Pengertian
Penyakit Kawasaki
Selain pembuluh darah, penyakit Kawasaki dapat menyerang limfonodi, kulit, dan membran mukosa yang terdapat di dalam mulut, hidung, serta tenggorokan. Karena itu, penyakit ini juga disebut sindrom limfonodi mukokutan.
Penyebab penyakit Kawasaki belum diketahui secara pasti. Para pakar menduga terdapat beberapa faktor yang mungkin melatarbelakangi penyakit ini, misalnya faktor keturunan, infeksi, kondisi autoimun, dan beberapa faktor lainnya.
Pengobatan terhadap penyakit Kawasaki paling baik dilakukan maksimal 10 hari sejak gejala muncul. Semakin cepat penanganan dilakukan, semakin kecil pula risiko komplikasi. Penyakit ini pun bisa lebih cepat disembuhkan.
Gejala
Penyakit Kawasaki
Gejala penyakit Kawasaki umumnya
muncul dalam tiga tahap dan akan berlangsung selama kurang lebih 1,5 bulan.
Tahap pertama terjadi pada minggu
1-2. Pada tahap ini, gejala utama yang muncul adalah demam selama lebih dari
lima hari yang disertai:
·
Ruam kemerahan yang pertama muncul di
area organ intim dan menyebar ke tubuh bagian atas, tangan, kaki, serta wajah.
Ruam ini biasanya akan hilang dalam waktu satu minggu.
·
Mata merah, tapi tidak keluar cairan.
·
Perubahan kondisi mulut, seperti lidah
atau tenggorokan merah serta bibir yang kering dan pecah-pecah.
·
Jari-jari tangan atau kaki yang bengkak
dan memerah. Tangan dan kaki juga akan terasa sakit.
·
Pembengkakan kelenjar getah bening pada
leher.
Pada minggu 2-4, pasien pengidap
penyakit Kawasaki akan mengalami tahap kedua. Demam biasanya sudah turun, tapi
pasien akan mengalami gejala-gejala lain yang meliputi kulit pada ujung jari
tangan dan kaki mengelupas, gangguan pencernaan (seperti diare, muntah, dan sakit
perut), serta rasa nyeri dan pembengkakan pada sendi.
Pada tahap inilah, risiko komplikasi
seperti aneurisma dapat muncul. Aneurisma adalah kondisi pecahnya pembuluh
darah akibat dinding pembuluh darah tidak cukup kuat untuk menahan aliran
darah. Lemahnya pembuluh darah ini disebabkan oleh proses peradangan yang
terjadi akibat penyakit Kawasaki.
Pasien akan memasuki tahap ketiga
pada minggu 4-6. Pada minggu-minggu ini, gejala-gejala penyakit Kawasaki
perlahan-lahan akan berkurang, tapi kondisi anak umumnya masih lemas sehingga
mudah lelah.
Gejala-gejala penyakit ini cenderung
mirip dengan infeksi lain, terutama gejala demam pada tahap pertama. Jika anak
Anda mengalami kondisi ini, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter agar anak
Anda mendapat penanganan yang tepat.
Penyakit Kawasaki memang tidak bisa
dicegah, tapi diagnosis dan penanganan secepat mungkin dapat menurunkan risiko
komplikasi. Dengan penanganan dini, sebagian besar anak yang mengidap penyakit
ini dapat sembuh total dalam waktu enam minggu hingga dua bulan.
Penyebab
Penyakit Kawasaki
Sampai saat ini belum diketahui
secara pasti apa yang menjadi penyebab kemunculan penyakit Kawasaki. Para ahli
menilai penyakit ini mungkin disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu infeksi
dan keturunan.
Jika dilihat dari gejala-gejalanya,
penyakit Kawasaki bisa disebabkan oleh pengaruh infeksi. Jenis bakteri maupun
virus yang menyebabkan penyakit ini masih belum teridentifikasi dengan jelas
hingga sekarang. Penyakit ini tidak menular dan hampir tidak pernah menyerang
bayi di bawah enam bulan karena bayi dilindungi zat antibodi yang didapat dari
ibunya. Antibodi merupakan protein yang mampu menghancurkan organisme pembawa
penyakit. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan penyakit ini menyerang
anak pada usia tersebut.
Faktor keturunan diduga juga
berpengaruh terhadap kemunculan penyakit Kawasaki. Jika seorang anak mengidap
penyakit Kawasaki, besar kemungkinan orang tua sang anak juga pernah
mengalaminya sewaktu kecil. Saudara kandung dari seorang anak yang memiliki
riwayat penyakit Kawasaki juga berisiko mengalami penyakit ini.
Diagnosis
Penyakit Kawasaki
Tidak ada tes khusus yang dapat
digunakan untuk mengonfirmasi penyakit ini. Biasanya dokter akan mendiagnosis
penyakit ini dengan memeriksa kondisi fisik dan gejala-gejala yang dialami sang
anak.
Sejumlah indikasi yang umumnya dianggap sebagai patokan adalah
gejala-gejala pada tahap pertama, seperti durasi dan suhu demam yang diderita,
mata merah, perubahan pada mulut, bibir, serta jari tangan dan kaki.
Pemeriksaan lebih lanjut juga
mungkin akan dianjurkan, misalnya tes darah, tes urine, pungsi lumbal,
elektrodiagram, atau ekokardiogram. Proses ini dilakukan guna menyingkirkan
kemungkinan adanya penyakit lain yang memiliki gejala-gejala yang mirip,
seperti campak, demam scarlet, toxic shock syndrome, Stevens-Jhonson
syndrome, serta lupus.
Penyakit Kawasaki juga berpotensi
menyebabkan gangguan jantung. Dokter seringkali menemukan adanya pelebaran
pembuluh darah di sekitar jantung pada pengidap penyakit Kawasaki. Oleh karena
itu, dokter juga menyertakan tes elektrodiagram dan ekokardiogram saat
mendiagnosis pasien.
Pengobatan Penyakit
Kawasaki
Penanganan sedini dan seefektif
mungkin sangat penting untuk mempercepat proses penyembuhan dan menurunkan
risiko komplikasi. Jika tidak segera ditangani, penyembuhan penyakit Kawasaki
akan semakin lama, risiko komplikasinya juga semakin besar.
Tujuan utama pengobatan pada tahap
awal adalah untuk menurunkan demam, mengurangi inflamasi, sekaligus mencegah
kerusakan pada jantung. Prosedur utama yang dilakukan untuk mengobati penyakit
ini adalah dengan memberikan aspirin dan imunoglobulin.
Aspirin sebetulnya tidak boleh
dikonsumsi oleh anak-anak di bawah 16 tahun, tapi penyakit Kawasaki merupakan
salah satu pengecualian. Obat ini dapat mengatasi peradangan, menurunkan demam,
serta mengurangi rasa sakit. Dosis dan durasi penggunaan aspirin akan
ditentukan oleh dokter berdasarkan kondisi pasien.
Pemberian imunoglobulin melalui
infus juga dibutuhkan untuk menurunkan demam sekaligus risiko komplikasi
jantung. Intensitas gejala penyakit Kawasaki umumnya akan berkurang setelah
pasien menerima infus ini. Jenis imunoglobulin yang digunakan untuk mengatasi
penyakit Kawasaki adalah gamma globulin.
Jika aspirin dan immunoglobulin
tidak berfungsi, dokter munkin akan memberikan kortikosteroid. Di samping
obat-obatan, Anda dapat memberikan penanganan sederhana untuk menurunkan panas.
Misalnya dengan memberikan banyak minum atau mengompres anak Anda.
Setelah demam turun, dokter mungkin
akan memberikan aspirin dengan dosis rendah jika pasien terdeteksi mengalami
masalah pada pembuluh darah koroner. Aspirin dosis rendah berfungsi untuk
mencegah penggumpalan darah. Obat ini biasanya akan diberikan hingga 1,5-2
bulan sejak gejala muncul.
Resiko
Komplikasi Penyakit Kawasaki
Komplikasi utama akibat penyakit
Kawasaki adalah masalah jantung. Jika tidak ditangani dengan efektif,
diperkirakan sekitar satu di antara lima anak pengidap penyakit ini akhirnya
menderita komplikasi jantung. Bahkan, 1 di antara 100 kasus komplikasi yang
terjadi berakibat fatal.
Umumnya, gangguan jantung yang
terjadi pada pengidap penyakit Kawasaki bisa ditemukan pada minggu pertama dan
kedua sejak gejala muncul. Tanda-tanda yang sering ditemukan biasanya berupa
detak jantung yang sangat cepat (tachycardia), penumpukan cairan dalam jantung (pericardial effusion), atau
peradangan pada otot jantung (myocarditis).
Komplikasi serius pada pengidap
penyakit Kawasaki umumnya disebabkan oleh inflamasi dan pembengkakan pada
pembuluh darah koroner. Dinding pembuluh darah mungkin akan melemah sehingga
menyebabkan terbentuknya aneurisma atau dinding pembuluh bisa menyempit dan
memicu penggumpalan darah. Kedua komplikasi ini dapat berujung pada kerusakan
jantung.
Dokter akan menganjurkan pemeriksaan
lebih lanjut untuk memantau kondisi jantung anak Anda secara berkala jika
terdapat indikasi bahwa anak Anda mengidap masalah jantung. Proses pemantauan
ini biasanya diadakan pada enam hingga delapan minggu setelah gejala penyakit
Kawasaki muncul.
Jika masalah jantung yang dialami
berkelanjutan, anak Anda akan menjalani penanganan oleh dokter spesialis
jantung. Kondisi ini umumnya akan ditangani dengan obat-obatan seperti antikoagulan
dan antiplatelet atau prosedur operasi yang meliputi angioplasti koroner dan
bedah bypass arteri jantung (CABG).
Pasien dengan tingkat komplikasi
yang parah mungkin akan mengalami kerusakan permanen pada otot atau katup
jantung yang berfungsi mengontrol aliran darah. Oleh karena itu, mereka
dianjurkan untuk selalu melakukan pemeriksaan secara regular dengan dokter
spesialis jantung agar kondisinya bisa terus terpantau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar