Jumat, 14 Oktober 2016

GANGUAN KEPRIBADIAN AMBANG (Borderline personality disorder)




Pengertian  Gangguan Kepribadian Ambang
 
Gangguan kepribadian ambang adalah sebuah kondisi yang muncul akibat terganggunya kesehatan mental seseorang. Kondisi ini berdampak pada cara berpikir dan perasaan terhadap diri sendiri maupun orang lain,  serta adanya pola tingkah laku abnormal.

Gangguan kepribadian ambang dapat menimbulkan gangguan fungsi seseorang menjalankan kehidupan sehari-hari dan hubungan interpersonal dengan sekitarnya. Gangguan ini umumnya muncul pada periode menjelang usia dewasa, namun dapat juga membaik seiring bertambahnya usia.

Penderita Gangguan kepribadian ambang dapat memiliki perasaan takut ditinggalkan, ditolak, cemas, marah, merasa tidak berarti, dan kecenderungan menyakiti diri sendiri maupun orang lain. Tindakan impulsif, perubahan mood yang sering terjadi, serta rendahnya citra diri ini menyebabkan penderita kesulitan mempertahankan hubungan yang berkomitmen dan bertahan lama.

Pengertian Gangguan Kepribadian  menurut Kaplan dan Saddock mendefinisikan kepribadian sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang biasanya, kepribadian relatif stabil dan dapat diramalkan.

Sedangkan menurut Koswara (1991) dalam pengertian sehari-hari kepribadian adalah bagaimana individu menampilkan dan menimbulkan kesan bagi individu lain.

Menurut Maramis (1999) kepribadian adalah keseluruhan pola pikiran, perasaan, dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap hidupnya.

Gangguan kepribadian menurut Rusdi Malim (1998) yang merujuk pada PPGDJ-III (Pedoman Penggolongan diagnose Gangguan Jiwa III) adalah paranoid, schizoid, emosional tak stabil tipe implusif dan ambang, historic, anankastik, cemas (menghindar), dependen, khas lainnya yang tidak tergolongkan.

Penyebab Gangguan Kepribadian Ambang

Penyebab pasti gangguan kepribadian ambang belum dapat diketahui dengan jelas. Diperkirakan riwayat pelecehan atau penyiksaan yang dialami semasa kecil memiliki keterkaitan dengan terjadinya gangguan kepribadian ambang.

Hal lain yang juga terkait dengan gangguan kepribadian ambang adalah faktor genetik. Menurut beberapa penelitian, riwayat gangguan kepribadian yang dimiliki oleh salah satu anggota keluarga kemungkinan dapat diwariskan melalui gen ke anggota keluarga lain.

Beberapa penelitian juga menunjukkan perubahan pada beberapa area di otak, terutama yang berperan mengatur sisi emosi, agresi, dan impulsif seseorang, dapat dikaitkan dengan kemunculan kondisi gangguan kepribadian ambang. Selain itu, penurunan fungsi dari zat-zat kimia pada otak, seperti serotonin, juga dikaitkan dengan gangguan kepribadia ambang. Serotonin berfungsi mengendalikan suasana hati (mood).

Ciri kepribadian tertentu juga dapat menjadi faktor risiko berkembangnya gangguan kepribadian ambang. Misalnya seseorang dengan kepribadian agresif dan impulsif. 

Gejala Gangguan Kepribadian Ambang

Gangguan kepribadian ambang dapat memengaruhi pola pikir dan perilaku seseorang. Gejala-gejala yang dapat muncul antara lain:

·         Merasa takut diabaikan sehingga membuat penderitanya menghindari perpisahan, kritik, atau penolakan.
·         Perubahan citra dan identitas diri yang berlangsung dengan cepat sehingga memengaruhi nilai-nilai dan tujuan yang diketahuinya. Penderita gangguan kepribadian ambang dapat memandang dirinya sebagai sosok yang buruk, menyerupai sosok antagonis di dalam sebuah film.
·         Mengalami periode stres yang memicu paranoia, serta kehilangan hubungan dengan kenyataan yang dapat berlangsung hingga beberapa jam.
·         Mengalami perubahan suasana hati yang berlangsung hingga berhari-hari.
·         Memiliki perilaku impulsif yang berisiko dan terkadang berbahaya, seperti judi, hubungan seksualyang tidak aman, mengemudi dengan ceroboh, atau boros. Seseorang dengan gangguan kepribadian ambang dapat berhenti dari pekerjaannya tanpa alasan yang jelas atau mengakhiri hubungan asmara yang pada dasarnya baik.
·         Mudah kehilangan kesabaran dan menjadi sangat marah hingga dapat memicu pertengkaran atau perkelahian.
·         Pada suatu momen dapat menghormati atau menyayangi seseorang, namun kemudian berubah dan menganggap orang tersebut sebagai sosok yang buruk.
·         Merasakan kekosongan secara psikologis yang berlangsung terus-menerus.
·         Dapat berperilaku menyakiti diri sendiri hingga bunuh diri sebagai reaksi dari penyaluran amarah, menghukum diri sendiri, rasa takut ditinggalkan, atau penolakan.

Penderita gangguan kepribadian ambang cenderung berperilaku impulsif saat sakit hati karena setelah melakukannya muncul suatu perasaan lega. Lama kelamaan, penderita gangguan kepribadian ambang semakin terpicu untuk berperilaku impulsif saat sakit hati. Siklus tidak sehat ini dapat dimulai dan terus berlangsung ketika penderita gangguan kepribadian ambang kemudian merasa malu dan bersalah atas tindakannya, lalu kembali melakukan tindakan-tindakan yang bersifat impulsif agar dapat merasa lebih baik. Tindakan ini dapat berkembang menjadi kebiasaan yang dilakukan untuk menghindari rasa sakit secara emosional.

Segera temui dokter jika Anda menyadari kehadiran gejala-gejala kondisi ini, baik pada diri sendiri maupun pada teman dan keluarga. Bicarakan dengan teman atau anggota keluarga tentang memperoleh informasi atau bantuan dari tenaga medis profesional terkait secara baik-baik dan tanpa paksaan. 

Diagnosis Gangguan Kepribadian Ambang

Upaya dokter mengenali dan mendiagnosis borderline personality disorder dimulai dengan mengamati perilaku yang sesuai dengan gejala di atas. Mengingat riwayat peristiwa traumatis, kondisi kesehatan fisik maupun mental di masa lalu, serta pengobatan yang pernah diambil dapat membantu dokter, psikolog, atau psikiater dalam mendiagnosis.

Biasanya dokter akan melakukan wawancara untuk menanyakan hal-hal ini sambil melihat catatan kesehatan Anda. Selain itu, dokter akan melakukan evaluasi psikologis, termasuk diantaranya menginstruksikan Anda untuk mengisi kuisioner. Umumnya diagnosis gangguan kepribadian ambang ditemukan pada pasien berusia dewasa, hal ini dikarenakan kondisi gangguan kepribadian ambang dapat berkurang seiring pertambahan usia anak. 

Pengobatan  Gangguan Kepribadian Ambang

Pengobatan borderline personality disorder  yang utama adalah melalui psikoterapi. Obat-obatan dan perawatan di rumah sakit juga dapat dianjurkan, sesuai dengan kondisi dan keselamatan pasien jika diperlukan. Pada kasus tertentu, penderita gangguan kepribadian ambang dapat melalui perawatan di rumah sakit untuk mencegah kecenderungan melukai dirinya sendiri atau bunuh diri.

Penanganan gangguan kepribadian ambang melalui psikoterapi bermaksud membantu penderita memiliki hidup yang lebih stabil dan mengarahkan aspek kehidupannya menjadi lebih baik. 

Psikoterapi yang juga disebut dengan talk therapy merupakan pendekatan mendasar dalam penanganan gangguan kepribadian ambang untuk membantu penderita memahami kondisi ini dan berfokus pada kemampuannya saat ini. Psikoterapi juga bertujuan membantu penderita gangguan kepribadian ambang dalam mengatur sisi-sisi emosi yang membuat dirinya tidak nyaman, mengenali dirinya sendiri, serta mengendalikan perasaannya terhadap diri sendiri dan orang lain.

Psikoterapi bermaksud melatih penderita dalam mengenali dan menganalisis perasaannya sendiri. Penderita juga diharapkan mampu menekan perasaannya yang impulsif, misalnya menahan amarah yang timbul akibat situasi yang dihadapinya. Dengan demikian dapat mengurangi perilaku kasar dan akhirnya dapat meningkatkan kualitas hubungan sosial. Maka dari itu, penderita gangguan kepribadian ambang akan menjalani suatu bentuk terapi psikologi, misalnya: 

·         Dialectical behavior therapy (DBT).

Terapi ini menggunakan pendekatan berbasis kemampuan dalam mengajari penderita gangguan kepribadian ambang mengatur emosi. Mentoleransi tekanan jiwa, dan memperbaiki hubungan sosial. Tetapi ini dapat dilakukan sendiri atau dalam sebuah grub konsultasi bersama seorang terapis.

·         Mentaliztion-based therapy (MBT).

Terapi ini menitikberatkan metode berfikir sebelum beraksi. MBT membantu penderita gangguan kepribadian ambang mengenali perasaan dan fikiran sendiri dengan menciptakan perspektif alternative dari situasi yang tengah dihadapi.


·         Schema-focused therapy.

Terapi ini membantu penderita gangguan kepribadian ambang mengenali kebutuhan yang tidak terpenuhi pada periode awal hidup yang dapat memicu pola perilaku hidup negatif. Terapi akan memfokuskan kepada usaha pemenuhan kebutuhan tersebut melalui cara yang lebih sehat agar terbangun pola perilaku hidup yang positif. Sama seperti terapi DBT, terapi ini dapat dilakukan secara perorangan maupun di dalam grup konsultasi.

·         Transference-focused psychotherapy (TFP) atau terapi Psikodinamis.

Terapi ini membantu penderita gangguan kepribadian ambang memahami emosi dan kesulitan yang dialaminya dalam mengembangkan hubungan interpersonal. TFP melihat kepada hubungan yang terbangun antara penderita gangguan kepribadian ambang dengan terapis dalam memahami masalah ini. Selanjutnya, pengetahuan yang didapatkan penderita akan diterapkan ke dalam situasi yang dialaminya pada saat ini.

·         General psychiatric management.

Terapi ini menggunakan manajemen kasus dengan berfokus membuat peristiwa yang memicu tekanan emosional menjadi masuk akal. Pendekatan ini dilakukan dengan mempertimbangkan perasaan sebagai konteks interpersonal dan dapat dipadukan bersama pengobatan, terapi kelompok, penyuluhan pada keluarga, atau bahkan perorangan.

·         Pelatihan system untuk prediktabilitas emosional dan pemecahan masalah atau systems training for emotional predictability and problem-solving (STEPPS).

Terapi ini merupakan terapi kelompok bersama anggota keluarga, teman, pasangan, atau pengasuh sebagai bagian dari kelompok terapi yang berlangsung selama 20 minggu. Terapi ini juga digunakan sebagai terapi tambahan bersama psikoterapi lainnya.

Penggunaan obat-obatan dalam terapi penderita gangguan kepribadian ambang lebih bertujuan dalam mengurangi gejala atau komplikasi yang mungkin muncul, seperti depresi dan serangan kecemasan. Jenis-jenis obat yang digunakan tetap membutuhkan resep dokter, 

Antara lain: 

1.      Antidepresi.
2.      Antipsikotik.
3.      Penstabil suasana hati.

Proses pemulihan gangguan kepribadian ambang kemungkinan akan memerlukan waktu yang cukup lama dan terapi yang dilakukan dapat berlangsung selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. 

Berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental yang telah berpengalaman dengan gangguan kepribadian ambang dapat membantu pasien mengembangkan kepribadiannya ke arah yang lebih baik.

Komplikasi Gangguan Kepribadian Ambang

Jika tidak mendapatkan pengobatan yang sesuai, borderline personality disorder berisiko mengganggu berbagai aspek dalam kehidupan penderita, seperti:

·         Depresi.
·         Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan atau penyalahgunaan obat-obatan.
·         Mengidap gangguan kecemasan.
·         Mengidap gangguan pola makan.
·         Mengidap gangguan bipolar.
·         Mengidap gangguan stres paskatrauma (post-traumatic stress disorder/PTSD).
·         Mengidap gangguan bernama attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) atau penyakit hiperaktif.
·         Mengidap gangguan kepribadian.
·         Kehilangan hubungan yang baik dengan sesama maupun pasangan, baik dalam pertemanan maupun perkawinan.
·         Berada dalam hubungan yang tidak sehat atau penuh kekerasan.
·         Kehilangan pekerjaan atau sering berganti pekerjaan.
·         Kehilangan kesempatan dalam menyelesaikan pendidikan.
·         Terlibat dengan hukum, hingga masuk penjara.
·         Mengalami cedera fisik akibat kecenderungan menyakiti diri sendiri.
·         Mengalami kehamilan di luar rencana, memiliki penyakit menular seksual, atau kecelakaan akibat memiliki perilaku yang impulsif dan berisiko.
·         Melakukan percobaan bunuh diri.


DAFTAR PUSTAKA

·         Durand V. Mark dan david H barlow. Psikologi abnoral. Yogyakarta :    pustaka belajar.
·         Davidson, dkk. 2012, Psikologi abnormal edisi ke-9. Jakarta : rajawali pers.
·         Maslim rudi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III: Jakarta.
·         Nevid,jeffrey dan spencer A. Rathus. Psikologi abnormal.Jakarta : penerbit  erlangga.
·         Sunaryo. Psikologis untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar