Pengertian
Kanker Kolorektal
Polip atau jaringan yang tumbuh ini biasanya jinak dan tidak menyebabkan gangguan. Meski demikian, ada juga yang berpotensi menjadi ganas, terutama yang sudah ada pada usus dan rektum selama 5 hingga 15 tahun.
Gejala
Kanker kolorektal
Gejala kanker kolorektal biasanya akan dirasakan
oleh pasien ketika kanker sudah berkembang jauh. Jenis gejalanya juga
tergantung pada lokasi tumbuhnya kanker. Beberapa tanda dan gejala yang umumnya
terjadi meliputi:
·
Diare atau konstipasi.
·
Proses buang air besar (BAB) yang terasa
tidak tuntas.
·
Darah pada tinja, biasanya tidak banyak.
·
Tinja yang disertai lendir.
·
Mual.
·
Muntah.
·
Sakit perut.
·
Lemas dan lelah.
·
Penurunan berat badan tanpa sebab yang
jelas.
Jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut, segera
periksakan diri ke dokter. Pada tahap awal, gejala kanker kolorektal sering
tidak terasa. Karena itu, pemeriksaan secara rutin patut dilakukan untuk
berjaga-jaga.
Penyebab
dan Faktor Resiko Kanker Kolorektal
Tumbuhnya sel-sel secara abnormal
merupakan sumber di balik semua kanker, termasuk kanker kolorektal. Namun
hingga saat ini, penyebab perkembangbiakan sel-sel abnormal yang tidak
terkendali itu belum diketahui secara pasti.
Para pakar menduga terdapat beberapa
faktor yang bisa memicu pertumbuhan kanker. Faktor-faktor risiko tersebut
adalah:
·
Pengaruh usia.
Risiko
kanker kolorektal akan meningkat seiring bertambahnya usia. Kanker ini
diperkirakan diidap oleh 9 di antara 10 orang yang berusia 50 tahun atau lebih.
·
Faktor keturunan.
Orang
dengan anggota keluarga yang mengidap kanker atau polip kolorektal memiliki risiko
lebih tinggi untuk mengidap kanker kolorektal.
·
Pengaruh gaya hidup.
seperti
kurang olahraga, kekurangan asupan serat, konsumsi minuman keras, kelebihan
berat badan, obesitas, atau merokok.
·
Pengidap penyakit crohn dan colitis useratif
lebih dari 9 tahun.
Diagnosis
Kanker Kolorektal
Pemeriksaan kondisi fisik (biasanya
melalui pengecekan rektum) dan menanyakan gejala merupakan langkah awal dalam
diagnosis kanker kolorektal. Riwayat kesehatan pasien dan keluarga juga akan
menjadi pertimbangan.
Jika diagnosis awal kurang jelas,
dokter juga akan menganjurkan sejumlah pemeriksaan guna memastikan diagnosis.
Beberapa di antaranya adalah:
·
Kolonoskopi.
yaitu
evaluasi kondisi bagian dalam rektum dan usus besar. Prosedur ini dilakukan
dengan memasukkan slang panjang yang fleksibel dan disertai lampu pada ujungnya
melalui anus. Pemeriksaan ini bisa juga disertai pemeriksaan flexible sigmoideoscopy
yang menggunakan slang lebih pendek, CT colonography menggunakan sinar
X untuk mengambil gambar serial yang detail dari dinding usus, dan barium enema
yang alirannya dipantau dengan sinar X.
·
Biopsi atau
pengambilan sampel jaringan pada sel-sel abnormal
agar bisa diperiksa di laboratorium. Biopsi dilakukan untuk memastikan
diagnosis.
·
SG, rontgen, CT, dan MRI scan untuk melihat
penyebaran kanker dan menentukan tahap perkembangan kanker (staging).
Selain untuk diagnosis, metode-metode pemeriksaan tersebut
juga dilakukan untuk mengetahui perkembangan serta tingkat penyebaran kanker.
Langkah
Pengobatan Kanker
Kolorektal
Diagnosis dan pengobatan kanker
kolorektal sedini mungkin akan meningkatkan kemungkinan sembuh pada penderita.
Namun, jika kanker sudah berkembang pada stadium lanjut, langkah pengobatan
akan dilakukan untuk mencegah penyebaran sekaligus meringankan gejala-gejala
yang dialami oleh pasien.
Sama halnya seperti kanker-kanker
lain, pengobatan kanker kolorektal biasanya meliputi operasi, kemoterapi, dan
radioterapi. Kombinasi ketiga langkah pengobatan tersebut tergantung pada
berbagai faktor, seperti kondisi kesehatan pasien serta tingkat perkembangan
dan penyebaran kanker.
·
Prosedur operasi.
Operasi merupakan penanganan utama untuk kanker
kolorektal. Biasanya bagian usus atau rektum yang dtumbuhi kanker akan dibuang
dan masing-masing ujung saluran pencernaan dijahit menjadi satu.
Pada penderita kanker rektum, biasanya tidak
banyak bagian sehat yang tersisa setelah dipotong. Maka penyambung kedua ujung
saluran cerna akan sangat sulit dilakukan karena jaringan untuk disambung
begitu minim. Kasus-kasus ini biasa diselesaikan dengan kolostomi. Kolostomi
adalah operasi pembuatan lubang pada dinding perut yang kemudian disambung ke
ujung usus yang telah dipotong, guna mengeluarkan tinja secara langsung melalui
dinding perut dan di tampung dalam sebuah kantong yang ditempelkan ke dinding
perut luar.
Prosedur ini terbagi dalam dua jenis, yaitu
sementara dan permanen. Kolostomi sementara dilakukan bila kanker sudah
menyebar keluar dinding saluran cerna dan organ atau bagian lain juga perlu
dibersihkan dari sel-sel kanker. Untuk menunggu pemulihan organ atau bagian
lain pasca tindakan, maka kolostomi dibuat sementara dan nantinya akan ditutup
kembali. Sedangkan kolostomi permanen umumnya dianjurkan bagi pasien yang telah
menjalani pengangkatan rektum secara keseluruhan.
·
Kemoterapi dan
Radioterapi.
Tujuan kemoterapi dan radioterapi adalah untuk
membunuh sel-sel kanker atau menghentikan perkembangbiakannya. Kemoterapi
semakin banyak digunakan untuk menangani kanker usus. Sementara radioterapi
sebagian besar dijalani oleh pengidap kanker kolorektal yang tumbuh di rektum.
Keduanya juga digunakan sebagai terapi pada
sebelum maupun setelah operasi. Bila dilakukan setelah operasi, maka untuk
membunuh sisa sel-sel kanker yang telah menyebar dari lokasi utama kanker.
Sedangkan kemoterapi atau radioterapi sebelum operasi diberikan untuk
menyusutkan tumor agar lebih mudah diangkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar