Pengertian
Hipertensi Pulmonal
Hipertensi pulmonal adalah naiknya tekanan di dalam
pembuluh arteri paru akibat terhambatnya aliran darah yang melalui paru.
Kondisi ini juga dapat mengakibatkan otot jantung bagian kanan melemah
mengalami gagal fungsi jika tidak segera ditangani.
Penyebab
Hipertensi Pulmonal
Hipertensi pulmonal disebabkan oleh terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kerusakan pada pembuluh darah kecil dan pembuluh kapiler yang memicu naiknya tekanan darah dalam pembuluh. Tekanan darah yang tinggi kemudian membuat dinding pembuluh darah menjadi tebal, kaku, meradang, tegang, atau memicu tumbuhnya jaringan tambahan yang berujung pada berkurangnya aliran darah. Hipertensi pulmonal dapat disebabkan oleh beberapa kondisi berikut:
·
Grup 1: Hipertensi arteri pulmonal.
Dikenal juga dengan istilah hipertensi pulmonal arteri idiopati, yaitu kenaikan
tekanan yang berkelanjutan pada pembuluh darah paru-paru yang tidak diketahui
penyebabnya. Beberapa kondisi yang diduga menjadi pemicu kondisi ini, antara
lain mutasi genetik yang bersifat turun-menurun di dalam keluarga, obat-obatan
metamfetamine, dan penyakit jantung bawaan.
·
Grup 2: Hipertensi pulmonal yang
disebabkan oleh penyakit jantung bagian kiri, seperti berbagai jenis penyakit
katup jantung bagian kiri dan gangguan atau gagal fungsi pada bilik kiri
jantung.
·
Grup 3: Hipertensi pulmonal yang
disebabkan oleh penyakit paru-paru. Beberapa gangguan yang dialami oleh
paru-paru dapat memicu naiknya tekanan darah, seperti penyakit paru obstruktif
kronis (emfisema), gangguan tidur (apnea tidur), dan fibrosis pulmonal.
Seseorang yang terlalu lama tinggal di dataran tinggi juga memiliki risiko
mengidap hipertensi pulmonal.
·
Grup 4: Hipertensi pulmonal yang
disebabkan oleh penggumpalan darah kronis di paru-paru atau chronic
thromboembolic pulmonary hypertension.
·
Grup 5: Hipertensi pulmonal yang
disebabkan oleh kondisi terkait lain yang juga tidak diketahui penyebabnya,
seperti gangguan darah, gangguan metabolisme, serta tumor yang menekan pembuluh
arteri paru-paru. Gangguan yang memengaruhi fungsi organ tubuh lain juga dapat
memicu hipertensi pulmonal, seperti sarkoidosis.
Hipertensi pulmonal juga dapat
terjadi pada bayi baru lahir. Kondisi ini dapat dikaitkan dengan kondisi
paru-paru bayi yang tidak berkembang dengan baik ketika lahir (severe
pulmonary hypoplasia). Kondisi lainnya yang mungkin berkaitan adalah
hipoglikemia, sepsis, dan sindrom aspirasi mekonium atau bayi baru lahir
yang menghirup cairan plasenta atau kotoran si bayi (mekonium).
Penyebab lain dari hipertensi
pulmonal adalah sindrom Eisenmenger. Kondisi ini adalah salah satu jenis
penyakit jantung bawaan yang umumnya disebabkan oleh adanya lubang besar di
antara kedua bilik jantung. Sindrom Eisenmenger menyebabkan darah yang
mengandung oksigen bercampur dengan darah yang tidak mengandung oksigen dan
kemudian kembali ke paru yang seharusnya dialirkan ke seluruh tubuh Kondisi ini
membuat tekanan darah pada pembuluh darah paru-paru meningkat, memicu
hipertensi pulmonal.
Selain dipicu oleh kondisi kesehatan
yang terganggu, hipertensi pulmonal juga dapat dipicu oleh beberapa faktor
risiko berikut:
·
Kelebihan
berat badan.
·
Sejarah
penyakit ini di dalam riwayat keluarga.
·
Penggunaan
obat-obatan terlarang.
·
Mengonsumsi
obat-obatan penekan nafsu makan.
·
Kasus
hipertensi pulmonal arteri idiopati umumnya ditemukan pada golongan usia remaja
dewasa.
·
Mengidap
salah satu dari kondisi kesehatan yang telah disebutkan di atas atau gangguan
kesehatan lainnya.
·
Hidup
di dataran tinggi.
Gejala Hipertensi Pulmonal
Penderita
hipertensi pulmonal kemungkinan tidak menyadari gejala awal dari kondisi ini. Gejalanya
bahkan berisiko tidak dapat dikenali selama berbulan-bulan hingga
bertahun-tahun. Gejala hipertensi pulmonal akan bertambah buruk dan mulai
terlihat seiring penyakit ini berkembang. Beberapa gejala hipertensi pulmonal
yang patut diperhatikan, yaitu:
·
Kelelahan.
·
Napas
yang pendek atau terputus-putus, awalnya timbul tiap melakukan latihan fisik
dan memburuk hingga timbul saat sedang beristirahat.
·
Tekanan
atau rasa sakit di area dada.
·
Rasa
sakit pada area kanan perut.
·
Nafsu
makan yang berkurang.
·
Pusing
atau pingsan.
·
Jantung
berdebar (palpitasi).
·
Pembengkakan
di area pergelangan, tungkai, dan area perut.
·
Warna
bibir atau kulit yang kebiruan.
Gejala
hipertensi pulmonal dapat membatasi kegiatan Anda. Gejala-gejala penyakit
ini juga dapat memburuk hingga Anda tidak dapat melakukan aktivitas harian Anda
seperti biasanya. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan terapi sedini
mungkin untuk mencegah perburukan penyakit.
Diagnosis
Hipertensi Pulmonal
Beberapa pemeriksaan awal dan tes penunjang yang mungkin direkomendasikan dokter untuk memastikan diagnosis dan mengetahui tingkat keparahan hipertensi pulmonal, yaitu:
·
Pemeriksaan darah dilakukan untuk memeriksa
keberadaan zat tertentu pada darah yang mengindikasikan hipertensi pulmonal
atau komplikasinya, maupun penyakit lain.
·
Pemeriksaan fungsi paru-paru dilakukan
untuk mengetahui daya tahan paru-paru terhadap udara dan sebaik apa aliran
udara yang masuk dan keluar dari paru-paru melalui sebuah alat yang bernama
spirometer.
·
Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) akan
menunjukkan gelombang listrik dari jantung pasien. Elektrokardiogram pada
penderita hipertensi pulmonal akan memperlihatkan gejala-gejala berupa denyut
jantung tidak beraturan, ketegangan, atau pembengkakan bilik jantung.
·
Pemeriksaan X-ray pada dada juga dapat
menunjukkan adanya pembengkakan pada bilik kanan jantung atau pembuluh darah
paru-paru yang merupakan gejala dari hipertensi pulmonal.
·
Pemeriksaan ekokardiogram menghasilkan
gambar melalui gelombang suara untuk mengetahui ukuran dan seberapa baik
jantung, termasuk ketebalan dinding bilik kanan jantung. Pasien juga mungkin
melakukan ekokardiogram sebelum dan sesudah aktivitas fisik untuk mengetahui
sebaik apa kinerja jantung dan paru-paru dalam tekanan, serta terhadap
kandungan karbondioksida dan oksigen.
·
Kateterisasi jantung bagian kanan
umumnya dilakukan setelah pasien menjalani pemeriksaan ekokardiogram untuk
memastikan diagnosis hipertensi pulmonal sekaligus mengetahui tingkat keparahan
kondisi ini. Prosedur ini juga digunakan untuk mengetahui efek pengobatan yang
berbeda terhadap hipertensi pulmonal yang telah digunakan. Pada prosedur ini,
kateter akan dimasukkan ke bilik kanan jantung melalui sebuah pembuluh di
daerah leher atau pangkal paha.
·
CT scan dan MRI scan digunakan untuk
memperoleh gambaran yang lebih jelas dari ukuran dan fungsi organ jantung,
penggumpalan pada pembuluh darah, dan aliran darah pada pembuluh darah
paru-paru.
·
Polisomnogram digunakan untuk mengamati
tekanan darah dan oksigen, denyut jantung, dan aktivitas otak selama pasien
tertidur. Alat ini juga digunakan untuk mengenali gangguan tidur, seperti apnea
tidur.
·
V/Q scan atau ventilation-perfusion scan
dilakukan dengan cara memasukkan alat pelacak ke dalam pembuluh di tangan
melalui suntikan. Alat akan melacak aliran darah dan udara ke paru-paru dan
mendeteksi apakah terdapat gumpalan darah yang menyebabkan hipertensi pulmonal.
·
Biopsi paru terbuka untuk mengambil contoh
jaringan paru-paru dengan cara membuat irisan di antara tulang rusuk. Prosedur
ini umumnya dilakukan karena prosedur biopsi lain tidak berhasil atau tidak
memungkinkan untuk dilakukan, atau jaringan yang diperlukan berukuran terlalu
besar.
·
Tes genetik dilakukan untuk mengetahui
apakah pasien memiliki gen yang sama dengan anggota keluarga lain setelah
dokter meninjau sejarah penyakit hipertensi pulmonal di dalam riwayat keluarga.
Dokter mungkin menyarankan tes genetik pada anggota keluarga lainnya jika hasil
tes Anda positif.
Beberapa klasifikasi diagnosis hipertensi pulmonal
yang dapat diberikan kepada pasien setelah dokter mendapatkan hasil dari
rangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan adalah:
·
Kelas 1. Penderita didiagnosis menderita
hipertensi pulmonal, namun tanpa disertai gejala dan masih dapat beraktivitas
dengan normal.
·
Kelas 2. Penderita yang mengalami gejala
kelelahan, napas yang terputus-putus, atau sakit dada ketika melakukan
aktivitas normal, namun tidak pada saat sedang beristirahat.
·
Kelas 3. Penderita yang mengalami gejala
saat melakukan aktivitas fisik yang lebih ringan dari normal, namun tetap
normal atau tidak mengalami gejala saat sedang beristirahat.
·
Kelas 4. Penderita mengalami gejala,
baik saat melakukan aktivitas fisik maupun saat beristirahat.
Pengobatan
Hipertensi Pulmonal
Sebagian besar kasus hipertensi pulmonal merupakan
kasus yang tidak bisa disembuhkan sehingga pengobatan hipertensi pulmonal
ditujukan untuk meredakan gejala-gejalanya. Pengobatan yang dimulai lebih awal
juga membantu mencegah kerusakan permanen pada pembuluh darah paru-paru.
Pengobatan hipertensi pulmonal umumnya memerlukan tindak lanjut dengan cakupan
yang lebih luas dan pilihan pengobatan yang benar-benar sesuai dengan kondisi
pasien. Pengidap hipertensi pulmonal yang disebabkan oleh penyakit lain umumnya
akan melalui pengobatan untuk penyakit yang memicu kondisi ini terlebih dahulu.
Beberapa pilihan prosedur pengobatan yang ada, yaitu:
·
Vasodilator, golongan obat yang
berfungsi melebarkan pembuluh darah. Diberikan menggunakan kateter yang
dimasukkan ke kulit, suntikan, sebagai obat inhaler, atau obat oral. Beberapa
obat yang termasuk sebagai vasodilator dan digunakan untuk mengatasi kondisi
ini, antara lain epoprostenol, iloprost, dan trepostinil. Efek samping yang
mungkin muncul adalah sakit rahang, mual, diare, kram, pusing, serta sakit atau
infeksi di sekitar area suntikan.
·
Sildenafil dan tadalafil, yaitu obat
yang berfungsi membuka pembuluh darah paru-paru agar darah dapat mengalir
dengan lebih mudah. Efek samping yang mungkin muncul adalah sakit kepala,
gangguan pada perut, dan gangguan penglihatan.
·
Penghambat kalsium berdosis tinggi,
adalah obat yang berfungsi melemaskan otot pembuluh darah dan hanya ampuh pada
sebagian penderita hipertensi pulmonal. Beberapa obat yang termasuk ke golongan
ini, antara lain nifedipine, diltiazem, dan amlodipine.
·
Perangsang enzim guanylate siklase yang
dapat larut, adalah obat yang berinteraksi dengan nitric oksida untuk membantu
melemaskan dan mengurangi tekanan pada pembuluh darah paru-paru. Efek samping
yang mungkin muncul, adalah pusing dan mual. Obat ini tidak direkomendasikan
untuk pasien wanita hamil.
·
Penghambat reseptor endothelin, adalah
obat yang berfungsi menghambat terjadinya penyempitan yang disebabkan oleh
suatu protein pada dinding pembuluh darah. Beberapa obat yang termasuk ke
golongan ini, antara lain macitentan, ambrisentan, dan bosentan. Efek samping
yang mungkin muncul, adalah kerusakan organ hati dan memburuknya gejala. Obat
ini tidak direkomendasikan untuk pasien wanita hamil.
·
Antikoagulan, adalah obat yang berfungsi
menghambat terbentuknya gumpalan darah. Warfarin adalah salah satu antikoagulan
yang umumnya digunakan, namun penggunaannya perlu diwaspadai karena turut
meningkatkan risiko terjadinya pendarahan. Beberapa obat, makanan, dan bahan
herbal memiliki interaksi jika dikonsumsi dengan warfarin. Pastikan dokter Anda
mengetahui informasi obat lain yang sedang dikonsumsi sebelum menggunakan
warfarin.
·
Diuretik, adalah obat yang berfungsi
mengurangi cairan di dalam tubuh dan membatasi penumpukan cairan di dalam
paru-paru. Obat ini membantu mengurangi kerja jantung dan biasanya cairan akan
dikeluarkan melalui pembuangan urine. Efek samping yang muncul adalah gangguan
ringan pada perut, tekanan darah menurun tiba-tiba sesaat setelah terjadi
perubahan posisi tubuh, ruam, pusing, dan mulut kering.
·
Digoxin, adalah obat yang berfungsi
membantu jantung memompa lebih banyak darah dan mengendalikan denyut jantung.
·
Oksigen murni yang dihirup dapat
membantu penderita hipertensi pulmonal yang hidup di dataran tinggi dan bisa
digunakan juga pada penderita apnea tidur sebagai oksigen pelengkap atau
suplemen.
·
Prosedur bedah terbuka jantung
septostomi atrial untuk meredakan tekanan pada bagian kanan jantung. Prosedur
ini dilakukan sebagai pilihan selain obat-obatan dan dilakukan dengan cara
membuat bukaan pada bagian bilik atas kiri dan kanan jantung. Efek samping yang
mungkin muncul adalah ritme jantung yang tidak normal.
·
Transplantasi paru-paru atau jantung
mungkin diperlukan pada kasus yang berisiko atau pada penderita hipertensi
pulmonal arteri idiopati. Prosedur ini juga memiliki risiko yang dapat
membahayakan pasien, yaitu penolakan tubuh terhadap organ atau infeksi yang
serius.
Perubahan gaya hidup juga dapat membantu mengurangi
gejala hipertensi pulmonal dan menjaga kondisi kesehatan Anda. Langkah-langkah
berikut dapat membantu Anda memulai perubahan gaya hidup menjadi lebih baik.
·
Istirahat secukupnya dapat membantu
mengurangi gejala kelelahan akibat hipertensi pulmonal.
·
Aktivitas fisik tingkat menengah dapat
membantu agar badan tetap aktif, seperti jalan kaki ringan. Diskusikan dengan
dokter terlebih dulu sebelum memilih dan melakukan kegiatan fisik atau
olahraga.
·
Hindari melakukan aktivitas yang dapat
menurunkan tekanan darah, seperti mandi dengan air panas atau sauna, dan
aktivitas fisik yang mengakibatkan otot menjadi tegang dalam waktu yang terlalu
lama.
·
Hindari berada terlalu lama atau tinggal
di tempat dengan ketinggian 2,400 meter atau lebih karena dapat memperburuk
gejala hipertensi pulmonal.
·
Mulai mengurangi atau hentikan kebiasaan
merokok, termasuk menghirup asap rokok. Anda bisa mendiskusikan langkah-langkah
berhenti merokok dengan dokter untuk membantu memulai langkah ini.
·
Mulailah diet makan sehat yang diikuti
dengan pola makan yang sehat pula untuk menjaga berat badan tetap normal. Pilih
dan diskusikan jenis-jenis makanan yang baik untuk tubuh Anda bersama dokter
atau ahli gizi.
·
Hamil dapat membahayakan jiwa ibu dengan
hipertensi pulmonal dan bayinya. Hindari alat kontrasepsi dalam bentuk pil yang
dapat meningkatkan risiko terjadinya penggumpalan darah. Diskusikan dengan
dokter mengenai pilihan alat kontrasepsi lain yang sesuai untuk menghindari
komplikasi hipertensi pulmonal bagi ibu dan janin.
·
Pelajari dan diskusikan pilihan
obat-obatan yang sesuai dengan kondisi fisik dan kesehatan Anda bersama dokter.
Beberapa obat dapat memperburuk kondisi Anda jika diminum bersamaan dengan
obat-obatan lain yang sedang Anda konsumsi di hari yang sama. Minumlah obat
sesuai dengan instruksi yang telah diberikan dan perhatikan juga semua
informasi yang tertera pada kemasan obat.
·
Vaksin pneumonia dan influenza dapat
direkomendasikan, karena dua penyakit ini dapat memperburuk keadaan penderita
hipertensi pulmonal.
·
Pemeriksaan rutin dan dukungan dari
keluarga atau teman akan memberikan dampak positif pada penderita hipertensi
pulmonal yang merasa tertekan selama proses pengobatan berlangsung. Dokter
dapat memantau perkembangan kondisi pasien sementara orang-orang terdekat dapat
memberikan semangat bagi pasien. Bergabung dengan sebuah kelompok dukungan yang
berisi sesama penderita hipertensi pulmonal juga dapat membuat pasien tetap
mendapatkan informasi terkini mengenai penyakit ini.
Komplikasi
dan Pencegahan Hipertensi Pulmonal
Selain dapat dipicu oleh memburuknya kondisi
kesehatan, hipertensi pulmonal juga dapat memicu gangguan kesehatan lainnya
jika tidak segera ditangani. Beberapa komplikasi yang mungkin muncul adalah:
·
Aritmia atau detak jantung tidak
beraturan yang terjadi saat jantung bekerja keras memompa darah melalui pembuluh
darah yang tersumbat. Kondisi ini dapat turut memicu sakit kepala, palpitasi,
hingga pingsan, dan dapat berubah menjadi fatal.
·
Terjadi pembesaran/pembengkakan atau
kegagalan fungsi pada jantung bagian kanan (cor pulmonale). Kondisi
ini diakibatkan oleh jantung yang harus bekerja keras untuk memompa darah
melewati pembuluh darah paru-paru yang tersumbat atau menyempit.
·
Penggumpalan darah pada pembuluh darah
kecil di paru-paru dapat menyumbat pembuluh darah yang sudah mengalami
penyempitan akibat hipertensi pulmonal.
·
Pendarahan pada paru-paru hingga pasien
mengalami batuk darah atau kondisi yang bernama hemoptysis. Kondisi
ini dapat membahayakan nyawa penderitanya.
Pencegahan
Hipertensi Pulmonal
Perubahan gaya hidup menjadi lebih baik dan lebih
sehat tidak pernah terlambat untuk dilakukan.
Mulailah dari pemilihan bahan
makanan dan pola makan yang lebih sehat bagi tubuh. Kebiasaan buruk lainnya
juga dapat turut dihindari, seperti merokok, jarang berolahraga, hingga terlalu
banyak mengonsumsi makanan dengan kandungan garam atau gula yang tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar