Pengertian
Penyakit Huntington
Pada penderitanya, kondisi ini akan memengaruhi kemampuan fisik dalam bergerak, menyebabkan gangguan kejiwaan atau mental, serta menurunkan kemampuan berpikir (kognitif) otak. Gejala penyakit Huntington hampir serupa dengan gejala penyakit Parkinson. Gejala bisa muncul di usia berapa pun, namun umumnya muncul pada usia 30-50 tahun.
Penyebab
Penyakit Huntington
Penyakit Huntington yang muncul pada
usia muda sering kali memunculkan gejala yang berbeda dengan disertai
memburuknya penyakit yang lebih cepat. Penyakit ini menyebabkan gangguan
pergerakan, kognitif (persepsi, pola pikir, penilaian, dan kewaspadaan),
perilaku, dan kejiwaan dengan gejala dalam skala yang lebar dan berbeda-beda
pada penderitanya. Seorang penderita mungkin memiliki gejala penurunan kognitif
yang lebih dominan dibanding gejala lainnya.
Berikut adalah gejala penyakit
Huntington yang diklasifikasikan berdasarkan kemampuan yang dipengaruhinya,
yaitu:
1. Gangguan
kognitif.
Gejala
yang berkaitan dengan penyakit Huntington, antara lain:
·
Berkurangnya kendali atas dorongan atau
keinginan yang mendadak sehingga terjadi pelepasan emosi tiba-tiba, bertindak
tanpa berpikir, hingga berganti-ganti pasangan seksual.
·
Menjadi kurang peka terhadap perilaku
dan kemampuan sendiri.
·
Mengalami kesulitan mengolah atau
mempelajari informasi baru.
·
Menjadi lambat dalam memproses pikiran
atau menemukan kata-kata.
·
Mengalami kesulitan mengatur, membuat
prioritas, dan tetap fokus.
·
Berkurangnya fleksibilitas sehingga
memiliki kecenderungan terjebak pada satu pemikiran, tindakan, atau perilaku.
2. Gangguan
pergerakan.
Berupa
gerakan spontan (tidak disengaja), maupun melemahnya gerakan yang dilakukan
dengan sengaja. Gangguan ini akan sangat memengaruhi aktivitas sehari-hari,
termasuk bekerja, berkomunikasi dan kemandirian.
Gejalanya
antara lain:
·
Pergerakan mata yang lambat atau tidak
wajar.
·
Menyentak atau menggeliat secara spontan
yang tidak bisa dikontrol.
·
Kesulitan berbicara atau menelan.
·
Gangguan keseimbangan, postur tubuh, dan
gaya berjalan.
·
Kekakuan otot atau otot yang memendek
(kontraktur).
3. Gangguan
kejiwaan.
Depresi
adalah salah satu gangguan kejiwaan yang paling umum dikaitkan dengan penyakit
Huntington akibat cedera otak yang memengaruhi fungsi otak. Depresi bisa juga
dikaitkan dengan respons penderita terhadap diagnosis penyakit ini.
Gejala-gejala
yang mungkin dialami, antara lain:
·
Menarik diri secara sosial.
·
Insomnia.
·
Gangguan obsesif kompulsif.
·
Mania.
·
Gangguan bipolar.
·
Kelelahan dan kehilangan energi tubuh.
·
Selalu merasa sedih, mudah marah, atau
tidak acuh (apati).
·
Penurunan berat badan seiring penyakit
berkembang.
·
Sering berpikir bahwa dirinya sekarat,
memikirkan kematian, atau bahkan berniat untuk bunuh diri.
Penyakit Huntington yang muncul pada penderita yang
berusia di bawah 20 tahun memiliki gejala yang sedikit berbeda dibanding
penderita yang lebih dewasa. Gejalanya termasuk:
·
Perubahan kemampuan motorik halus yang
mudah dilihat dan dibedakan, seperti tulisan tangan.
·
Mengalami tremor atau gerakan yang tak
disadari.
·
Kejang.
·
Otot kaku dan berkontraksi sehingga
memengaruhi cara berjalan, khususnya pada anak-anak.
·
Penurunan prestasi sekolah yang
signifikan.
·
Gangguan perilaku.
·
Kehilangan kemampuan akademik dan fisik
yang pernah dipelajari sebelumnya.
Diagnosis
Penyakit Huntington
Jika mengalami gejala-gejala yang
disebutkan di atas, dokter umum akan merekomendasikan pasien kepada seorang
dokter saraf dan psikiater untuk pemeriksaan lebih lanjut. Sebuah wawancara
atau anamnesa dengan pasien mengenai kondisi, sejarah penyakit penderita dan
juga keluarga, serta pemeriksaan fisik akan sangat membantu diperolehnya
diagnosis. Sehingga ada baiknya Anda mengingat atau membuat catatan mengenai
gejala, pengobatan, dan hal terkait kesehatan pribadi dengan baik.
Beberapa pertanyaan dan pemeriksaan
akan dilakukan untuk mengecek apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor
berikut:
·
Motorik.
Kekuatan
otot, kontraksi otot, refleks, koordinasi, dan keseimbangan.
·
Sensorik.
Penglihatan
dan pergerakan mata, indera peraba, dan pendengaran.
·
Neuropsikologi.
Ingatan,
pikiran, fungsi bahasa, penalaran yang berhubungan dengan ruang (spasial), dan
ketangkasan mental.
·
Kejiwaan.
Status
mental dan suasana hati/mood.
·
Evaluasi psikiatri.
Pola
perilaku, keadaan emosi, kemampuan mengatasi masalah, kualitas dalam membuat
penilaian, tanda-tanda pikiran yang terganggu, dan bukti jika ada
penyalahgunaan zat atau obat-obatan.
Pemeriksaan penunjang diagnosis yang mungkin
dilakukan, antara lain:
·
Tes prediksi genetik. Tes ini diberikan
pada seseorang yang memiliki sejarah penyakit keturunan dalam keluarganya,
namun tidak menunjukkan gejala dari penyakit tersebut. Tes ini biasanya
dilakukan sebelum seseorang merencanakan berkeluarga dan dipilih sebagai
langkah pencegahan terhadap risiko berkembangnya penyakit tanpa diketahui.
·
Tes dan konseling genetik pada gen yang
cacat. Tes ini akan memastikan diagnosis suatu penyakit turunan setelah
penderita mengalami gejala terkait dan diketahui memiliki sejarah penyakit
turunan di keluarganya. Tes ini juga bisa digunakan ketika anggota keluarga
sebelumnya tidak ada yang dikonfirmasi mengidap penyakit Huntington.
·
Tes pencitraan dan fungsi otak. Tes ini
dilakukan untuk mendapatkan informasi struktur dan fungsi otak yang terpengaruh
oleh penyakit Huntington dan membantu menyingkirkan penyakit lain yang
mendasari kondisi atau gejala pasien. Beberapa tes pencitraan yang bisa
dilakukan antara lain MRI dan CT scan.
Pengobatan
Penyakit Huntington
Perlu diketahui bahwa pengobatan
penyakit Huntington tidak bisa membantu memperbaiki atau mengembalikan kondisi
fisik, mental, dan perilaku yang telah menurun akibat kondisi ini. Beberapa
jenis obat-obatan yang tersedia untuk penyakit Huntington diberikan untuk
mengurangi gejala yang berupa gangguan pergerakan dan kejiwaan. Obat-obatan yang
diberikan dapat berubah-ubah sesuai dengan tujuan perawatan dan perkembangan
kondisi sepanjang periode pengobatan karena memiliki efek samping yang dapat
memicu atau memperburuk gejala lain.
Berikut adalah penjabaran dari
obat-obat yang digunakan dalam penanganan penyakit Huntington, sesuai dengan
gejala yang menyertainya.
a. Pengobatan
untuk gangguan pergerakan.
·
Antipsikotik, digunakan untuk menekan
gerakan spontan yang biasanya melibatkan wajah, bahu, dan pinggang (chorea).
Namun di sisi lain obat ini dapat memperburuk gejala lain yaitu kontraksi otot
yang tidak disadari dan kekakuan otot. Beberapa contoh obat yang digunakan
adalah haloperidol, risperidone, dan chlorpromazine.
·
Tetrabenazine, digunakan untuk gejala berupa gerakan
menyentak atau menggeliat yang tidak terkontrol. Beberapa risiko efek
sampingnya adalah mual, gelisah, kantuk, dan reaksi yang lebih serius yaitu
memicu atau memperburuk depresi atau kondisi kejiwaan lain.
·
Obat-obatan lain, seperti clonazepam,
amantadine, dan levetiracetam. Beberapa efek samping yang mungkin
muncul jika digunakan tanpa pengawasan dokter adalah ketergantungan dan
overdosis. Efek samping lainnya, yaitu mual, gangguan pencernaan, perubahan
suasana hati, pembengkakan kaki, perubahan warna kulit, kantuk, dan memperburuk
gejala kognitif dari kondisi ini.
b. Pengobatan
gangguan kejiwaan.
·
Antipsikotik, digunakan untuk meredam
pelepasan emosi yang meledak-ledak, seperti melakukan kecemasan, tindakan
kekerasan, dan gejala psikosis maupun perubahan suasana hati. Penggunaan obat
antipsikotik dapat memicu gangguan pergerakan sehingga harus digunakan di bawah
pengawasan dokter. Beberapa contoh obat antipsikotik, yaitu risperiodone,
quetiapine, dan olanzapine.
·
Antidepresi, digunakan untuk mengobati
gejala dari gangguan obsesif kompulsif yang bisa dialami oleh seorang penderita
penyakit Huntington. Beberapa contoh obat antidepresi yang mungkin diberikan
adalah fluoxetine dan citalopram dengan kemungkinan efek
samping mual, diare, kantuk, dan tekanan darah rendah.
·
Penstabil suasana hati, digunakan untuk
mencegah pasien mencapai titik tinggi maupun rendah dari gangguan bipolar dan
juga sebagai antikonvulsan. Beberapa obat yang mungkin diberikan, antara lain carbamazepine,
valproate, dan lamotrigine dengan efek samping bertambahnya berat
badan, gangguan saluran pencernaan, dan tremor.
Selain pengobatan terdapat beberapa jenis terapi
yang juga digunakan dalam penanganan gejala penyakit Huntington, yaitu:
·
Terapi bicara.
Untuk
memperbaiki gangguan kendali pada otot mulut dan tenggorokan yang digunakan
untuk berbicara, mengunyah, dan menelan.
·
Terapi fisik.
Untuk
meningkatkan fleksibilitas, kekuatan, koordinasi dan keseimbangan serta menjaga
pergerakan dan mengurangi risiko terjatuh. Terapis mungkin akan
merekomendasikan alat bantu seperti kursi roda dan memberikan instruksi terkait
pada pasien untuk memperbaiki postur dan mengurangi gangguan pergerakan
lainnya.
·
Psikoterpi.
Untuk
mengelola gangguan perilaku pasien, menumbuhkembangkan harapan dan strategi
selama berada dalam kondisi ini maupun perawatan yang tengah dilalui, serta
membantu terciptanya komunikasi yang efektif di antara anggota keluarga.
·
Occupational therapy.
Terapi
ini membantu penderita melakukan pekerjaan tertentu dengan disertai alat bantu
yang tersedia untuk meningkatkan kemampuan fungsionalnya. Beberapa alat bantu
yang akan membantu penderita penyakit Huntington melakukan aktivitasnya, antara
lain susuran tangga dan alat makan atau minum yang dibuat khusus untuk orang
yang memiliki keahlian motor halus yang terbatas.
Semakin penyakit Huntington berkembang menjadi
kondisi yang lebih serius, pasien akan menjadi semakin bergantung pada bantuan
orang di sekelilingnya untuk membantu mengatasi keterbatasan kemampuannya.
Kebiasaan makan dan asupan nutrisi adalah beberapa faktor yang berdampak pada
aspek kehidupan penderita penyakit Huntington. Berikut adalah beberapa langkah
yang bisa dilakukan oleh keluarga dalam mencukupi kebutuhan pasien di rumah.
Diskusikanlah terlebih dahulu dengan dokter sebelum
mengambil langkah perawatan ini.
·
Menjaga berat badan.
·
Menjaga asupan kalori. Penderita
penyakit Huntington mungkin membutuhkan frekuensi yang lebih dari tiga kali
sehari untuk memenuhi jumlah kalori yang diperlukannya.
·
Mengganti makanan yang berpotensi
menyebabkan pasien tersedak ketika sedang makan, atau menggunakan sedotan dan
alat makan khusus. Pasien mungkin akan tetap memerlukan bantuan untuk makan dan
minum.
·
Menggunakan kalendar untuk menjaga
rutinitas tetap sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.
·
Menentukan prioritas dari
kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan.
·
Menguraikan langkah yang perlu dilakukan
dari setiap kegiatan.
·
Membuat pengingat untuk kegiatan yang
harus dilakukan.
·
Sebisa mungkin menciptakan lingkungan
yang tenang, terstruktur dan mudah.
·
Menghindari stres dan faktor lain yang
bisa memicu depresi atau gejala penyakit Huntington lainnya.
·
Bersama pihak sekolah membuat rencana
pendidikan yang sesuai dengan anak penderita penyakit Huntington.
·
Menyediakan kesempatan bagi penderita
untuk tetap menjalin dan menjaga interaksi sosial dan pertemanan.
Penderita penyakit
Huntington yang mulai mengalami gejala serius akan membutuhkan pemeriksaan
pendahuluan sebelum diizinkan mengemudi, karena kondisi tersebut akan turut
memengaruhi kemampuan mereka dalam berkendara.
Komplikasi
Penyakit Huntington
Periode perkembangan penyakit
Huntington dari awal hingga memburuknya kondisi dan terjadi kematian
membutuhkan jangka waktu yang berbeda-beda, mulai dari sepuluh hingga tiga
puluh tahun. Periode yang lebih pendek (kurang dari sepuluh tahun) biasanya
terjadi pada penderita yang masih anak-anak.
Kematian mungkin akan lebih cepat
terjadi jika dikaitkan dengan gejala depresi yang menimbulkan keinginan bunuh
diri pada penderita, baik sebelum diagnosis diperoleh dan ketika mulai
kehilangan kemandiriannya. Inilah sebabnya penderita penyakit Huntington
membutuhkan penanganan gejala, bantuan, dan perhatian agar terhindari dari
komplikasi yang berujung kematian, seperti:
·
Berbagai cedera akibat jatuh.
·
Berbagai komplikasi akibat kesulitan
menelan.
·
Berbagai infeksi, seperti pneumonia.
Pencegahan
Penyakit Huntington
Penderita Huntington umumnya
khawatir jika penyakit turunan ini akan dialami juga oleh anaknya, sehingga
tidak sedikit juga penderita yang melakukan konseling genetik atau tes genetik
sebelum merencanakan untuk memiliki anak. Seorang konselor genetik akan
membahas mengenai risiko potensial dari hasil tes yang positif yaitu indikasi
berkembangnya penyakit Huntington pada orang tua.
Tindakan pencegahan lainnya adalah
dengan mempertimbangkan pilihan dan langkah-langkah perencanaan keluarga
lainnya, misalnya melakukan tes genetik prapersalinan atau melakukan
fertilisasi in vitro (IVF). Prosedur IVF akan menggunakan sperma atau
sel telur yang berasal dari seorang donor.
Pilihan lainnya adalah prosedur
diagnosis genetik praimplantasi dan fertilisasi in vitro. Hal ini dilakukan
dengan cara membuahi sel telur di luar ovarium untuk kemudian dilakukan tes
genetik. Embrio yang memiliki hasil tes negatif baru kemudian akan dimasukkan
ke dalam rahim ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar