Pengertian
Penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer adalah kondisi kelainan yang ditandai
dengan penurunan daya ingat, penurunan kemampuan berpikir dan berbicara, serta
perubahan perilaku pada penderita akibat gangguan di dalam otak yang sifatnya
progresif atau perlahan-lahan.
Pada fase awal, seseorang yang terkena penyakit Alzheimer
biasanya akan terlihat mudah lupa, seperti lupa nama benda atau tempat, lupa
tentang kejadian-kejadian yang belum lama dilalui, dan lupa mengenai isi
percakapan yang belum lama dibicarakan bersama orang lain.
Seiring perkembangan waktu, gejala akan meningkat. Penderita
penyakit Alzheimer kemudian akan kesulitan melakukan perencanaan, kesulitan
bicara atau menuangkan sesuatu ke dalam bahasa, kesulitan membuat keputusan,
kerap terlihat bingung, tersesat di tempat yang tidak asing, mengalami gangguan
kecemasan dan penurunan suasana hati, serta mengalami perubahan kepribadian,
seperti mudah curiga, penuntut, dan agresif. Pada kasus yang parah, penderita
penyakit Alzheimer bisa mengalami delusi dan halusinasi, serta tidak mampu
melakukan aktivitas atau bahkan tidak mampu bergerak tanpa dibantu orang lain.
Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang
terkena penyakit Alzheimer, di antaranya adalah gaya hidup yang tidak sehat,
berjenis kelamin wanita, berusia di atas 65 tahun, memiliki orang tua atau
saudara kandung yang sakit Alzheimer, memiliki riwayat penyakit jantung, dan
pernah mengalami luka berat di kepala.
Gejala
Penyakit Alzheimer
Tahap perkembangan gejala penyakit Alzheimer dibagi menjadi
tiga, yaitu tahap awal, tahap pertengahan, dan tahap akhir. Pada tahap awal,
gejala penyakit Alzheimer umumnya akan sulit dikenali karena kemungkinan
penderita akan mengira penurunan daya ingat sebagai hal yang lumrah seiring
efek perkembangan usia. Namun ketika gejala memasuki tahap lebih lanjut, dampak
yang lebih signifikan akan mulai terlihat pada diri dan perilaku penderita.
Tingkat kecepatan berkembangnya gejala penyakit Alzheimer
berbeda-beda pada tiap penderita, tapi umumnya gejala akan berkembang secara
perlahan-lahan selama beberapa tahun.
Berikut ini adalah contoh-contoh gejala penyakit Alzheimer
di tahap awal yang bisa menjadi tanda peringatan bagi Anda.
·
Lupa dengan nama benda atau tempat.
·
Lupa dengan kejadian-kejadian yang belum lama
dialami.
·
Lupa dengan hal-hal yang belum lama dibicarakan
dengan orang lain.
·
Kerap tersesat di tempat atau daerah yang
seharusnya sudah familiar.
·
Salah menaruh barang (misalnya menaruh piring di
dalam lemari baju).
·
Suka lupa cara menggunakan suatu barang.
·
Kesulitan dalam menulis.
·
Sering mengulang pertanyaan yang sama.
·
Kesulitan merangkai kata-kata dalam
berkomunikasi.
·
Terlihat kurang berenergi dan tidak antusias.
·
Tampak seperti mengalami depresi.
·
Enggan beradaptasi dengan perubahan.
·
Enggan melakukan hal-hal yang baru.
·
Tidak tertarik lagi terhadap aktivitas yang
sebelumnya disukai.
·
Lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur,
duduk, atau menonton televisi daripada mengobrol dengan keluarga atau
bersosialisasi.
·
Sulit membuat keputusan.
·
Mudah berburuk sangka.
Ketika memasuki tahap pertengahan, tingkat keparahan gejala
penyakit Alzheimer yang sudah ada sebelumnya akan meningkat. Biasanya penderita
yang sudah memasuki tahap ini perlu diberi perhatian ekstra dan mulai dibantu
di dalam aktivitas kesehariannya, misalnya mandi, menggunakan toilet,
berpakaian, dan makan. Berikut ini adalah contoh-contoh gejala penyakit
Alzheimer pada tahap menengah.
·
Sulit mengingat nama anggota keluarga sendiri
atau teman.
·
Disorientasi dan rasa bingung yang meningkat
(misalnya penderita tidak tahu di mana dirinya berada).
·
Mengalami masalah dalam berkomunikasi.
·
Perubahan suasana hati yang makin sering
terjadi.
·
Gelisah, frustrasi, cemas, dan depresi.
·
Kadang-kadang mengalami gangguan penglihatan.
·
Perilaku impulsif, repetitif, atau obsesif.
·
Mulai mengalami halusinasi atau delusi.
Setelah gejala melewati fase pertengahan dan masuk ke tahap
akhir, penderita penyakit Alzheimer akan membutuhkan pengawasan dan bantuan
secara total dari orang lain dalam hari-hari mereka. Tidak hanya penderita yang
merasa sangat tertekan, tapi dapat juga dirasakan oleh orang-orang di sekitar
mereka juga. Contoh-contoh gejala penyakit Alzheimer pada tahap akhir adalah:
·
Penurunan daya ingat yang sudah makin parah.
·
Tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain.
·
Menderita penyakit infeksi.
·
Halusinasi dan delusi yang memburuk, membuat
penderita menjadi selalu curiga terhadap orang-orang di sekitarnya, bahkan
berlaku kasar juga.
·
Tidak mampu bergerak tanpa dibantu orang lain.
·
Buang air kecil atau besar tanpa disadari.
·
Berat badan turun secara signifikan.
·
Tidak lagi memedulikan kebersihan dirinya
sendiri.
·
Tidak mampu makan sendiri.
·
Mengalami kesulitan menelan saat makan.
Penyebab
Penyakit Alzheimer
Hingga saat ini penyebab pasti penyakit Alzheimer belum
diketahui. Namun para ahli yang melakukan penelitian mengemukakan bahwa di
dalam otak penderita terjadi pengendapan protein beta-amyloid dan kekusutan
neurofibril yang menghalangi suplai nutrisi antar sel otak. Seiring waktu, beta
amyloid yang mengendap dan neurofibril yang kusut akan merusak dan mematikan
sel-sel otak sehingga akhirnya membuat ukuran otak menyusut. Saat proses
tersebut berjalan, gejala akan tampak pada penderita, yaitu berupa daya ingat
berkurang, perubahan suasana hati, dan menurunnya kemampuan bicara. Rusaknya
sel-sel otak juga dapat menurunkan kadar neurotransmitter
di dalam otak yang berimbas kepada kacaunya koordinasi antarsaraf otak.
Berikut ini sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko
seseorang terkena penyakit Alzheimer.
·
Umur.
Penyakit Alzheimer rentan diidap oleh orang-orang yang telah berusia di
atas 65 tahun (terlebih lagi bagi mereka yang berusia di atas 80 tahun). Namun
dari keseluruhan kasus yang terjadi, lima persen penderita penyakit alzheimer
adalah orang-orang yang berusia 40-65 tahun.
·
Bejenis kelamin wanita.
·
Genetik.
Menurut penelitian, mereka yang memiliki orang tua atau saudara dengan
Alzheimer akan lebih berisiko terkena penyakit yang sama. Kurang dari lima
persen kasus penyakit Alzheimer terjadi akibat perubahan atau mutasi genetik
yang diturunkan dari generasi sebelumnya.
·
Mengidap sindrom down.
Gangguan genetik yang menyebabkan terjadinya sindrom Down juga dapat
menyebabkan penumpukan protein beta-amyloid di
otak sehingga memicu terjadinya penyakit Alzheimer.
·
Mengidap gangguan kognitif ringan.
Orang-orang
dengan kondisi ini biasanya akan memiliki masalah pada daya ingat yang mungkin
saja dapat memburuk seiring perkembangan usia.
Selain faktor-faktor di atas, sejumlah faktor yang dapat
meningkatkan risiko terkena penyakit jantung juga dapat meningkatkan risiko
terkena penyakit Alzheimer. Karena itu, harap waspada jika Anda sering terpapar
asap rokok, jarang berolahraga, jarang mengonsumsi makanan berserat, menderitakolestrol
tinggi, hipertensi, obesitas, dan diabetes tipe 2.
Diagnosis
Penyakit Alzheimer
Alzheimer yang terdiagnosis sejak dini dapat membuat
penderita memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan persiapan serta
perencanaan untuk masa depan. Satu hal yang lebih penting lagi adalah
mendapatkan penanganan yang lebih cepat.
Sebenarnya cara paling akurat dalam mendiagnosis penyakit
Alzheimer adalah melalui autopsi yang memungkinkan pemeriksa melihat jaringan
otak penderita.
Dokter akan mencurigai pasien menderita penyakit Alzheimer
jika pertanyaan yang dijawab oleh pasien seputar gejala, riwayat kesehatan
dirinya dan keluarga (termasuk obat yang dikonsumsi), serta gaya hidup mengarah
kepada penyakit selain Alzheimer.
Selain mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait hal-hal di
atas, dokter juga kemungkinan akan melakukan:
·
Pemeriksaan darah di laboratarium.
Pemeriksaan ini dilakukan guna mengetahui apakah ada kondisi lain selain
penyakit Alzheimer yang menyebabkan pasien mengalami penurunan daya ingat atau
kebingungan, misalnya seperti defisiensi vitamin atau gangguan tiroid.
·
Pemeriksaan.
Pemeriksaan ini dilakukan guna mengetahui seberapa baik fungsi saraf
pasien, misalnya dengan menguji keseimbangan, koordinasi, daya refleks,
kemampuan mendengar atau melihat, dan kekuatan otot saat bangun dari duduk atau
pun berjalan.
·
Pemerikasaan mental.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan berpikir, daya
ingat, serta fungsi mental pasien yang dibandingkan dengan orang yang seumur
serta sama tingkat pendidikannya.
·
Pemindaian otak.
Pemeriksaan
ini dilakukan guna mendeteksi adanya kelainan atau perubahan di dalam otak dan
memastikan disebabkan oleh penyakit Alzheimer dan bukan kondisi lain, seperti
cedera berat, stoke, atau tumor. Metode pemindaian otak bisa dilakukan dengan
CT scan, MRI, pemeriksaan cairan serebrospinal, dan tomografi emisi positron.
Pengobatan
Penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer belum dapat disembuhkan. Cara penanganan
yang ada saat ini hanya bertujuan untuk meredakan gejala, memperlambat
perkembangan penyakit, serta membuat penderita dapat hidup semandiri mungkin.
Jenis obat-obatan yang biasanya diresepkan oleh dokter untuk
penyakit Alzheimer adalah rivastigmine, galantamine, donepezil, dan memantine.
Keempat obat ini mampu meredakan gejala demensia dengan cara meningkatkan kadar
zat tertentu di dalam otak.
Rivastigne, galantamine, dan donepezil biasa digunakan untuk
menangani penyakit Alzheimer dengan tingkat gejala awal hingga menengah. Ketiga
obat ini termasuk kelompok
acetylcholinesterase
inhibitors (ACE inhibitors) yang mampu mencegah penurunan neurotransmitter acetylcholine (zat yang berperan
dalam kemampuan belajar dan daya ingat otak). Sedangkan
memantine biasanya diresepkan bagi penderita Alzheimer dengan gejala tahap
menengah yang tidak dapat mengonsumsi obat ACE inhibitors.
Memantine juga dapat diresepkan pada pederita Alzheimer dengan gejala yang
sudah memasuki tahap akhir.
Efek samping yang mungkin timbul dari mengonsumsi
rivastigne, galantamine, dan donepezil adalah:
·
Kram otot.
·
Diare.
·
Mual.
·
Insomnia.
·
Rasa lelah.
·
Sakit kepala.
·
Pusing.
·
Agitasi.
·
Penurunan ritme jantung.
Sedangkan efek samping yang mungkin timbul dari mengonsumsi
memantine adalah:
·
Sakit kepala.
·
Pusing.
·
Sesak napas.
·
Konstipasi.
·
Rasa lelah.
·
Hipertensi.
·
Perasaan bingung.
·
Gangguan keseimbangan.
Selain melalui obat-obatan, pengobatan psikologis juga dapat
diterapkan untuk menangani penyakit Alzheimer.
·
Stimulasi kognitif.
Metode ini bertujuan meningkatkan daya ingat, kemampuan berkomunikasi,
dan kemampuan dalam memecahkan masalah.
·
Terapi relaksasi dan terapi perilaku kognitif.
Metode
ini bertujuan mengurangi halusinasi, delusi, agitasi, kecemasan, depresi yang
dialami oleh penderita Alzheimer.
Jika Anda menderita penyakit Alzheimer atau memiliki
keluarga yang menderita penyakit ini, lakukanlah tips berikut ini di rumah.
·
Buatlah catatan mengenai hal-hal yang ingin Anda
lakukan dan tempel catatan tersebut di pintu, kulkas, dekat televisi, atau di
mana pun yang mudah terlihat.
·
Setel alarm pada jam/ponsel sebagai pengingat
atau beri tahu orang yang Anda percaya mengenai rencana kegiatan yang akan Anda
lakukan dan mintalah pada mereka untuk mengingatkan.
·
Simpan kontak kerabat, teman-teman, atau
orang-orang yang Anda butuhkan di buku telepon dan di ponsel.
·
Simpan kunci di tempat yang biasanya Anda ingat
dan mudah terlihat.
·
Setel tanggal secara tepat pada ponsel agar Anda
tidak lupa dengan hari atau bila perlu mulailah berlangganan surat kabar tiap
hari.
·
Tempelkan label pada tiap wadah tertutup agar
Anda tidak lupa isinya, misalnya pada laci atau lemari makanan.
·
Pasang pegangan pada tangga atau kamar mandi
untuk menghindari diri dari terjatuh.
·
Kurangi jumlah cermin karena dapat membuat
penderita Alzheimer kebingungan atau bahkan ketakutan.
·
Atur perabotan agar tidak mengganggu dan
membahayakan gerak penderita.
Pencegahan
Penyakit Alzheimer
Umumnya, orang-orang yang pikiran dan fisiknya selalu aktif,
serta mereka yang suka bersosialisasi tidak akan mudah terkena penyakit
Alzheimer. Karena itu lakukanlah hal-hal menyenangkan yang dapat menstimulasi
gerak tubuh dan pikiran Anda. Misalnya dengan bermain musik, bermain yang dapat
menstimulasi otak, menulis, membaca, belajar bahasa asing, mengikut kegiatan
sosial, dan berolahraga. Jalan santai di pagi atau sore hari, berenang, tenis,
bulutangkis, dan golf adalah contoh-contoh olahraga ringan yang
direkomendasikan.
Penyakit jantung sering dikaitkan dengan risiko mengidap
penyakit Alzheimer. Jika seseorang memiliki risiko tinggi terkena penyakit
jantung, maka dirinya pun lebih rentan terkena penyakit Alzheimer. Karena itu,
lakukanlah beberapa langkah berikut ini agar jantung tetap sehat dan terhindar
dari risiko terkena penyakit Alzheimer.
·
Konsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang,
kadar lemak dan kolesterolnya rendah. Tingkatkan asupan serat, seperti
buah-buahan dan sayur-sayuran.
·
Berhenti merokok dan batasi konsumsi minuman
beralkohol.
·
Jika Anda menderita stroke, diabetes,
hipertensi, atau kolesterol tinggi, teraturlah dalam mengonsumsi obat resep dan
menjalani nasihat dari dokter mengenai pola hidup sehat.
·
Jika Anda mengalami kelebihan berat badan atau
obesitas, berusahalah untuk menurunkan berat badan secara aman.
·
Pastikan Anda selalu rutin memeriksakan tekanan
darah, serta kadar kolesterol dan gula secara teratur untuk mengantisipasi
gangguan yang makin parah.
·
Berolahraga secara rutin sedikitnya 2,5 jam tiap
minggu, seperti bersepeda atau berjalan kaki.