yang bisa diubah dengan cepat atau secara langsung.

Akibat depresi, kegiatan sehari-hari seperti bersekolah atau bekerja menjadi tidak menyenangkan. Bahkan untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain maupun keluarga sendiri terasa begitu berat. Depresi bisa membuat Anda merasa hidup ini tidak ada gunanya, bahkan dapat memicu penderita untuk melakukan bunuh diri.

Menurut catatan WHO, setidaknya 350 juta orang mengalami depresi di dunia. Masih banyak penderita depresi yang tidak mengakui kondisi mereka, sehingga tidak pernah ditangani atau setidaknya dibicarakan. Depresi lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki.

Terdapat hampir satu juta orang di dunia melakukan bunuh diri akibat depresi. Diperkirakan dari dua puluh orang yang berniat untuk melakukan bunuh diri, satu orang dari mereka berakhir tewas.

Gejala Depresi

Merasa sedih dan depresi memang mirip, bahkan tanda atau gejalanya hampir sama. Kesedihan adalah reaksi alami dan normal dari manusia ketika kehilangan sesuatu atau sedang menghadapi masa-masa sulit. Reaksi perasaan sedih yang normal bisa membaik seiring waktu, tapi pada kasus depresi, penderita merasa sedih secara berkelanjutan atau bahkan memburuk.

Selain rasa sedih yang berkelanjutan, penderita depresi juga merasa putus asa dan tidak bisa berpikir positif tentang masa depan. Depresi akan berdampak kepada produktivitas penderitanya dan kepada hubungan sosial dengan orang-orang terdekatnya juga.

Penderita depresi akan merasa kesulitan dalam bekerja dengan baik. Mereka juga menjauhi kegiatan sosial atau bahkan mengasingkan diri sepenuhnya. Bahkan, depresi bisa membuat kita tidak bisa menikmati hobi atau kegiatan yang sebelumnya disukai. Keluarga dan orang-orang terdekat cenderung dijauhi.

Berikut ini adalah gejala psikologis akibat depresi yang diderita:

·         Selalu dibebani rasa bersalah.
·         Merasa putus asa.
·         Selalu merasa cemas.
·         Suasana hati yang buruk atau sedih secara berkelanjutan.
·         Mudah marah atau sensitive.
·         Mudah menangis.
·         Perasaan khawatir yang berlebihan.
·         Merasa sangat rendah diri.
·         Kesulitan dalam mengambil keputusan.
·         Gerakan tubuh, ucapan dan pemikiran yang lambat.
·         Tidak ada motivasi hidup dan tidak peduli dengan apa yang terjadi di lingkungan.
·         Tidak bisa menikmati kebahagiaan hidup seperti dari berhubungan intim.
·         Berkeinginan untuk bunuh diri.

Sedangkan gejala non-psikologis yang ditimbulkan akibat depresi adalah:

·         Selalu merasa kelelahan.
·         Rasa sakit atau nyeri tanpa alasan yang jelas.
·         Perubahan siklus menstruasi pada wanita.
·         Gangguan pola tidur.
·         Konstipasi.
·         Pergerakan tubuh dan cara bicara yang lebih lambat dari biasanya.
·         Tidak ada gairah seksual.
·         Sulit berkonsentrasi dan susah mengingat.
·         Kehilangan selera makan dan berat badan menurun.

Depresi Kehamilan

Masa kehamilan adalah masa ketika wanita menjadi lebih rentan untuk mengalami depresi. Depresi umumnya terjadi mendekati waktu atau setelah melahirkan. 10-20% wanita yang baru melahirkan mengalami depresi. 

Depresi setelah melahirkan akan ditangani seperti kasus depresi lain yaitu dengan obat-obatan antidepresan, dengan menjalani terapi dan konsultasi.

Fase Depresi pada Gangguan Bipolar

Kondisi ini sering disebut sebagai depresi manik. Gangguan bipolar adalah kelainan suasana hati yang kompleks. Penderita bipolar bisa merasa sedih atau depresi pada tingkatan ekstrem. Sebaliknya, dia juga bisa merasa bahagia secara berlebihan. Perasaan bahagia yang ekstrem bisa membuat penderita melakukan kegiatan yang merugikan, misalnya menghabiskan seluruh tabungan atau melakukan seks bebas dengan sembarangan.

Tingkat Depresi

·         Depresi ringan.

Sementara, alamiah, adanya rasa pedih perubahan proses  komunikasi social dan rasa tidak nyaman.

·         Depresi sedang.

1.      Afek  :  murung, cemas, kesal, marah, menangis.
2.      Proses pikir :  perasaan sempit, berfikir lambat, berkurang komunikasi verbal, komunikasi non verbal meningkat.
3.      Pola komunikasi :  bicara lambat,berkurang komunikasi verbal, komunikasi non verbal meningkat.
4.      Partisipasi sosial : menarik diri, tak mau bekerja/ sekolah, mudah tersinggung.

·         Depresi Berat.

1.      Gangguan Afek : pandangan kosong, perasaan hampa, murung, inisiatif berkurang.
2.      Gangguan proses pikir.
3.      Sensasi somatic dan aktivitas motorik : diam dalam waktu lama, tiba-tiba hiperaktif, kurang merawat diri, tak mau makan dan minum, menarik diri, tidak peduli dengan lingkungan.

Penyebab Depresi

Penyebab dan faktor pemicu munculnya depresi bisa berbeda-beda. Kombinasi beberapa faktor penyebab mengakibatkan munculnya depresi. Depresi biasanya tidak disebabkan oleh satu kejadian saja.

Depresi bisa terjadi pada usia berapa pun, tapi risiko mengalami depresi meningkat seiring dengan usia. Berikut ini adalah beberapa faktor pemicu atau pun penyebab munculnya depresi:

·         Kejadian yang menimbulkan trauma.

Banyak kejadian bisa mengakibatkan depresi. Orang terkadang membutuhkan waktu yang lama untuk menerima kejadian yang menimbulkan trauma. Jika tidak bisa menerimanya, orang akan lebih berisiko mengalami depresi. Beberapa contoh kejadiannya adalah penyiksaan atau pelecehan, kematian seseorang yang dikasihi, kesepian akibat terisolasi, masalah dalam hubungan (pernikahan, persahabatan, keluarga, percintaan, dan rekan kerja), serta kesulitan ekonomi.

·         Penyakit serius.

Terkadang depresi muncul secara bersamaan atau sebagai reaksi dari penyakit yang serius. Beberapa penyakit kronis dan mengancam nyawa bisa meningkatkan risiko terjadinya depresi. Contohnya HIV / AIDS, penyakit jantung koroner, diabetes,dan kanker.

·         Kepribadian.

Merasa rendah diri, terlalu keras dalam menilai diri sendiri dan ketergantungan pada orang lain bisa berakibat kepada munculnya depresi. Kepribadian seperti ini bisa diturunkan dari orang tua. Pengalaman yang dialami dan cara asuhan orang tua juga berperan dalam kepribadian seseorang.

·         Faktor keturunan atau riwayat kesehatan keluarga

Memiliki keluarga yang memiliki sejarah depresi, gangguanbiopolar, kecanduan alcohol, dan bunuh diri bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami depresi.

·         Setelah melahirkan.

Perubahan hormon dan juga fisik pada wanita setelah melahirkan sangat berpengaruh dalam pola pikir wanita tersebut. Ditambah lagi, penambahan tanggung jawab serta kehidupan baru karena adanya sang bayi juga bisa meningkatkan risiko terjadinya depresi pascakelahiran.

·         Minuman keras dan narkoba.

Banyak orang berusaha melarikan diri dari permasalahannya dengan minum minuman keras atau mengonsumsi narkoba. Justru, minuman keras dianggap sebagai obat depresan kuat sehingga memicu dan memperparah depresi yang dialami.

·         Obat-obatan tertentu.

Beberapa obat-obatan bisa meningkatkan risiko Anda terkena depresi. Misalnya obat tidur, obat untuk hipertensi, obat untuk mengatasi  jerawat  dan kortikosteroid. Tanyakan kepada dokter tentang efek samping obat-obatan dan jika ingin berhenti mengonsumsi obat, tanyakan pada dokter terlebih dahulu.

Pengobatan Depresi

Sebelum menentukan langkah pengobatan, dokter akan menanyakan beberapa hal tentang kondisi mental dan juga mengenai kondisi kesehatan Anda secara umum. Dokter akan bertanya seputar gejala-gejala depresi yang Anda alami dan menyelidiki apa saja pemicu-pemicunya. Selain konsultasi secara lisan, dokter mungkin akan melakukan tes darah untuk memastikan bahwa gejala yang terjadi adalah akibat depresi dan bukan masalah kesehatan seperti gangguan keseimbangan hormon tiroid.

Terkadang saat seseorang mengalami depresi, mereka sulit membayangkan ada pengobatan yang bisa membantu. Pada kenyataannya, depresi akan lebih mudah disembuhkan jika lebih cepat ditangani. Bersikaplah terbuka kepada dokter Anda.

Penanganan yang dilakukan oleh dokter tergantung kepada jenis dan penyebab depresi yang sedang diderita.

1.      Penanganan Sendiri

Jika depresi tergolong ringan yaitu depresi dengan gejala-gejala yang tidak terlalu mengganggu rutinitas sehari-hari penderitanya, penanganan sendiri bisa cukup efektif. Terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan sendiri untuk menangani depresi. 

Langkah-langkah yang bisa dijalankan adalah:  
         
a.       Belajar tentang depresi.

Memahami lebih jauh tentang penyakit yang dialami bisa membantu dan memotivasi Anda dalam menjalani pengobatan yang dilakukan. Agar keluarga memberikan dukungan sepenuhnya, mintalah mereka mempelajari tentang depresi.

b.      Berolahraga.

Kegiatan ini bisa membantu mengurangi gejala depresi. Lakukan olahraga seperti berjalan, berenang, lari, berkebun atau aktivitas fisik lainnya. Fungsi utama berolahraga adalah meningkatkan rasa kepercayaan diri dan mengurangi perasaan cemas serta sedih. Selain itu, olahraga juga mampu meningkatkan kualitas tidur seseorang.

c.       Tidur secukupnya.

Tidur yang cukup juga sangat penting bagi kesehatan mental dan juga fisik.

d.      Meditasi atau yoga.

Kegiatan ini bisa membantu dalam hal relaksasi. Dengan belajar cara mengendalikan dan menenangkan pikiran, gejala depresi bisa menjadi lebih ringan.

e.       Menghindari minuman keras, rokok dan narkoba.

Rokok, minuman keras maupun narkoba pada awalnya mungkin terlihat membantu, sebenarnya ini hanya akan menambah masalah untuk jangka panjang.

f.       Komunitas pendukung.

Membicarakan masalah Anda dengan sekelompok orang dengan pengalaman yang sama bisa mengurangi beban yang dirasakan. Anda bisa memulai dengan berbicara dengan teman atau keluarga terdekat. Cari tahu tentang kelompok pendukung di daerah Anda.

Ketika Anda mengalami depresi, usahakan untuk membicarakan apa pun yang Anda rasakan dengan orang dekat Anda. Setidaknya Anda bisa menjelaskan kepada dokter yang menangani. Jangan pernah membuat keputusan apa pun saat Anda merasa sedih atau sedang mengalami gejala-gejala depresi.

2.   Terapi Bicara

Ketika Anda mengalami depresi, usahakan untuk membicarakan apa pun yang Anda rasakan dengan orang dekat Anda. Setidaknya Anda bisa menjelaskan kepada dokter yang menangani. Jangan pernah membuat keputusan apa pun saat Anda merasa sedih atau sedang mengalami gejala-gejala depresi:

·         Cognitive Behavior Therapy (CBT).

Diterapkan pada orang-orang yang tersandera oleh pola pikir tertentu yang merugikan mereka. Sebagai contoh, ada seorang wanita yang sangat tidak percaya diri dan tidak berani melakukan apa pun karena sejak kecil ibunya sering mengkritik. CBT akan membantunya untuk melepaskan diri dari pikiran dan perasaan negatif akibat hal tersebut dan menggantinya dengan respons positif seperti “saya wanita mandiri yang dapat mencapai apa pun yang saya inginkan.”

·         Interpersonal Therapy (IPT).

Prinsip dasar IPT adalah bahwa meningkatkan pola komunikasi dan interaksi dengan orang lain dapat membantu meringankan depresi. IPT membantu menganalisis penyebab konflik dengan orang lain seperti pertengkaran dengan anggota keluarga atau konflik dengan rekan kerja.

·         Therapy Psikodinamis.

Therapy ini membantu memahami bagaimana emosi memengaruhi perilaku pengidap depresi. Pasien akan dibantu untuk memahami dan mencari jalan keluar atas masalahnya.

Terapi-terapi di atas umumnya dilakukan oleh psikiater, psikolog atau terapis ahli.

                  3.   Obat-obatan yang dipakai untuk mengatasi depresi.

Selain penanganan sendiri, depresi juga bisa ditangani dengan obat-obatan. Terutama untuk kasus depresi yang lebih parah, langkah-langkah di atas akan perlu ditunjang dengan obat-obatan berikut:

·         Antidepresan.

Obat ini digunakan untuk mengatasi gejala-gejala depresi. Ada banyak pilihan obat antidepresan. Obat ini diberikan sesuai resep dokter. Tingkat keberhasilan dan dampak dari obat antidepresan berbeda-beda pada tiap orang. Contoh obat antidepresan adalah fluoxetin, citalopram dan amitriptylin. Pemakaian obat antidepresan umumnya akan memerlukan pemantauan dokter secara teratur terutama pada awal pemakaian.

·         Lithium.

Terdapat dua jenis dari obat ini, yaitu lithium karbonat dan lithium sitrat. Obat ini digunakan jika antidepresan tidak cukup kuat untuk meredakan gejala depresi yang dirasakan. Lithium bisa berubah menjadi racun jika kadarnya terlalu tinggi di dalam darah. Oleh karena itu, penderita yang mengonsumsi lithium perlu melakukan tes secara teratur untuk mengawasi tingkat lithium dalam darah. Konsumsi garam juga perlu dikurangi karena dapat memicu efek keracunan akibat lithium.

Penyakit depresi yang parah dan tidak ditangani dapat menyebabkan penderita kehilangan motivasi untuk hidup dan akhirnya memutuskan untuk bunuh diri. Usahakan untuk membicarakan masalah apa pun dengan orang-orang terdekat Anda atau dengan dokter. Kenali gejala-gejala depresi jika terjadi pada orang-orang di sekitar Anda. Makin cepat penanganan dan pengobatan yang dilakukan, maka peluang kesembuhan secara menyeluruh menjadi lebih tinggi.


DAFTAR PUSTAKA

·         Daradjat zakiah, Kesehatan Mental. Jakarta. PT. Gunung Agung,1968).
·         Davidson, Gerald C., 2006, Psikoloogi Abnormal, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
·         Departemen Kesehatan R.I. 1993.Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia III cetakan pertama. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik  Departemen Kesehatan RI :  Jakarta.
·         Dirgagunarsa, Singgih. 1982. Pengantar Psikologi. Jakarta : Mutiara Sumber Widya.
·         Durand, V. Mark, 2006, Psikologi Abnormal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
·         Jacoby, David B., 2009, Pustaka Kesehatan Populer, PT Bhuana Ilmu Populer.
·         Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. 2001. Media Aesculapicus : Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura.
·         Kaplan, Harold L., dkk, 1997, Sinopsis Psikiatri Jilid 2, Jakarta: Binarupa Aksara.
·         Lumongga Namora. (2009). Depresi Tinjauan Psikologis, Jakarta: Kencana Pranada.
·         Makmum Khairani, Psikologi Umum,(Yokyakarta:aswaja Pressindo) 172.
·         Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa cetakan kesembilan.
Airlangga University Press : Surabaya.
·         Maslim, Rusdi, 2003, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
·         Meier, Paul, dkk, 2000, Mengendalikan Mood Anda, Yogyakarta: Yayasan Andi.
·         Namora Lumangga Lubis,Depresi Tinjauan Psikologis,(Jakarta:Kencana,2009) 22-29
·         Nevid, J.S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal Jilid I.Edisi 5. PenerbitErlangga :
Jakarta.
·         Tomb, D. A. 2004.Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. EGC : Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar