Senin, 24 Oktober 2016

DIABETES TIPE 2





Pengertian Diabetes Tipe 2

Diabetes adalah penyakit kronis (menahun) yang terjadi ketika pankreas (kelenjar ludah perut) tidak memproduksi cukup insulin, atau ketika tubuh tidak secara efektif  menggunakan insulin. Diabetes biasa ditandai dengan kadar gula darah di atas normal. Sedangkan diabetes tipe 2 adalah diabetes yang disebabkan tubuh tidak efektif menggunakan insulin atau kekurangan insulin yang relatif dibandingkan kadar gula darah.

Penderita Diabetes Tipe 2 di Indonesia

Pada tahun 2015, penderita diabetes di Indonesia diperkirakan mencapai 10 juta orang dengan rentang usia 20-79 tahun (dikutip dari Federasi Diabetes Internasional). Namun, hanya sekitar separuh dari mereka yang menyadari kondisinya.

Hasil penelitian Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) dari Kementrian Kesehatan Indonesia pada tahun 2013, sekitar 12 juta penduduk Indonesia yang berusia di atas 15 tahun menderita diabetes tipe 2. Ini berarti 6,9 persen dari total penduduk usia di atas 15 tahun. Tapi hanya 26 persen saja yang sudah terdiagnosis, sedangkan sisanya tidak menyadari dirinya sebagai penderita diabetes tipe 2. 

Penyebab Diabetes Tipe 2

Diabetes tipe 2 terjadi pada saat organ pankreas dalam tubuh penderita tidak memproduksi relatif cukup insulin untuk mempertahankan kadar gula darah dalam batas normal. Penyebab lainnya adalah sel-sel tubuh yang menjadi kurang peka terhadap insulin atau yang dikenal dengan istilah resistensi terhadap insulin.

Kadar gula darah biasanya dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas. Insulin berfungsi untuk memindahkan gula dari darah ke sel-sel tubuh yang akan mengubahnya menjadi energi.

Terdapat sejumlah faktor di balik kurangnya produksi insulin dalam diabetes tipe 2. Beberapa faktor risiko tersebut meliputi:

·         Faktor Usia.

Risiko diabetes tipe 2 akan makin tinggi seiring bertambahnya usia. Ini mungkin dipicu oleh berat badan yang cenderung bertambah dan frekuensi olahraga yang berkurang saat kita makin tua. Diabetes jenis ini umumnya menyerang orang-orang yang berusia 40 tahun ke atas. Risiko orang beretnis Asia bahkan tinggi, yaitu pada usia 25 tahun ke atas.

·         Pengaruh faktor keturunan.

Memiliki anggota keluarga (terutama keluarga inti seperti ayah, ibu, dan saudara kandung) yang menderita diabetes juga akan meningkatkan risiko Anda. Risiko bagi anak-anak dengan ayah atau ibu penderita diabetes tipe 2 juga sepertiga lebih tinggi untuk terkena diabetes.

·         Dampak Berat badan.

Risiko diabetes tipe 2 lebih tinggi pada orang yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas. Mengukur pinggang untuk mengecek tumpukan lemak di bagian ini adalah cara tercepat untuk mengukur risiko diabetes Anda. Yang berisiko lebih tinggi adalah wanita dengan ukuran pinggang 80 cm atau lebih serta pria Asia dengan ukuran pinggang 90 cm atau lebih.

·         Faktor Etnis.

Etnis Asia memiliki risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi.

·         Pradiabetes.

yaitu kondisi kadar gula darah yang selalu melebihi normal, tapi belum mencapai tahap diabetes. Jika Anda mengalami kondisi ini, maka risiko berkembang menjadi diabetes juga semakin meningkat.

·         Diabetes Gestasioanal.

Wanita yang pernah mengalami kondisi ini memiliki risiko mengidap diabetes tipe 2 yang lebih tinggi.

Gejala Diabetes Tipe 2

Gejala klasik diabetes tipe 2 sama dengan diabetes tipe 1, yaitu:

·         Sering buang air kecil, terutama di malam hari.
·         Sering merasa haus.
·         Rasa lapar yang bertambah.

Selain itu, gejala-gejala ini juga bisa menyertai gejala klasik, antara lain:

·         Turunnya berat badan.
·         Luka yang lambat sembuh atau sering mengalami infeksi.
·         Gatal-gatal.
·         Pandangan yang kabur.
·         Sering kelelahan.

Gejala-gejala ini timbul setelah gula darah meningkat di dalam darah selama beberapa waktu tertentu. 

Awalnya, gejala diabetes tipe 2 cenderung ringan. Oleh sebab itu, banyak penderitanya yang sering tidak menyadari bila mereka sudah mengidap penyakit ini.

Bila kadar gula darah terus meningkat dan menjadi terlalu tinggi (hiperglikemia), maka akan timbul: 

·         Mulut kering dan merasa sangat haus.
·         Sering buang air kecil.
·         Infeksi yang sering kambuh, contohnya sariawan serta infeksi kandung kemih.
·         Pingsan.
·         Tekanan darah rendah.

Diagnosis dan pengobatan diabetes secara dini dapat mengurangi risiko komplikasi. Konsultasikanlah kepada dokter secepatnya jika Anda mengalami gejala diabetes.

Diagnosi DiabetesTipe 2

Diagnosis sejak dini sangat penting agar diabetes dapat ditangani secepatnya. Jika Anda mengalami gejala diabetes, Anda sebaiknya segera mengkonsultasikannya kepada dokter. Sejumlah pemeriksaan yang umumnya akan dianjurkan adalah sebagai berikut:

·         Tes HbA1c.

Pemeriksaan ini akan menunjukkan kadar gula rata-rata dalam darah pasien selama periode 2-3 bulan terakhir. Tingkat HbA1c dengan angka 6,5% atau lebih akan menandakan pasien mengidap diabetes tipe 2. Tes ini juga dapat digunakan sebagai pemeriksaan awal  untuk orang yang berisiko mengidap diabetes.

·         Tes Tolentrasi Glukosa Oral.

Tes ini berfungsi untuk mengevaluasi aktivitas insulin dalam tubuh. Sampel darah pasien diambil sebanyak dua kali untuk pemeriksaan glukosa puasa dan dua jam setelah makan.

Tes glukosa puasa akan dilakukan pada pagi hari setelah Anda berpuasa selama 8 jam, hanya air putih yang tetap diperbolehkan minum. Anda juga dianjurkan untuk tidak meminum obat-obatan tertentu yang dapat memengaruhi hasil tes. Sampel darah akan diambil menjelang akhir fase berpuasa.

Kemudian, Anda akan diminta untuk minum sirup yang mengandung 75 gram glukosa (gula). Tepat dua jam setelahnya, sampel darah Anda akan kembali diambil untuk tes glukosa guna mengevaluasi aktivitas insulin dalam tubuh.

·         Cara Mengetahui Hasil Tes.

Kadar gula Anda yang diketahui dari hasil tes toleransi glukosa oral akan menentukan apakah Anda menderita gangguan toleransi glukosa atau diabetes.

Milligrams/deciliter atau biasa disingkat mg/dL adalah satuan untuk kadar gula darah yang digunakan secara umum di Indonesia. Takaran gula darah yang normal adalah:

1.      80-100 mg/dL sebelum makan.
2.      80-144 mg/dL sesudah makan (diperiksa tepat dua jam setelah makan).

Sementara takaran gula darah penderita gangguan toleransi glukosa adalah:

1.      108-126 mg/dL sebelum makan.
2.      142-198 mg/dL sesudah makan (diperiksa tepat dua jam setelah makan).

Perubahan gaya hidup akan dianjurkan jika hasil tes menunjukkan Anda menderita gangguan toleransi glukosa. Dokter juga mungkin akan memberikan obat untuk menurunkan kadar gula darah Anda.

Sedangkan takaran gula darah bagi penderita diabetes adalah:

1.      Lebih dari 126 mg/dL sebelum makan.
2.      Lebih dari 198 mg/dL sesudah makan (diperiksa tepat dua jam setelah makan).

Jika hasil tes menunjukkan Anda menderita diabetes, dokter biasanya akan memberikan obat-obatan untuk menurunkan dan menjaga keseimbangan kadar gula darah Anda.

Konplikasi Diabetes Tipe 2

Kadar gula darah yang tinggi bisa menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, saraf, dan organ tubuh. Pada akhirnya diabetes bisa mengakibatkan sejumlah komplikasi jika tidak ditangani dengan baik. 

Peningkatan kadar gula darah yang tidak signifikan dan meski tidak memicu gejala pun dapat mengakibatkan dampak secara jangka panjang.

·         Konplikasi yang menyebabkan penyakit jantung dan stroke.

Penderita diabetes memiliki risiko lima kali lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung atau stroke Keseimbangan kadar gula darah yang dibiarkan tidak terjaga dalam waktu cukup lama bisa meningkatkan risiko aterosklerosis, yaitu penyempitan pembuluh darah yang biasanya terjadi akibat akumulasi kolesterol. Komplikasi ini memiliki risiko-risiko sebagai berikut:

1.      Menyebabkan serangan jantung atau stroke karena peningkatan risiko penyumbatan pembuluh darah pada jantung atau otak.

2.      Menghambat aliran darah ke jantung dan menyebabkan serangan angina (angin duduk). Serangan angina terindikasi dengan adanya sakit dada yang terasa menekan.

·         Konpilikasi yang menyebabkan kerusakan Neuropati (saraf).

Kadar gula darah yang berlebihan dapat merusak saraf dan pembuluh darah halus. Hal ini dapat menyebabkan sensasi kesemutan atau terbakar yang biasa berawal dari ujung jari tangan dan kaki lalu menyebar ke bagian tubuh lain. Selain itu, komplikasi saraf ini bisa membuat kaki menjadi mati rasa sehingga tidak terasa sakit saat terluka dan akhirnya mengakibatkan borok. Kerusakan saraf yang menyerang sistem pencernaan dapat menyebabkan rasa mual, muntah, diare, atau konstipasi.

·         Konplikasi yang menyebabkan kerusakan pada organ kaki.

Kerusakan pada saraf atau terhambatnya aliran darah pada kaki penderita diabetes bisa meningkatkan risiko komplikasi kesehatan kaki yang biasanya terlambat disadari. Ada sekitar 10% penderita diabetes yang mengalami infeksi serius akibat luka atau sekadar goresan kecil pada kaki.

Penderita yang telah mengalami kerusakan saraf sebaiknya memeriksakan kakinya tiap hari dan mengkonsultasikan perubahan yang dirasakan kepada dokter. Komplikasi pada kaki yang harus Anda waspadai antara lain:

1.      Pembengkakan.
2.      Kulit yang terasa panas saat disentuh.
3.      Luka yang tidak kunjung sembuh.

Periksakanlah kaki Anda kepada dokter secara rutin tiap tahun.

·         Komplikasi yang menyebabkan kerusakan Retina.

Retinopati muncul saat terjadi masalah pada pembuluh darah di retina (jaringan pada mata yang sensitif terhadap cahaya) yang dapat mengakibatkan kebutaan jika dibiarkan. Pembuluh darah tersebut dapat bocor, tersumbat, atau tumbuh secara acak sehingga menghalangi cahaya untuk sampai ke retina.

Lakukanlah pemeriksaan mata secara rutin tiap tahun. Jika ada kerusakan serius, Anda akan dirujuk ke dokter spesialis mata agar dapat ditangani secepatnya. Keseimbangan kadar gula darah yang terjaga dengan baik juga bisa menurunkan risiko Anda.

Retinopati diabetik yang terdeteksi sejak dini dapat ditangani dengan operasi laser. Tetapi penanganan ini hanya bertujuan untuk mempertahankan daya penglihatan yang tersisa dan bukan untuk menyembuhkan.

·         Komplikasi yang menyebabkan kerusakan Ginjal.

Retinopati muncul saat terjadi masalah pada pembuluh darah di retina (jaringan pada mata yang sensitif terhadap cahaya) yang dapat mengakibatkan kebutaan jika dibiarkan. Pembuluh darah tersebut dapat bocor, tersumbat, atau tumbuh secara acak sehingga menghalangi cahaya untuk sampai ke retina.

Lakukanlah pemeriksaan mata secara rutin tiap tahun. Jika ada kerusakan serius, Anda akan dirujuk ke dokter spesialis mata agar dapat ditangani secepatnya. Keseimbangan kadar gula darah yang terjaga dengan baik juga bisa menurunkan risiko Anda.

Retinopati diabetik yang terdeteksi sejak dini dapat ditangani dengan operasi laser. Tetapi penanganan ini hanya bertujuan untuk mempertahankan daya penglihatan yang tersisa dan bukan untuk menyembuhkan.

·         Komplikasi yang menyebabkan Disfungsi Seksual.

Kerusakan pembuluh darah halus serta saraf pada para penderita diabetes pria (terutama perokok) dapat mengakibatkan disfungsi ereksi. Gangguan ini biasanya dapat diatasi dengan obat-obatan.

Penderita diabetes wanita juga dapat mengalami gangguan disfungsi seksual, misalnya:

1.      Kepuasan seksual yang menurun.
2.      Kurangnya gairah seks.
3.      Vagina yang kering.
4.      Rasa sakit saat berhubungan intim.
5.      Gagal mencapai orgasme.

Penderita diabetes wanita yang mengalami kekurangan cairan vagina atau merasa sakit saat berhubungan intim dapat menggunakan pelumas atau gel.

·         Keguguran.
Kadar gula darah yang tinggi dapat membahayakan sang ibu dan janin. Risiko keguguran dan kelahiran mati akan meningkat jika diabetes pada ibu hamil tidak ditangani dengan saksama. Kadar gula darah yang tidak dijaga dengan baik pada awal kehamilan juga bisa mempertinggi risiko cacat lahir.

Ibu hamil yang menderita diabetes dianjurkan untuk memeriksakan kondisi diabetesnya secara teratur kepada dokter spesialis obstetri, rumah sakit, atau klinik. Konsultasi rutin ini akan mempermudah dokter untuk memantau kadar gula darah sang ibu, termasuk mengendalikan dosis insulin yang harus diberikan, dan perkembangan janin.

Pengobatan Diabetes Tipe 2

Kadar gula darah yang sangat tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, saraf, dan organ tubuh. Diabetes termasuk penyakit kronis yang berkembang secara bertahap, hingga akhirnya bisa memicu sejumlah komplikasi jika tidak ditangani dengan baik. 

Berikut adalah sejumlah komplikasi yang umumnya dialami oleh penderita diabetes.

·         Penyakit kardiovaskular.

Penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung, stroke, aterosklerosis, dan tekanan darah tinggi.

·         Kerusakan syaraf atau neuropati.

Kadar gula darah yang berlebihan dapat merusak saraf dan pembuluh darah halus. Kondisi ini bisa menyebabkan munculnya sensasi kesemutan atau perih yang biasa berawal dari ujung jari tangan dan kaki, lalu menyebar ke bagian tubuh lain. Neuropati pada sistem pencernaan dapat memicu mual, muntah, diare, atau konstipasi.

·         Kerusakan pada organ kaki.

Neuropati atau terhambatnya aliran darah pada kaki penderita diabetes berkemungkinan meningkatkan risiko komplikasi kesehatan kaki yang biasanya terlambat disadari. Sekitar 10 persen penderita diabetes mengalami infeksi serius akibat luka atau goresan kecil pada kaki. Gejala komplikasi kaki yang harus diwaspadai adalah pembengkakan, kulit yang terasa panas saat disentuh, serta luka yang tidak kunjung sembuh.

·         Kerusakan mata.

khususnya retina. Retinopati muncul saat terjadi masalah pada pembuluh darah di retina yang dapat mengakibatkan kebutaan jika dibiarkan. Glaukoma dan katarak juga termasuk komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita diabetes.

·         Kerusakan Ginjal.

Ginjal memiliki jutaan pembuluh darah halus yang menyaring limbah dari darah. Jika pembuluh darah halus tersebut tersumbat atau bocor, kinerja ginjal Anda bisa menurun. Kerusakan parah pada ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal yang membutuhkan dialisis (proses cuci darah) atau bahkan transplantasi ginjal.

·         Disfungsi sexual.

Kerusakan pembuluh darah halus serta saraf pada para penderita diabetes pria (terutama perokok) dapat mengakibatkan disifungsi ereksi.  Pada penderita diabetes wanita, komplikasi ini mungkin berupa kepuasan seksual yang menurun, kurangnya gairah seks, vagina yang kering, atau gagal mencapai orgasme.

·         Gangguan kulit.

Diabetes akan membuat penderitanya rentan terkena penyakit kulit seperti infeksi jamur maupun bakteri.

·         Keguguran atau kelahiran mati.

Kadar gula darah yang tinggi dapat membahayakan sang ibu dan janin. Risiko keguguran  dan kelahiran mati akan meningkat jika diabetes gestasional tidak segera ditangani. Kadar gula darah yang tidak terjaga pada awal kehamilan juga bisa mempertinggi risiko cacat lahir. Ibu hamil yang menderita diabetes dianjurkan untuk memantau kadar gula darahnya secara teratur.


Daftar Pustaka

·         A.kusumawardhani.2006. Food Addiction  in Obesity, Buku kedokteran volume:56, hal. 205-208.
·         Baughman, DC & Hackley, JC.2000. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.Jakarta: EGC.
·         CIrianto, Kus. 2004.Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung.
·         Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC.
·         Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
·         Gibson, Jhon.2002. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat Edisi 2. Jakarta:EGC.
·         JOP. Journal of the Pancreas – http://www.joplink.net – Vol. 6, No. 4 – July 2005.
·         Lewis M Sharon, RN, PhD, Heitkemper MC faan. 2000. Medical Surgical Nursing Ed.5.Mosby.
·         Martinus, Adrian.2005.1001 Tentang Diabetes.Bandung:Nexx Media.
·         Mistra.2004. Jurus  melawan Diabetes Mellitus tipe 2. Jakarta. Puspa Swara.
·         Stockslager L, Jaime dan Liz Schaeffer .2007. Asuhan Keperawatan Geriatric. Jakarta:EGC.
·         Tambayong, Jan. 2001. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan.Jakarta:EGC.
·         Wahdah, Nurul. 2011 .Menaklukan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta: Multipress..
·         Yanovski, susan Z.,dan Yanovski, Jack A. 2002. Obesity. NEJM. Volume: 346 hal.591-602





Tidak ada komentar:

Posting Komentar