Rabu, 09 November 2016

KANKER KOLOREKTAL






Pengertian Kanker Kolorektal

Kanker kolorektal adalah jenis kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon) atau rektum. Kanker ini umumnya bermula dari polip yang tumbuh di sepanjang dinding permukaan dalam usus besar serta rektum.

Polip atau jaringan yang tumbuh ini biasanya jinak dan tidak menyebabkan gangguan. Meski demikian, ada juga yang berpotensi menjadi ganas, terutama yang sudah ada pada usus dan rektum selama 5 hingga 15 tahun.

Gejala Kanker kolorektal

Gejala kanker kolorektal biasanya akan dirasakan oleh pasien ketika kanker sudah berkembang jauh. Jenis gejalanya juga tergantung pada lokasi tumbuhnya kanker. Beberapa tanda dan gejala yang umumnya terjadi meliputi:

·         Diare atau konstipasi.
·         Proses buang air besar (BAB) yang terasa tidak tuntas.
·         Darah pada tinja, biasanya tidak banyak.
·         Tinja yang disertai lendir.
·         Mual.
·         Muntah.
·         Sakit perut.
·         Lemas dan lelah.
·         Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.

Jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut, segera periksakan diri ke dokter. Pada tahap awal, gejala kanker kolorektal sering tidak terasa. Karena itu, pemeriksaan secara rutin patut dilakukan untuk berjaga-jaga.

Penyebab dan Faktor Resiko Kanker Kolorektal

Tumbuhnya sel-sel secara abnormal merupakan sumber di balik semua kanker, termasuk kanker kolorektal. Namun hingga saat ini, penyebab perkembangbiakan sel-sel abnormal yang tidak terkendali itu belum diketahui secara pasti.

Para pakar menduga terdapat beberapa faktor yang bisa memicu pertumbuhan kanker. Faktor-faktor risiko tersebut adalah: 

·         Pengaruh usia.

Risiko kanker kolorektal akan meningkat seiring bertambahnya usia. Kanker ini diperkirakan diidap oleh 9 di antara 10 orang yang berusia 50 tahun atau lebih.

·         Faktor keturunan.

Orang dengan anggota keluarga yang mengidap kanker atau polip kolorektal memiliki risiko lebih tinggi untuk mengidap kanker kolorektal.

·         Pengaruh gaya hidup.

seperti kurang olahraga, kekurangan asupan serat, konsumsi minuman keras, kelebihan berat badan, obesitas, atau merokok.

·         Pengidap penyakit crohn dan colitis useratif lebih dari 9 tahun.

Diagnosis Kanker Kolorektal

Pemeriksaan kondisi fisik (biasanya melalui pengecekan rektum) dan menanyakan gejala merupakan langkah awal dalam diagnosis kanker kolorektal. Riwayat kesehatan pasien dan keluarga juga akan menjadi pertimbangan.

Jika diagnosis awal kurang jelas, dokter juga akan menganjurkan sejumlah pemeriksaan guna memastikan diagnosis. Beberapa di antaranya adalah: 

·         Kolonoskopi.

yaitu evaluasi kondisi bagian dalam rektum dan usus besar. Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan slang panjang yang fleksibel dan disertai lampu pada ujungnya melalui anus. Pemeriksaan ini bisa juga disertai pemeriksaan flexible sigmoideoscopy yang menggunakan slang lebih pendek, CT colonography menggunakan sinar X untuk mengambil gambar serial yang detail dari dinding usus, dan barium enema yang alirannya dipantau dengan sinar X.

·         Biopsi atau pengambilan sampel jaringan pada sel-sel abnormal agar bisa diperiksa di laboratorium. Biopsi dilakukan untuk memastikan diagnosis.

·         SG, rontgen, CT, dan MRI scan untuk melihat penyebaran kanker dan menentukan tahap perkembangan kanker (staging).

Selain untuk diagnosis, metode-metode pemeriksaan tersebut juga dilakukan untuk mengetahui perkembangan serta tingkat penyebaran kanker.

Langkah Pengobatan Kanker Kolorektal

Diagnosis dan pengobatan kanker kolorektal sedini mungkin akan meningkatkan kemungkinan sembuh pada penderita. Namun, jika kanker sudah berkembang pada stadium lanjut, langkah pengobatan akan dilakukan untuk mencegah penyebaran sekaligus meringankan gejala-gejala yang dialami oleh pasien.

Sama halnya seperti kanker-kanker lain, pengobatan kanker kolorektal biasanya meliputi operasi, kemoterapi, dan radioterapi. Kombinasi ketiga langkah pengobatan tersebut tergantung pada berbagai faktor, seperti kondisi kesehatan pasien serta tingkat perkembangan dan penyebaran kanker. 

·         Prosedur operasi.

Operasi merupakan penanganan utama untuk kanker kolorektal. Biasanya bagian usus atau rektum yang dtumbuhi kanker akan dibuang dan masing-masing ujung saluran pencernaan dijahit menjadi satu.

Pada penderita kanker rektum, biasanya tidak banyak bagian sehat yang tersisa setelah dipotong. Maka penyambung kedua ujung saluran cerna akan sangat sulit dilakukan karena jaringan untuk disambung begitu minim. Kasus-kasus ini biasa diselesaikan dengan kolostomi. Kolostomi adalah operasi pembuatan lubang pada dinding perut yang kemudian disambung ke ujung usus yang telah dipotong, guna mengeluarkan tinja secara langsung melalui dinding perut dan di tampung dalam sebuah kantong yang ditempelkan ke dinding perut luar.

Prosedur ini terbagi dalam dua jenis, yaitu sementara dan permanen. Kolostomi sementara dilakukan bila kanker sudah menyebar keluar dinding saluran cerna dan organ atau bagian lain juga perlu dibersihkan dari sel-sel kanker. Untuk menunggu pemulihan organ atau bagian lain pasca tindakan, maka kolostomi dibuat sementara dan nantinya akan ditutup kembali. Sedangkan kolostomi permanen umumnya dianjurkan bagi pasien yang telah menjalani pengangkatan rektum secara keseluruhan.

·         Kemoterapi dan Radioterapi.

Tujuan kemoterapi dan radioterapi adalah untuk membunuh sel-sel kanker atau menghentikan perkembangbiakannya. Kemoterapi semakin banyak digunakan untuk menangani kanker usus. Sementara radioterapi sebagian besar dijalani oleh pengidap kanker kolorektal yang tumbuh di rektum.

Keduanya juga digunakan sebagai terapi pada sebelum maupun setelah operasi. Bila dilakukan setelah operasi, maka untuk membunuh sisa sel-sel kanker yang telah menyebar dari lokasi utama kanker. Sedangkan kemoterapi atau radioterapi sebelum operasi diberikan untuk menyusutkan tumor agar lebih mudah diangkat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar