Pengertian
Fenilketonuria
Fenilketonuria adalah kelainan genetika langka yang
muncul sejak lahir. Kondisi ini akan menyebabkan tubuh tidak bisa melerai
fenilalanin. Fenilalanin merupakan asam amino yang sangat dibutuhkan tubuh
untuk membantu pembentukan protein.
Jika tubuh tidak bisa memproses fenilalanin,
substansi tersebut akan menumpuk dalam darah dan otak. Kadar fenilalanin yang
tinggi dan tidak ditangani berpotensi memicu komplikasi yang serius:
·
Kerusakan permanen pada otak.
·
Gangguan saraf, seperti tremor atau
kejang.
·
Ukuran kepala kecil sehingga terlihat
tidak wajar.
Gejala-gejala
Fenilketonuria
Fenilketonuria biasanya tidak memiliki gejala awal
yang terlihat pada bayi yang baru lahir. Jika kondisi ini tidak ketahuan dan
tidak ditangani sesegera mungkin saat bayi lahir, gejalanya baru akan terlihat
beberapa bulan setelahnya. Tanda-tanda fenilketonuria yang tidak ditangani
umumnya meliputi:
·
Kelainan intelektual atau
keterbelakangan mental.
·
Gangguan tingkah laku, emosional, serta
sosial. Misalnya, sering uring-uringan.
·
Pertumbuhan yang lamban.
·
Epilepsi.
·
Tremor.
·
Sering muntah.
·
Gangguan kulit, misalnya ruam.
·
Bau apak pada napas, urine, kulit, atau
rambut anak.
Jika ditangani sedini mungkin,
kondisi ini jarang menunjukkan gejala di kemudian hari. Pemeriksaan kesehatan
secara dini pada bayi sangat dianjurkan. Ini dilakukan bukan hanya untuk
mengecek potensi fenilketonuria, tapi juga berbagai kondisi kesehatan yang
serius lainnya.
Pengidap fenilketonuria yang sedang
hamil juga sebaiknya memeriksakan diri secara rutin dan menjaga pola makannya
selama kehamilan. Kadar fenilketonuria yang tinggi dalam darah sang ibu bisa
membahayakan janin karena dapat memicu keguguran.
Penyebab
Fenilketonuria
Fenilketonuria merupakan penyakit
yang muncul akibat mutasi genetika. Mutasi tersebut kemudian membuat gen
fenilalanin hidroksilase tidak memproduksi enzim pengurai fenilalanin dalam
tubuh pengidap.Penyebab di balik mutasi genetika belum diketahui secara pasti.
Para pakar percaya bahwa kondisi ini
juga berhubungan erat dengan faktor keturunan. Jika mempunyai ayah dan ibu yang
sama-sama membawa bakat fenilketonuria, sang anak akan memiliki sekitar 25
persen kemungkinan untuk mengidap kondisi tersebut.
Diagnosis
Fenilketonuria
Pemeriksaan fenilketonuria biasanya dilakukan
melalui tes darah saat bayi berusia satu minggu. Jika terbukti mengidap
fenilketonuria, bayi Anda akan membutuhkan pemeriksaan secara rutin untuk
mengukur kadar fenilalanin dalam tubuhnya. Berdasarkan usia pengidap, frekuensi
tes darah untuk fenilketonuria meliputi:
·
Satu kali seminggu untuk bayi berusia
hingga enam bulan.
·
Satu kali dalam dua minggu untuk enam
bulan hingga empat tahun.
·
Satu kali dalam sebulan untuk anak
berusia di atas empat tahun hingga dewasa.
Pengobatan
Fenilketonuria
Fenilketonuria termasuk penyakit
yang tidak bisa disembuhkan. Pengobatan yang dilakukan bertujuan untuk
mengendalikan kadar fenilketonuria dalam tubuh agar tidak memicu gejala serta
komplikasi.
Langkah utama dalam menangani
kondisi ini adalah dengan menerapkan pola makan yang rendah protein. Disarankan
untuk menghindari bahan makanan yang kaya protein seperti telur, produk susu,
ikan, serta semua jenis daging. Jenis bahan makanan lain pun harus senantiasa
dipilih dan ditakar dengan cermat, termasuk sayur dan buah.
Di samping menjaga pola makan,
pengidap fenilketonuria juga diharuskan mengonsumsi suplemen asam amino.
Langkah ini berguna untuk mencukupi gizi yang dibutuhkan tubuh dalam
pertumbuhan.
Pengidap fenilketonuria harus
senantiasa menjaga agar kadar fenilalanin dalam tubuh mereka tidak berlebihan.
Sebelum mengubah pola makan, tiap pengidap dianjurkan untuk selalu
mendiskusikannya dengan dokter. Pemeriksaan kondisi kesehatan secara rutin juga
dibutuhkan untuk menanggulangi kemungkinan adanya komplikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar