Selasa, 25 Oktober 2016

DISENTRI






Pengertian Disentri

Disentri adalah infeksi pada usus yang menyebabkan diare  yang disertai darah atau lendir. Diare merupakan buang air besar encer dengan frekuensi yang lebih sering dari biasanya. Di samping diare, gejala disentri  lainnya meliputi kram perut, mual  atau muntah, serta demam.

Kasus Disentri di Indonesia

Disentri merupakan penyakit yang sangat umum terjadi, terutama jenis disentri basiler. Penyakit ini bisa muncul sepanjang tahun di Indonesia.

Jumlah pasti penderita disentri tidak diketahui karena selain penyakit ini belum tercatat secara resmi, kebanyakan penderita juga merawat diri di rumah tanpa berkonsultasi dengan dokter. Sanitasi yang buruk dan keterbatasan air bersih, terutama di daerah yang padat penduduknya, bisa meningkatkan risiko penyebaran penyakit ini. Selain itu, faktor risiko disentri yang kuat di Indonesia adalah kontaminasi pada makanan dan minuman.

Penyebab Disentri

Penyebab disentri dibagi menjadi dua kategori, yaitu bakteri dan amoeba.
·         Disentri basiler atau sigelosis yang disebabkan oleh bakteri shigella.

Bakteri shigella memiliki 4 jenis, yaitu Shigella sonnei, Shigella flexneri, Shigella boydii, dan Shigella dysenteriae. Shigella sonnei merupakan penyebab disentri yang paling umum, sementara Shigella dysenteriae adalah penyebab disentri yang paling parah.

Bakteri shigella yang ditemukan dalam tinja pengidap dapat menyebar melalui banyak cara, terutama akibat kebersihan yang tidak terjaga, misalnya:

1.      Karena pengidap tidak mencuci tangan setelah buang air besar.
2.      Jika kita mengonsumsi minuman atau makanan yang terkontaminasi.
3.      Apabila kita menyentuh benda atau bagian tubuh yang terkontaminasi bakteri karena disentuh penderita yang tidak mencuci tangan.

·         Disentri amoeba atau amoebiasis.

Disentri amoeba atau amoebiasis disebabkan oleh amoeba (parasit bersel satu) yang disebut Entamoeba histolytica. Penyakit ini biasanya ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia.

Setelah masuk lewat mulut, amoeba-amoeba membentuk kista yang terlindung dari asam lambung saat masuk ke perut. Dari perut, kista akan turun ke usus. Dinding pelapisnya kemudian pec
ah dan melepaskan amoeba-amoeba yang akan mengakibatkan infeksi. Mereka bisa membenamkan diri ke dinding usus dan menyebabkan terbentuknya abses kecil dan ulkus (tukak).

Mampu bertahan hidup di luar tubuh manusia. Jika standar kebersihan rendah, misalnya tidak ada saluran pembuangan yang higenis, amoeba akan mengkontaminasi area sekelilingnya termasuk makanan dan air.

Risiko penyebaran disentri amoeba juga akan meningkat jika Anda tinggal di lingkungan:

1.      Dengan persediaan air bersih atau saluran pembuangan yang tidak memadai.
2.      Berada di dekat dengan saluran pembuangan.
3.      Yang padat penduduk, misalnya daerah kumuh.
4.      Di mana tinja manusia digunakan sebagai pupuk.

Memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah atau melakukan seks anal juga bisa menjadi faktor risiko tertular disentri.

Disentri basiler merupakan jenis disentri yang paling umum terjadi. WHO memperkirakan sekitar 120 juta kasus disentri yang parah termasuk jenis ini dan mayoritas pengidapnya adalah balita.

Kedua jenis disentri tersebut biasanya menular karena lingkungan yang kotor. Manusia juga sering terinfeksi karena mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi oleh kotoran pengidap. Misalnya akibat pengidap tidak membasuh tangan dengan bersih setelah buang air besar.

Gejala Disentri

·         Disentri akibat bakteri.

Jenis disentri yang paling sering terjadi adalah disentri yang disebabkan oleh bakteri shigella (disentri basiler atau sigelosis). Gejala-gejala disentri ini cenderung berlangsung selama 5-7 hari dan umumnya berupa:

1.      Diare disertai darah.
2.      Demam.
3.      Mual.
4.      Muntah.
5.      Kram perut.

·         Disentri akibat amoeba.

Disentri jenis ini disebut disentri amoeba atau amoebiasis. Kondisi ini sering terjadi di daerah tropis, seperti Indonesia. Disentri amoeba umumnya memiliki masa inkubasi (jangka waktu seseorang terkena bakteri hingga muncul gejala) hingga 10 hari setelah paparan dan infeksi terjadi. Gejala-gejala disentri amoeba biasanya meliputi:

1.      Diare yang disertai darah atau nanah.
2.      Sakit perut.
3.      Demam dan menggigil.
4.      Mual dan muntah.
5.      Sakit saat buang airbesar.
6.      Pendarahan pada rektum.
7.      Kehilangan nafsu makan.
8.      Penurunan berat badan.

Parasit terkadang bisa masuk ke aliran darah dan menyebar ke organ lain, terutama hati. Jika ini terjadi, amoeba bisa memicu terbentuknya abses hati dengan gejala-gejala seperti demam, lemas, mual, batuk, kehilangan nafsu makan, sakit kuning, serta berat badan menurun.

Disentri amoeba biasanya berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu. Tanpa perawatan klinis, amoeba bisa terus hidup di usus selama berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun, meski pengidap tidak lagi mengalami gejalanya. Kondisi inilah yang dapat menyebabkan penularan dan kambuhnya diare.

Pada umumnya, kasus disentri yang parah bisa berujung pada dehidrasi. Gejala-gejala dehidrasi  perlu diwaspadai, terutama jika disentri terjadi pada anak-anak, karena ketahanan tubuh mereka terhadap dehidrasi tidak setinggi orang dewasa.

Dehidrasi pada anak bisa berujung pada kematian. Jika telah mengalami diare sebanyak 6 kali atau lebih dalam kurun waktu 24 jam, anak Anda sebaiknya segera dibawa ke dokter. Gejala dehidrasi yang patut diwaspadai adalah kulit menjadi pucat, kaki dan tangan yang dingin, frekuensi buang air kecil yang menurun dibanding biasanya, serta kondisi tubuh melemah.

Diagnosis Dsentri

Konsultasikan kepada dokter jika Anda mengalami diare berdarah atau berlendir yang berlangsung lebih dari beberapa hari. Jangan lupa untuk menginformasikan makanan apa saja yang Anda konsumsi, yang mungkin dapat menyebabkan diare.

Untuk mendiagnosis jenis disentri yang Anda idap, dokter akan melakukan pemeriksaan sampel tinja.

Apabila mencurigai Anda mengidap disentri amoeba,  dokter juga akan menganjurkan pemeriksaan lebih mendetail seperti tes darah guna memeriksa antibodi, USG hati agar bisa memastikan ada atau tidaknya abses pada hati, serta kolonoskopi untuk memeriksa kondisi usus besar.

Komplikasi Disentri

Penderita disentri dianjurkan untuk terus waspada, karena disentri bisa memicu beberapa komplikasi, bahkan bisa menyebabkan kematian. Hal ini umumnya terjadi di daerah dengan sanitasi yang buruk, dan terutama jika perawatan klinis susah untuk didapatkan.

Komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi meliputi:

·         Dehidrasi karena kehilangan cairan akibat diare dan muntah-muntah. Ini merupakan kondisi yang bisa berakibat fatal, terutama pada anak-anak.
·         Abses pada hati akibat amoeba yang menyebar hingga ke hati.

Memang tidak semua penderita harus ke dokter jika mengalami disentri, karena biasanya bisa pulih dengan sendirinya dalam beberapa hari. Tetapi jika Anda mengalami diare berdarah atau berlendir yang berlangsung lebih dari beberapa hari, segera konsultasikan kepada dokter agar bisa memperoleh diagnosis dan  pengobatan yang lebih akurat.

Khusus untuk anak-anak, pengawasan yang lebih ketat harus dilakukan. Apabila anak Anda mengalami diare selama 6 kali atau lebih dalam jangka waktu 24 jam atau diare yang berkelanjutan, Anda disarankan untuk membawanya ke dokter .

Pengobatan Disentri

Disentri umumnya akan sembuh setelah beberapa hari tanpa membutuhkan perawatan medis, terutama disentri akibat bakteri. Banyak minum air putih sangat penting untuk menggantikan cairan yang terbuang selama mengalami diare  agar terhindar dari dehidrasi.

·         Banyak minum cairan.

Pencegahan dehidrasi pada bayi dan anak-anak sangatlah penting. Anda dianjurkan memberi anak minum air putih sedikit demi sedikit dan sesering mungkin walau mereka muntah. Sedikit minum lebih baik daripada tidak sama sekali. Hindari memberi jus buah atau minuman bersoda pada anak Anda karena bisa memperparah diare.

Sama halnya dengan anak-anak, orang dewasa sebaiknya banyak minum agar cairan yang terbuang dapat digantikan dan terhindar dari dehidrasi. Minumlah beberapa teguk air sesering mungkin. Pada kasus diare yang parah, cairan perlu diberikan melalui infus di rumah sakit.

·         Oralit.

Penggunaan oralit dianjurkan jika:

1.      Penderita rentan terhadap dehidrasi, misalnya karena berusia 60 tahun ke atas.
2.      Penderita anak-anak yang sudah atau berisiko mengalami dehidrasi.

Oralit biasanya bisa dibeli tanpa resep dokter. Cairan ini berfungsi menggantikan garam, glukosa, dan mineral penting lainnya yang hilang dari tubuh karena dehidrasi.

Namun harap diingat bahwa oralit bukan untuk menyembuhkan diare, melainkan membantu mengobati atau mencegah dehidrasi.

·         Konsumsi makanan padat.

Konsumsilah makanan ringan dengan porsi kecil. Jangan lupa untuk menghindari makanan berlemak, pedas, dan berat.

Pemberian makanan padat pada anak yang mengalami dehidrasi sebaiknya dihindari sampai mereka sudah cukup minum. Saat gejala dehidrasi sudah berkurang, anak Anda boleh mulai mengonsumsi makanan seperti biasa.

·         Pemberian antibiotic.

Penderita diare tingkat menengah sampai tingkat parah yang disebabkan bakteri shigella biasanya dianjurkan untuk meminum antibiotik guna mempercepat kesembuhan. Penderita diare dengan gejala yang bertambah parah juga demikian. Jenis antibiotik yang diberikan akan ditentukan oleh dokter setelah hasil pemeriksaan laboratorium membuktikan jenis disentri yang diidap oleh pasien.

Pada pasien disentri amoeba, dokter biasanya akan menganjurkan konsumsi antibiotik yang akan memberantas amoeba selama setidaknya 10 hari.


Pencegahan

Menjaga kebersihan adalah faktor utama dalam pencegahan disentri. Di bawah ini adalah sejumlah langkah sederhana yang bisa membantu kita untuk mencegah
diare maupun disentri:

·         Senantiasa mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun setelah menggunakan toilet, sebelum makan, memasak, menyiapkan makanan, dan setelah bermain dengan hewan peliharaan.
·         Bersihkan toilet dengan disinfektan setelah buang air besar.
·         Memisahkan pakaian pengidap saat dicuci.
·         Mencuci pakaian pengidap dengan air panas.
·         Jangan menggunakan handuk atau peralatan makan yang sama dengan pengidap.
·         Penderita sebaiknya tidak keluar rumah selama minimal 48 jam setelah periode disentri berakhir.
·         Hindari konsumsi makanan mentah, seperti karedok. Jika Anda ingin mengonsumsi buah-buahan, pilihlah buah dengan kulit yang bisa dikupas.
·         Menjauhi makanan yang kebersihannya tidak terjamin, misalnya yang dijual pedagang kaki lima.
·         Hanya mengonsumsi makanan yang dimasak hingga benar-benar matang.
·         Hindari konsumsi es batu yang terbuat dari air yang tidak bersih.
·         Menghindari minum air langsung dari keran. Rebuslah terlebih dahulu.
·         Menjaga kebersihan dapur dan kamar mandi.
·         Penderita sebaiknya tidak keluar rumah selama minimal dua hari setelah diare yang terakhir.
·         Hindari konsumsi minuman botol dengan segel yang rusak.
·         Jagalah kebersihan kuku, terutama jika Anda memiliki kuku yang panjang.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar