Rabu, 12 Oktober 2016

BLIGHTED OVUM




Pengertian Bligted Ovum

Blighted ovum (anembryonic gestation) atau kehamilan anembryonic adalah kehamilan yang tidak mengandung embrio. Kondisi ini adalah salah satu penyebab umum kehamilan terhenti dengan sendirinya, yaitu sebuah kondisi yang lebih dikenal dengan istilah keguguran. 

Secara umum, keguguran dapat terjadi sewaktu-waktu hingga usia kandungan mencapai 23 minggu. Kondisi blighted ovum merupakan penyebab umum keguguran pada tiga bulan pertama kehamilan.
Blighted ovum biasanya terjadi oleh karena kelainan kromosom pada fetus yang sedang berkembang. Tubuh ibu akan menghentikan kehamilan ketika menyadari adanya kelainan tersebut. Selain kelainan kromosom, pembelahan sel yang tidak sempurna juga dapat mengakibatkan blighted ovum. Kualitas sel telur dan sperma juga bisa menyebabkan adanya kelainan kromosom yang pada selanjutnya dapat menyebabkan blighted ovum

Gejala Bligted Ovum

Ada kemungkinan bagi seseorang yang mengalami blighted ovum pada tahap awal kehamilan merasa bahwa dirinya sedang mengalami kehamilan secara normal. Hal ini dikarenakan blighted ovum memiliki gejala yang sama dengan kehamilan, seperti haid yang terlambat disertai hasil tes kehamilan yang positif. Pasien dapat terus merasa dalam keadaan hamil hingga terjadi pendarahan dari vagina.

Waspadai gejala selain pendarahan yang dapat menjadi tanda-tanda keguguran, yaitu volume menstruasi yang lebih banyak dari biasanya, kram pada daerah perut serta munculnya flek. Segera hubungi dokter jika Anda mengalami gejala ini untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. 

Diagnosis Bligted Ovum

Dokter biasanya akan mencari tahu level hormon hCG (human chorionic gonadotropin) utnuk memastikan adanya kehamilan. Hormon ini dihasilkan oleh plasenta dan levelnya dapat terus bertambah hingga beberapa waktu. Dokter juga akan melakukan tes USG untuk memastikan kantong kehamilan yang telah terbentuk, berisi embrio atau tidak. Biasanya dokter akan melakukan USG kembali sepuluh hari setelah tes USG pertama untuk memantau perkembangan embrio dan kondisi kehamilan.

Untuk memastikan diagnosis Blighted Ovum, kantong kehamilan dan embrio harus memenuhi beberapa kriteria ukuran, yaitu diameter 25 mm atau lebih untuk kantong kehamilan dan tidak memiliki kantung yolk sac (ovum) atau embrio. Gambaran lainnya adalah ketika embrio memiliki panjang lebih dari 15 mm namun tidak memiliki aktivitas jantung yang sehat. 

Penanganan Bligted Ovum

Salah satu prosedur penanganan yang dilakukan setelah seseorang didiagnosis blighted ovum adalah dengan membuka kemudian mengangkat embrio dan jaringan plasenta yang tidak berkembang dari dalam rahim. Prosedur ini dinamakan dilatase dan kuretase. Selain itu, obat-obatan dapat digunakan sebagai pilihan selain prosedur operasi. Kedua cara tersebut memiliki efek samping kram perut.

Pasien yang mengalami blighted ovum perlu mempelajari dan mengetahui bahwa dia bukanlah penyebab dari keguguran yang dialaminya. Dirinya sendiri harus menyadari bahwa keguguran adalah proses alami yang tidak bisa dicegah ketika tubuh mendeteksi ketidaknormalan pada proses kehamilan. Dengan memahami hal ini, kesehatan tubuh dan jiwa pasien dapat kembali pulih dengan cepat. 

Pencegahan Bligted Ovum

Blighted ovum biasanya terjadi satu kali pada sebagian besar perempuan. Sayangnya pada sebagian besar kasus, kondisi ini tidak dapat dicegah. Bagi sebagian perempuan yang pernah mengalami blighted ovum dapat tetap memiliki kandungan yang sehat pada kehamilan selanjutnya. Anda dan pasangan dapat melakukan tes genetik untuk mendeteksi adanya kelainan yang berisiko terulangnya keguguran.

Saling menjaga kesehatan Anda dan pasangan juga merupakan salah satu bentuk pencegahan awal yang dapat dilakukan bersama. Merencanakan dan melalui proses kehamilan bersama-sama akan menyediakan dukungan yang berarti bagi satu sama lain. Hindari juga faktor-faktor risiko dari merokok dan disarankan untuk menghentikan konsumsi minuman beralkohol selama mengandung.


DAFTAR PUSTAKA

·         Bobak. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:EGC.
·         Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorho    use. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi Edisi 2. Jakarta : EGC.
·         Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Ajaran Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP.
·         Mansjoer, Arif Dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : Media Aesculapius.
·         Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar