Definisi
Analisa gas darah (AGD) dapat digunakan untuk
mengukur pH dan kadar oksigen dan karbondioksida pada darah dari arteri. Tes
ini dapat melihat kemampuan paru-paru untuk mengirim oksigen ke dalam darah dan
mengeluarkan karbondioksida dari darah. Pada tes ini, darah diambil dari
pembuluh nadi atau arteri. Beberapa tes darah lainnya menggunakan sampel darah
dari pembuluh vena, setelah darah melewati jaringan-jaringan di mana oksigen
dipakai dan karbondioksida diproduksi.
Mendiagnose atau mengobati kegagalan pernafasan
tanpa pemeriksaan analisa gas darah sama halnya seperti mengobati koma
diabetikum tanpa penetapan kadar gula darah.(7).
Tanpa pemeriksaan analisa gas darah(AGD) tidak seorangpun anestesiologist secara akurat bisa menetapkan derajat kegagalan pernafasan.
Kebiasaan dalam tindakan anestesi rutin untuk
menetapkan adekuatnya fungsi pernafasan selama atau sesudah operasi hanya
didasarkan pada kembang kempisnya reservoir bag atau dada pasien, warna kulit,
mukosa dan darah dilapangan operasi.
Padahal tanda-tanda tersebut bukanlah tanda-tanda
dini terjadinya hipoksemia sebab cyanosis baru terlihat bila tekanan partiel O2
dalam arteri(PaO2) menurun sampai 50 torr. Apalagi kalau Hb <5 g% cyanosis
tidak akan terlihat walaupun hipoksemia cukup berat. Pada konstrikasi pembuluh
darah perifer kelihatan seperti cyanosis padahal tanpa hipoksemia. Dalam
keraguan apakah cyanosis karena hipoksemia atau bukan langkah pertama
perlakukan sebagai hipoksemia sampai dapat dibuktinan bukan hipoksemia.
Keseimbangan pH pada darah dan kadar oksigen dan karbondioksida dapat mengindikasikan bagaimana paru-paru dan ginjal Anda berfungsi. Identifikasi ketidakseimbangan pada pH dan gas darah dapat memberikan peringatan awal bagaimana tubuh Anda mengatasi penyakit.
Dokter akan melakukan analisa gas darah jika dokter menduga Anda mengalami kondisi-kondisi seperti:
·
penyakit paru-paru.
·
penyakit ginjal.
·
penyakit metabolism.
·
cedera pada kepala dan leher yang
mempengaruhi pernapasan.
Tujuan
dan Manfaat Pemeriksaan AGD
Sebuah
analisis ABG mengevaluasi seberapa efektif paru-paru yang memberikan oksigen ke
darah . Tes ini juga menunjukkan seberapa baik paru-paru dan ginjal yang
berinteraksi untuk menjaga pH darah normal (keseimbangan asam-basa).
Peneliatian ini biasanya dilakukan untuk menilai penyakit khususnya pernapasan
dan kondisi lain yang dapat mempengaruhi paru-paru, dan sebagai pengelolaan
pasien untuk terapi oksigen (terapi pernapasan). Selain itu, komponen asam-basa
dari uji tes dapat memberikan informasi tentang fungsi ginjal.
Adapun
tujuan lain dari dilakukannya
pemeriksaan analisa gas darah,yaitu :
1. Menilai
fungsi respirasi (ventilasi).
2. Menilai
kapasitas oksigenasi.
3. Menilai
Keseimbangan asam-basa.
4. Mengetahui
keadaan O2 dan metabolisme sel.
5. Efisiensi
pertukaran O2 dan CO2.
6. Untuk
mengetahui kadar CO2 dalam tubuh.
7. Memperoleh
darah arterial untuk analisa gas darah atau test diagnostik yang lain.
Disamping itu Analisis gas darah digunakan untuk diagnosa
dan pengelolaan :
1. Penyakit
pernafasan.
2. Pemberian
oksigen.
3. Kadar
oksigenasi dalam darah.
4. Kadar
CO2.
5. Keseimbangan
asam-basa.
6. Ventilasi.
AGD
tidak perlu dilakukan apabila:
1. Hasil
tidak akan memberikan pengaruh pada tindakan medis selanjutnya.
2. Mengikuti
prosedur pemeriksaan yang ada, bukan karena adanya indikasi.
3. Masih
terdapat cara lain yang lebih mudah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
4. omplikasi
yang timbul >>daripada hasil AGD yang diharapkan.
Faktor yang mempengaruhi
pemeriksaan AGD :
1. Gelembung
udara.
Tekanan
oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka ia
cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang
dari 158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat.
2. Antikoagulan.
Antioagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. pemberian heparin yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2. Sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh kesamaan heparin.
3. Metabolisme.
Sampel
darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia
membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya
sampel diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung
diperiksa, dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam.
4. Suhu
Ada
hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan
PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2.
5. Nilai.
Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai PCO2 yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan saturasi oksigen merupakan faktor yang penting pada nilai oksigenasi darah.
Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai PCO2 yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan saturasi oksigen merupakan faktor yang penting pada nilai oksigenasi darah.
Indikasi
Analisa Gas Darah
Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah
(AGD) yaitu :
· Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik.
penyakit
paru obstruktif kronis yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara pada
saluran napas yang bersifat progresif non reversible ataupun reversible
parsial.
Terdiri
dari 2 macam jenis yaitu bronchitis kronis dan emfisema, tetapi bisa juga
gabungan antar keduanya.
·
Pasien dengan edema pulmo.
pasien edma terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan yang merembes keluar pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai gantinya udara. Ini dapat menyebabkan persoalan-persoalan dengan pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida), berakibat pada kesulitan bernapas dan pengoksigenan darah yang buruk. Ada kalanya ini dapat dirujuk sebagai "air dalam paru-paru" ketika mengambarkan kondisi ini pada pasien-pasien.
Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang berbeda. Ia dapat dihubungkan pada gagal jantung, disebut cardiogenic pulnonary edema atau dihubungkan pada sebab-sebab lain, dirujuk sebagai non-cardiogenic pulmonary edema.
·
Pasien akut respiratori distress sindrom
(ARDS).
ARDS terjadi sebagai akibat cidera atau trauma pada membran alveolar kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel alveolar dan perubahan dalam jaring-jaring kapiler, terdapat ketidak seimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas akibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam paru-paru. ARDS menyebabkan penurunan dalam pembentukan surfaktan, yang mengarah pada kolaps slveolar. komplians paru menjadi sangat menurun atau paru-paru menjadi kaku akibatnya adalah penurunan karakteristik dalam kapasitas residual fungsional, hipoksial berat dan hipokapnia (Bruner & Suddart 616).
·
Infark miokard.
Infark miokard adalah perkembangan
cepat dari nekrosis otot jantung yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen (Fenton, 2009). Klinis sangat mencemaskan karena
sering berupa serangan mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala
pendahuluan (Santoso, 2005).
·
Pneumonia.
Pneumonia merupakan penyakit dari
paru-paru dan sistem dimana
alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab
untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan
cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena
bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia juga dapat terjadi karena bahan
kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, atau secara tak langsung dari
penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan alkohol.
·
Pasien syok.
Syok merupakan suatu klinik yang terjadi jika sirkulasi darah arteri tidak kuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi jaringan yang kuat tergantung pada 3 faktor utama, yaitu curah jantung, volume darah, dan pembuluh darah. jika salah satu dari ketiga faktor penentu ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. pada syok juga terjadi hipoperfusi jaringan yang menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolisme sel sehinga seringkali menyebabkan kematian pada pasien.
·
Post pembedahan coronary arteri baypass.
Coronary Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu respon
inflamasi sistemik pada derajat tertentu dimana hal tersebut ditandai dengan
hipotensi yang menetap, demam yang bukan disebabkan karena infeksi, DIC, oedem
jaringan yang luas, dan kegagalan beberapa organ tubuh. Penyebab inflamasi
sistemik ini dapat disebabkan oleh suatu respon banyak hal, antara lain oleh
karena penggunaan Cardiopulmonary
Bypass (Surahman, 2010).
·
Resusitasi cardiac arrest.
Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan
oleh beberapa faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik
(perdarahan yang banyak, sengatan listrik,kekurangan oksigen akibat tersedak,
tenggelam ataupun serangan asma yang berat), kelainan bawaan, perubahan
struktur jantung (akibat penyakit katup atau otot jantung) dan
obat-obatan.Penyebab lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension
pneumothorax. Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti.
Berhentinya peredaran darahmencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh.
Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai
oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak,
menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal.Kerusakan
otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan
selanjutnyaakan terjadi kematian dalam 10 menit. Jika cardiac arrest dapat
dideteksi dan ditangani dengansegera, kerusakan organ yang serius seperti
kerusakan otak, ataupun kematian mungkin bisa dicegah.
Komponen
yang diperiksa
Sebelum menjalani analisa gas darah nformasikan
dokter apabila Anda:
·
pernah memiliki masalah perdarahan atau
mengonsumsi pengencer darah seperti aspirin atau warfarin (Coumadin).
·
sedang mengonsumsi obat-obatan.
·
slergi terhadap obat, seperti anestesi.
Tes ini memerlukan sampel darah sebanyak 2 ml. Darah
dapat diambil dari pembuluh nadi di pergelangan tangan, lengan, atau pangkal
paha. Penyedia medis Anda akan mengaplikasikan alkohol atau antiseptik pada
kulit, kemudian mengambil darah dengan jarum suntik. Sampel darah akan
dianalisis menggunakan mesin portabel atau pada laboratorium. Untuk mendapatkan
hasil terbaik, tes harus segera dianalisis dalam 10 menit setelah pengambilan
darah.
Walaupun jarang terjadi masalah, berhati-hatilah
dengan lengan atau paha yang telah diambil darah. Hindari mengangkat barang
selama 24 jam setelah pengambilan darah dari arteri. Biasanya, hasil tes segera
diketahui.
Lokasi
Pengambilan Darah Arteri
a. Arteri
Radialis dan Arteri Ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s test).
Test
Allen’s merupakan uji penilaian terhadap sirkulasi darah di tangan, hal ini dilakukan
dengan cara yaitu: pasien diminta untuk mengepalkan tangannya, kemudian berikan
tekanan pada arteri radialis dan arteri ulnaris selama beberapa menit, setelah
itu minta pasien unutk membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri,
observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus
memerah dalam 15 detik, warnamerah menunjukkan test allen’s positif. Apabila
tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika
pemeriksaan negative, hindarkan tangan tersebut
dan periksa tangan yang lain.
b. Arteri
Dorsalis pedis
merupakan
arteri pilihan ketiga jika arteri radialis dan ulnaris tidak bisa digunakan.
c. Arteri
Brakialis
Merupakan
arteri pilihan keempat karena lebih banyak resikonya bila terjadi obstruksi pembuluh
darah. Selain itu arteri femoralis terletak sangat dalam dan merupakan salah
satu pembuluh utama yang memperdarahi ekstremitas bawah.
d. Arteri
Femoralis
merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri diatas
tidak dapat diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh darah
akan menghambat aliran darah ke seluruh tubuh / tungkai bawah dan bila
yang dapat mengakibatkan berlangsung lama dapat menyebabkan kematian jaringan.
Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat terjadi
percampuran antara darah vena dan arteri.
Selain itu arteri femoralis terletak
sangat dalam dan merupakan salah satu pembuluh utama yang memperdarahi
ekstremitas bawah..
Arteri
Femoralis atau Brakialis sebaiknya jangan digunakan jika masih ada alternative
lain karena tidak memiliki sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi bila
terjadi spasme atau thrombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris
sebaiknya tidak digunakan karena adanya resiko emboli ke otak.
Penjelasan
dari Hasil Tes
Skor normal yang ada pada daftar ini (disebut
referensi kisaran hanya berfungsi sebagai panduan. Kisaran ini bervariasi dari
satu laboratorium dengan laboratorium lainnya, dan laboratorium mungkin
memiliki skor normal yang berbeda. Laporan laboratorium biasanya akan
memuat berapa kisaran yang mereka gunakan. Dokter juga akan memeriksa
hasil tes berdasarkan kondisi kesehatan dan faktor lainnya. Hal ini berarti
jika hasil tes masuk kisaran abnormal dalam panduan ini, bisa saja di
laboratorium atau untuk kondisi skor tersebut termasuk ke kisaran
normal.
Analisa gas
darah (pada level permukaan laut dan udara pernapasan ruang)
·
Partial pressure of oxygen (PaO2) : Lebih dari 80 mm Hg (lebih
dari 10.6 kPa).
·
Partial pressure of carbon dioxide
(PaCO2) : 35–45 mm Hg (4.6–5.9 kPa).
·
pH :
7.35-7.45.
·
Bicarbonate (HCO3) : 22–26
mEg/L (22-26 mmol/L).
·
Oxygen content (O2CT) : 15-22 mL
per 100 Ml darah (6.6-9.7 mmo/L0
·
Oxygen saturation (O2Sat) : 95%-100%
(0.95-1.00).
Konsentrasi oksigen yang dihirup atau fraction of inhaled oxygen (F1O2) juga dicantum pada hasil laporan. Hal ini berguna jika sedang dalam terapi oksigen dari tangki atau ventilator.'
beberapa kondisi dapat mempengaruhi kadar gas darah. dokter akan memberi konsultasi padatentang hasil abnormal terkait dengan gejala yang dialami .
Pencegahan
dan peringatan
Tes AGD pada umumnya dilakukan pada pasien yang menderita cedera atau penyakit parah. Tes ini dapat mengukur seberapa baik paru-paru dan ginjal bekerja dan seberapa baik tubuh menggunakan tenaga.
Tes AGD paling efektif digunakan pada saat laju pernapasan meningkat atau menurun atau saat pasien memiliki kadar gula darah (glukosa) yang tinggi, infeksi parah atau gagal jantung.
Jika beberapa sampel darah diperlukan, tabung tipis (arterial catheter) dapat ditempatkan pada arteri. Darah dapat diambil pada saat dibutuhkan.
DAFTAR
PUSTAKA
· Surahman, Pengaruh Cardiopulmonar Bypass
Terhadap Jumlah Leukosit Pada Operasi Coronary Artery Bypass Graft, Jurnal
Kedokteran, Mei 2010, Universita Diponegoro.
· Joyce LeFever Kee. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium &
Diagnostik, Edisi 6. Jakarta :
EGC.
· Laboratorium Patologi Klinik FK-UGM.
1995. Tuntunan Praktikum Hematologi,
Bagian Patologi Klinik FK-UGM. Yogyakarta : FK-UGM.
· R. Gandasoebrata. 1992. Penuntun Laboratorium Klinik. Bandung
: Dian Rakyat.
· Brunner dan Suddarth.2002.Buku Ajar
Keperaawatan Medikal Bedah (terjemahan).Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
· Djojodibroto, D.2009.Respirologi
(Respiratory Medicine).Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
· Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan
Asam-Basa.2008.Jakarta: Balai Penerbit FKUI.