Pengertian
Prediabetes
Prediabetes adalah istilah untuk tahap penanda awal
dari penyakit diabetes tipe 2 ketika level gula darah mulai melebihi batas
normal, namun belum terlalu tinggi untuk dapat dikategorikan sebagai penyakit diabetes
tipe 2. Kondisi prediabetes meliputi Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dan Gula
Darah Puasa Terganggu (GDPT).
Penderita prediabetes memiliki risiko lebih besar
terhadap diabetes type 2, namun kondisi ini juga bisa dijadikan sebagai
pengingat atau titik balik untuk segera melakukan perubahan pola hidup ke arah
yang lebih baik. Mengobati prediabetes dapat membantu penderita mengurangi
risiko berkembangnya menjadi diabetes type 2 dan penyakit lain, seperti
penyakit jantung, pembuluh darah, ginjal, saraf, dan mata.
Penyebab
Prediabetes
Penyebab pasti prediabetes belum
diketahui. Namun, faktor genetik dan riwayat keluarga berperan penting terhadap
terjadinya prediabates.
Prediabetes terkait dengan kemampuan
tubuh mengolah glukosa di dalam tubuh. Glukosa yang masuk ke tubuh melalui
makanan, khususnya yang mengandung karbohidrat, diolah menjadi sumber energi
bagi sel tubuh dengan bantuan hormon insulin. Insulin membantu menjaga jumlah
gula agar tetap normal sehingga tidak terjadi penumpukan gula di dalam aliran
darah.
Prediabates terjadi ketika proses
pengolahan glukosa tidak berjalan dengan baik, seperti saat kelenjar pankreas
tidak mengeluarkan jumlah hormon insulin yang cukup atau pada kondisi
resistensi insulin.
Gejala
Prediabetes
Beberapa gejala umum diabetes tipe 2
juga menjadi pertanda prediabetes yang perlu diwaspadai, seperti 3P atau
poliuria (sering kencing), polidipsia (sering haus), dan polifagia (sering
makan). Kelelahan dan pandangan menjadi buram juga dapat dikeluhkan. Gejala
prediabetes juga dapat tidak terlihat pada penderita, atau sebaliknya, dapat
berupa area kulit yang berwarna kegelapan pada buku-buku jari, siku, ketiak,
leher, atau lutut.
Beberapa kriteria fisik ini perlu
diwaspadai karena berisiko menyebabkan kondisi prediabetes pada diri seseorang.
Lakukan pemeriksaan glukosa darah jika Anda memiliki faktor risiko
tertentu, seperti tekanan darah tinggi, sejarah diabetes tipe 2 di dalam
keluarga, kelebihan berat badan, jarang berolahraga, serta berusia di atas 45
tahun. Perempuan yang mengalami diabetes kehamilan atau melahirkan bayi yang
beratnya melebihi 4,1 kilogram juga patut melakukan pemeriksaan kadar gula
darah untuk mengetahui risiko yang bisa dialaminya. Beberapa kondisi lain,
seperti ukuran pinggang, kebiasaan tidur, sindrom ovarium polikistik, level
kolesterol HDL atau trigliserida yang tinggi, serta sebagian etnis tertentu
juga memiliki risiko mengidap prediabetes.
Pada kondisi tekanan darah tinggi
yang terjadi bersamaan dengan obesitas, gula darah tinggi, serta kadar lemak
darah dan kolesterol yang abnormal, risiko resistensi insulin mungkin terjadi
pada pengidapnya. Kondisi yang terjadi bersamaan ini juga dikenal dengan
kondisi sindrom metabolik.
Diagnosis
Prediabetes
Selain dari keluhan-keluhan pasien, dokter biasanya
akan menyarankan pemeriksaan kadar gula darah. Jenis tes kadar gula darah dapat
direkomendasikan oleh dokter sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kesehatan
pasien. Tes tersebut dapat meliputi:
·
Tes gula darah sewaktu. Tes ini
dilakukan tanpa puasa ataupun tanpa pemberian gula pada pasien.
·
Tes gula darah puasa. Tes ini dilakukan
setelah pasien berpuasa setidaknya 8 jam atau semalaman. Batasan yang
mengindikasikan prediabetes berada di antara 100-125 mg/dL atau 5,6-6,9 mmol/L.
·
TTGO atau Tes Toleransi Glukosa Oral.
Tes ini dilakukan dengan cara mengambil sampel darah sesudah pasien berpuasa
selama delapan jam atau semalaman penuh. Pasien kemudian diminta untuk
mengonsumsi larutan gula sebelum sampel darah diambil kembali dua jam kemudian.
Kadar gula darah dapat dikatakan normal jika hasil tes darah kurang dari 140
mg/dL atau 7,8 mmol/L. Sementara batasan yang mengindikasikan prediabetes
adalah level gula darah berada di antara 140-199 mg/dL atau 7,8-11 mmol/L.
Selain pemindaian glukosa, dokter
juga dapat menyarankan Anda untuk melakukan beberapa tes guna mendapatkan
diagnosis, salah satunya adalah tes glycated hemoglobin atau A1C. Tes
darah ini akan mengukur besar persentase gula darah yang menempel pada protein
pembawa oksigen, hemoglobin, hingga tiga bulan terakhir. Hasil tes A1C pada
kisaran angka 5,7-6,4 persen mengindikasikan bahwa seseorang mengidap
prediabetes. Bagaimanapun juga tes ini tidak dapat dilakukan pada perempuan
yang sedang hamil atau orang yang memiliki kelainan pada kadar hemoglobin.
Penderita prediabetes dapat
melakukan tes darah, pemeriksaan kolesterol total, kolesterol LDL dan HDL,
trigliserida, atau A1C paling tidak satu kali dalam setahun atau lebih dari
sekali jika memiliki faktor risiko tambahan lainnya.
Pencegahan Prediabetes
Pola hidup yang sehat merupakan
salah satu cara menjaga kadar gula tetap normal dan menjauhkan prediabetes dari
kehidupan Anda. Memulai kebiasaan makan yang sehat dengan cara memilih
menggunakan bahan makanan yang rendah kalori dan tinggi serat, seperti
sayur-sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian utuh dapat menjadi langkah awal
yang baik.
Cobalah lakukan kegiatan fisik
intensitas sedang minimal lima hari dalam seminggu, masing-masing sesi
dilakukan selama 30-60 menit. Mulailah dengan memperbanyak berjalan kaki,
berenang, atau bersepeda. Anda sebaiknya juga menambahkan latihan kekuatan,
seperti latihan beban, dua kali dalam seminggu.
Selain membuat tubuh menjadi lebih
aktif, aktivitas fisik juga dapat membantu mengurangi berat badan bila Anda
kelebihan berat badan.
Perubahan pola hidup ini tidak hanya
menjauhkan dan mencegah prediabetes, namun dapat mencegah perkembangan diabetes
tipe 2, dan bahkan berguna pula bagi yang memiliki riwayat keluarga dengan
penyakit ini.
Beberapa pengobatan juga dapat
direkomendasikan oleh dokter untuk membantu pasien yang berisiko tinggi terkena
diabetes. Walaupun tidak sepenuhnya mencegah prediabetes maupun diabetes,
obat-obatan diabetes sebaiknya dikonsumsi sesuai dengan anjuran dokter.
Obat-obatan penjaga tekanan darah tinggi dan kolesterol juga sebaiknya
digunakan sesuai dengan kebutuhan. Pengobatan alternatif, seperti suplemen diet
atau terapi yang menggunakan zat tertentu (chromium, magnesium, ginseng, dst)
sebaiknya dilakukan hanya setelah melalui konsultasi dengan dokter Anda.
Jadikan kebiasaan pola hidup sehat
yang telah terbangun sebagai pengingat diri Anda sendiri terhadap bahaya
prediabetes dan diabetes, serta mencegah komplikasi-komplikasi berat yang dapat
ditimbulkan penyakit ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar