Pengertian
Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan
yang terjadi di luar kandungan (rahim), hal ini terjadi ketika sel telur yang
dibuahi malah menempel pada organ-organ di luar rahim, biasanya di salah satu
saluran tuba. Dengan demikian kehamilan tidak bisa berkembang menjadi janin,
dan tentunya akan menimbulkan masalah pada kebanyakan kasus.
Namun ada sekitar dua persen sel telur yang telah dibuahi menempel pada organ selain rahim sehingga disebut kehamilan ektopik. Tuba falopi merupakan organ yang paling sering ditempeli sel telur tersebut. Sementara organ lain yang mungkin menjadi lokasi berkembangnya kehamilan ektopik meliputi rongga perut, ovarium, serta leher rahim atau serviks.
Salah satu penyebab kehamilan ektopik yang paling umum terjadi adalah kerusakan tuba falopi, misalnya karena inflamasi. Kerusakan ini akan menghalangi sel telur yang telah dibuahi untuk masuk ke rahim sehingga akhirnya menempel dalam tuba falopi itu sendiri atau organ lain. Di samping itu, kadar hormon yang tidak seimbang atau perkembangan abnormal semasa wanita sedang dalam kandungan juga terkadang dapat berperan sebagai pemicu.
Penyebab Kehamilan Ektopik
Sayangnya, belum diketahui secara
pasti apa penyebab kehamilan ektopik. Dalam beberapa kasus, kondisi di bawah
ini berhubungan dengan kehamilan ektopik:
·
Peradangan dan jaringan parut pada
saluran tuba akibat penyakit sebelumnya seperti infeksi, atau operasi pada
daerah tuba.
·
Faktor Hormonal.
·
Kelainan genetik.
·
Cacat lahir.
·
Kondisi medis yang mempengaruhi
bentuk dan kondisi saluran tuba dan organ reproduksi.
Jika Anda melakukan pemeriksaan,
maka dokter akan memberitahu kondisi mana yang terjadi pada Anda. Selain
penyebab di atas, ada beberapa kelompok wanita yang memiliki risiko lebih
tinggi untuk terkena kehamilan ektopik, antara lain sebagai berikut:
·
Usia ibu 35 tahun atau lebih.
·
Pernah operasi panggul aau toperasi
perut sebelumnya.
·
Riwayat penyakit radang panggul.
·
Sejarah endometriosis.
·
Konsepsi yang tetap terjadi meskipun
sudah ligasi tuba (steril) atau alat kontrasepsi (IUD).
·
Konsepsi yang terjadi berkat bantuan
obat kesuburan.
·
Merokok.
·
Pernah mengalami kehamilan ektopik
sebelumnya.
·
Riwayat penyakit menular seksual
(PMS), seperti gonore atau klamidia.
·
Memiliki kelainan struktural dalam
saluran tuba yang membuat telur kesulitan untuk bergerak.
Proses Terjadinya Kehamilan
Ektopik
Berikut ini proses terjadinya kehamilan ektopik yang harus diketahui oleh masyarakat :
·
Setelah menstruasi, wanita akan melepaskan sel
telur dari indung telurnya. Sel telur itu adalah sel telur yang siap untuk
dibuahi. Sel telur tersebut akan berjalan menuju ke saluran telur kemudian
menuju ke rahim.
·
Ketika setelah menstruasi wanita melakukan
hubungan seksual, sperma pasangan akan masuk ke dalam rahim dan mencari sel
telur yang bisa untuk dibuahi. Hasil pembuahan itu dinamakan dengan zigot.
·
Bila tidak ada halangan, zigot itu akan berenang
dan menuju ke rongga rahim. Ketika menuju ke rongga rahim akan ada
pembelahan sel. Ketika sampai di rongga rahim, sel ini akan menempelkan dirinya
ke dinding rahim dan bisa tumbuh lebih lanjut.
·
Sayang, tidak semua harapan bisa terwujud. Dalam
perjalannya menuju ke rahim, zigot bisa saja menemukan banyak hambatan.
Hambatan itu bisa membuat perjalanan zigot menjadi melambat dan terganggu.
Akibatnya adalah zigot akan menempel bukan di dinding rahim di dalam
rahim. Jika hal itu terjadi, kehamilan ektopik terganggu bisa terjadi.
Zigot itu bisa tumbuh di tempat-tempat seperti :
a.
Saluran telur. Lokasi ini adalah lokasi paling sering
ditemukannya kehamilan ektopik. Daerahnya adalah daerah ampula. Daerah ampula
adalah daerah yang lebar di saluran telur. Zigot itu banyak yang berhenti di
saluran telur tepatnya berada di daerah ampula.
b.
Rongga perut.
c.
Ovarium atau indung telur.
d.
Kornu uteri
e.
Leher rahim atau serviks.
Zigot bisa berubah menjadi embrio bukan pada
tempatnya, namun ketika usianya lebih dari tiga bulan zigot itu tidak bisa berkembang
lagi sehingga akan menimbulkan keluhan pada ibu hamil tersebut. Penanganan
medis harus segera dilakukan sedini mungkin, jangan sampai medis terlambat
mengatasi hal tersebut.
Penyebab pasti dari tiap kehamilan ektopik terkadang sulit diketahui. Tetapi terdapat beberapa faktor risiko yang diduga dapat memicu kondisi ini. Faktor-faktor tersebut meliputi:
·
Alat kontrasepsi.
Penggunaan alat kontrasepsi spiral atau intrauterine
device (IUD) diduga sebagai faktor pemicu utama sehubungan dengan
kehamilan ektopik.
·
Pernah mengalami kehamilan
ektopik.
Wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik
memiliki risiko 15-20 persen lebih tinggi untuk kembali mengalaminya.
·
Infeksi atau inflamasi.
Wanita yang pernah mengidap inflamasi tuba falopi
atau penyakit radang panggul akibat penyakit seksual menular, seperti gonore
atau chlamydia (klamidia) , memiliki
risiko lebih tinggi untuk mengalami kehamilan ektopik.
·
Masalah kesuburan.
Pengobatan untuk masalah kesuburan terkadang dapat
memicu kehamilan ektopik.
·
Proses sterilisasi dan sebaliknya.
Prosedur pengikatan tuba atau pembukaan ikatan
tuba yang kurang sempurna juga berisiko memicu kehamilan ektopik.
Gejala
Kehamilan Ektopik
Pada awalnya, kehamilan ektopik cenderung tanpa gejala
atau memiliki tanda yang mirip dengan kehamilan biasa sebelum akhirnya muncul
gejala lain yang mengindikasikan kehamilan ektopik. Di antaranya adalah:
·
Nyeri.
Wanita
hamil yang mengalami gejala kehamilan ektopik terganggu akan merasakan nyeri
terutama di bagian perut bawah. Nyeri itu bisa sangat tajam kemudian bisa
melebar ke bagian perut. Nyeri itu akan semakin terasa hebat jika digunakan
untuk berjalan, bergerak dan juga beraktivitas meskipun hanya aktivitas yang
ringan saja.
·
Pendarahan.
Wanita
yang hamil namun mengalami pendarahan seperti menstruasi, bisa dikatakan bahwa
dirinya terkena hamil ektopik. Pendarahan yang dialami itu bisa sangat
bervariasi misalnya saja hanya timbul bercak darah saat
hamil berwarna cokelat atau bahkan menstruasi seperti darah segar.
Wanita yang hamil namun mengeluarkan bercak cokelat atau darah secara teratur
sebaiknya segera menemui dokter sesegera mungkin.
Alasannya
adalah jika tidak ditangani dengan segera kehamilan ektopik ini bisa
menyebabkan pendarahan di dalam tubuh ibu hamil.
·
Sakit Panggul.
Wanita
yang mengalami kehamilan ektopik akan merasakan sakit di bagian panggul. Sakit
panggul itu hanya ada di salah satu sisi saja dan itu merupakan sakit yang
tiba-tiba.
·
Pingsan.
Pingsan
merupakan tanda bahwa ibu hamil mengalami hamil ektopik. Pingsan itu bisa
terjadi ketika ibu hamil sudah tidak bisa menahan nyeri dan sakit pada bagian
panggul serta nyeri di bagian bawah perutnya.
·
Hipotensi.
Wanita
dengan hamil ektopik akan mengalami tekanan darah rendah atau hipotensi.
·
Sakit Perut.
Selain
nyeri wanita akan mengalami kram perut atau sakit perut dimana, seperti
tanda-tanda kehamilan. Namun hal tersebut dirasakan perutnya seperti
diremas-remas. Rasa sakit itu semakin sering dirasakan oleh wanita sehingga
wanita akan kepayahan menghadapi itu semua.
·
Kulit Pucat.
Akibat
pendarahan yang dialaminya, wanita dengan hamil ektopik akan kekurangan darah
dan mengalami anemia. Salah satu tanda jika dia terkena anemia adalah dia akan
memiliki kulit yang pucat.
·
Denyut Nadi Meningkat.
Wanita
yang mengalami hamil ektopik akan mengalami denyut nadi meningkat. Denyut nadi
ini bisa di cek di bagian pergelangan tangan atau di bagian leher.
Kehamilan ektopik termasuk kondisi medis yang
membutuhkan penanganan darurat. Karena itu, sebaiknya Anda segera ke rumah
sakit jika mengalami gejala-gejala seperti di atas.
Diagnosis
Kehamilan Ektopik
Selain menanyakan kondisi kesehatan
secara umum, dokter akan mengadakan pemeriksaan fisik pada rongga panggul.
Tetapi kehamilan ektopik tidak bisa dipastikan hanya melalui pemeriksaan fisik.
Dokter juga membutuhkan USG atau tes darah.
Metode USG yang paling akurat untuk
mendeteksi kehamilan ektopik adalah USG transvaginal. Prosedur ini akan
mengonfirmasi lokasi kehamilan ektopik sekaligus detak jantung janin.
Jika lokasi kehamilan ektopik tidak
dapat diketahui melalui USG dan kondisi Anda stabil, dokter akan menganjurkan
tes darah untuk konfirmasi. Tes ini digunakan untuk mendeteksi keberadaan
hormon hCG (Human chorionic gonadotropin). Hormon ini diproduksi
plasenta selama awal kehamilan.
Langkah
Penanganan Kehamilan Ektopik
Sel telur yang telah dibuahi tidak
akan bisa tumbuh dengan normal jika tidak di dalam rahim. Karena itu, jaringan
ektopik harus diangkat untuk menghindari komplikasi yang dapat berakibat fatal.
Wanita yang dicurigai mengalami
kehamilan ektopik segera dibawa ke rumah sakit untuk menjalani penanganan
secepatnya. Kehamilan ektopik yang terdeteksi secara dini tanpa rasa nyeri yang
signifikan dan tidak ada janin yang berkembang secara normal dalam rahim
umumnya ditangani dengan suntikan methotrexate. Obat ini akan
menghentikan pertumbuhan sekaligus menghancurkan sel-sel yang sudah terbentuk.
Dokter akan memantau kadar hCG
pasien setelah menerima suntikan. Jika kadar hCG dalam darah pasien tetap
tinggi, hal ini biasanya mengindikasikan bahwa pasien membutuhkan suntikan
methotrexate lagi. Potensi efek samping obat ini meliputi mual, muntah,
serta gangguan hati.
Kehamilan ektopik juga dapat
ditangani dengan operasi. Prosedur ini biasanya dilakukan melalui operasi
lubang kunci atau laparoskopi. Tuba falopi yang ditumbuhi jaringan ektopik akan
diperbaiki jika memungkinkan.
Diagnosis dan hasil tes yang tepat
tentunya sangat membantu. Diperkirakan lebih dari 80 persen wanita yang
didiagnosis mengalami kehamilan ektopik dapat pulih dengan terapi obat dan/atau
prosedur laparoskopi tanpa pengangkatan tuba falopi.
Komplikasi
Kehamilan Ektopik
Diagnosis yang tidak tepat dan
penanganan yang terlambat untuk kehamilan ektopik dapat memicu pendarahan hebat
dan bahkan kematian akibat sobeknya tuba falopi atau rahim. Jika mengalami
komplikasi ini, pasien harus menjalani operasi darurat melalui bedah terbuka.
Tuba falopi kemungkinan dapat diperbaiki, tapi umumnya harus diangkat.
Penanganan dengan operasi pun
memiliki risiko tersendiri, seperti pendarahan, infeksi, serta kerusakan pada
organ-organ di sekitar bagian yang dioperasi.
Kehamilan ektopik tidak bisa dicegah
sepenuhnya. Tetapi Anda tetap dapat menurunkan kemungkinannya dengan
menghindari atau mengurangi faktor risiko tertentu. Misalnya, melakukan
pemeriksaan dengan tes darah dan USG sebagai pendeteksian awal atau memantau
perkembangan kehamilan, khususnya wanita yang pernah mengalami kehamilan
ektopik.