Pengertian
Pneumothorax
Secara umum, pneumothorax terbagi menjadi dua. Ketika terjadi pada orang yang sehat, kondisi ini disebut pneumothorax primer. Sebaliknya, pneumothorax yang dialami akibat komplikasi dari penyakit paru-paru tertentu disebut pneumothorax sekunder.
Gejala-gejala
Pneumothorax
Peningkatan tekanan dalam pleura
akan menghalangi paru-paru untuk menggelembung saat kita menarik napas. Kondisi
inilah yang bisa menyebabkan sakit dada dan napas tersengal-sengal.
Meski demikian, kedua gejala
tersebut juga bisa menandakan berbagai penyakit lain. Karena itu,
Anda perlu
mewaspadainya dan periksakanlah diri Anda ke dokter jika mengalaminya.
Penyebab
dan Faktor Resiko Pneumothorax
Pneumothorax bisa dialami secara tiba-tiba oleh
orang yang sehat, maupun sebagai bentuk komplikasi dari kondisi paru-paru
tertentu. Beberapa jenis penyebab serta faktor risiko di balik kondisi ini
meliputi:
·
Kerusakan paru-paru akibat penyakit
tertentu.
Seperti
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), pneumonia, serta tuberkulosis.
·
Cedera dada yang melukai paru-paru.
Misalnya
luka tembak atau tulang rusuk yang patah.
·
Sobeknya kantong udara kecil yang
terletak di permukaan paru-paru.
Kondisi
ini umumnya dialami oleh pengidap pneumothorax primer. Kantong udara (bleb)ini
terbentuk tanpa menimbulkan gejala dan ini di luar kantong-kantong udara normal
(alveoli) di paru-paru. Penyebab bleb pecah juga tidak dapat
dipastikan. Udara yang dilepas akan terperangkap di rongga pleura.
·
Menggunakan alat bantu pernapasan.
Contohnya
ventilator.
·
Merokok.
Asap
rokok diduga bisa menipiskan dinding bleb sehingga risiko pneumothorax
meningkat.
·
Jenis kelamin.
Kondisi
ini lebih sering dialami oleh pria dibandingkan wanita.
·
Usia.
Pneumothorax
primer cenderung terjadi pada usia muda, yaitu sekitar 20 hingga 40 tahun.
·
Faktor keturunan.
1
dari 9 pengidap pneumothorax diperkirakan memiliki anggota keluarga dengan
kondisi kesehatan yang sama.
·
Pernah mengalami pneumothorax.
Sebagian
besar orang yang pernah terserang kondisi ini berpotensi untuk kembali
mengalaminya.
Diagnosis
Pneumothorax
Pada awal pemeriksaan, dokter akan
menanyakan gejala serta riwayat kesehatan pasien serta keluarga. Pasien
kemudian akan menjalani pemeriksaan fisik dan rontgent dada untuk
memastikan diagnosis. Hasil rontgent inilah yang umumnya memungkinkan
dokter untuk mendeteksi pneumothorax.
Jika dibutuhkan, dokter juga akan
menganjurkan USG serta CT scan. Langkah diagnosis ini digunakan
untuk memeriksa tingkat keparahan kondisi pasien.
Langkah
Pengobatan Pneumothorax
Tujuan utama pengobatan ini adalah
untuk mengurangi tekanan pada paru-paru serta mencegah pneumothorax kambuh.
Untuk pnemothorax yang ringan
artinya hanya sebagian kecil paru-paru yang kolaps dan tanpa gangguan
pernapasan yang berat, kondisi pasien akan dipantau secara seksama. Pemberian
oksigen melalui masker akan dilakukan jika pasien mengalami kesulitan bernapas.
Selama masa pemantauan yang berlangsung selama satu minggu hingga 10 hari ini,
dokter akan meminta pasien menjalani rontgen secara berkala hingga bentuk
paru-paru pulih.
Sementara pasien dengan kondisi
kolaps paru-paru yang lebih luas membutuhkan penanganan untuk mengeluarkan
udara yang tertimbun. Cara ini dilakukan dengan menggunakan jarum untuk
membantu memasukkan selang ke rongga dada agar tekanan berkurang dan bentuk
paru-paru kembali seperti semula.
Langkah terakhir pada penanganan
pneumothorax adalah operasi. Prosedur ini dipilih ketika penanganan lainnya
tidak menunjukkan hasil yang memuaskan atau terjadi kekambuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar