Pengertian
Hipogonadisme
Hormon seksual memiliki fungsi untuk mengatur karakteristik seksual sekunder, di antaranya membantu produksi sperma dan perkembangan testis pada pria. Sedangkan pada wanita, hormon ini berperan dalam pertumbuhan payudara dan siklus menstruasi. Selain itu hormon seksual juga berperan dalam pertumbuhan rambut kemaluan, baik pada pria maupun wanita.
Hipogonadisme atau kurangnya produksi hormon seksual
ini tentu saja akan menyebabkan masalah. Pada pria, gejala yang bisa terjadi di
antaranya adalah:
·
Pertumbuhan payudara yang tidak normal.
·
Lelah.
·
Sulit berkonsentrasi.
·
Berkurangnya massa otot.
·
Lengan dan kaki tumbuh memanjang atau
ramping seperti wanita.
·
Tubuh jarang ditumbuhi rambut.
·
Suara terdengar kurang dalam selayaknya
pria normal.
·
Testis dan penis mengecil.
·
Hilangnya gairah seksual.
·
Disfungsi ereksi.
·
Mandul.
·
Badan terasa panas.
·
Osteoporosis.
Sedangkan gejala hipogonadisme yang bisa terjadi
pada wanita di antaranya adalah:
·
Pertumbuhan payudara berjalan lambat
atau bahkan tidak ada payudara sama sekali.
·
Menstruasi kurang atau tidak terjadi
sama sekali.
·
Penurunan gairah seksual.
·
Hilangnya bulu-bulu pada badan.
·
Perubahan energi dan suasana hati.
·
Badan terasa panas.
·
Keluarnya cairan kental berwarna putih
dari payudara.
Penyebab
Hipogonadisme
Berdasarkan penyebabnya,
hipogonadisme terbagi menjadi dua jenis, yaitu hipogonadisme primer dan
sekunder.
Hipogonadisme primer terjadi akibat
gonad atau kelenjar seksual mengalami kerusakan. Meski otak mengirimkan sinyal
pada gonad untuk memproduksi hormon seksual, produksi tetap tidak bisa
dilakukan akibat kerusakan ini. Berikut ini sejumlah penyebab kerusakan pada
gonad, di antaranya:
·
Penyakit
autoimun (misalnya hipoparatiroidisme dan penyakit Addison).
·
Gangguan
ginjal.
·
Gangguan
hati.
·
Infeksi
berat.
·
Hemokromatosis
atau tingginya kadar zat besi darah.
·
Kriptorkismus
atau posisi testis yang tidak turun.
·
Penyakit
genetis (misalnya sindrom Klinefelter dan sindrom Turner).
·
Peradangan
pada testis sebagai komplikasi dari gondongan.
·
Kerusakan
organ seksual (misalnya akibat kecelakaan atau efek samping operasi).
·
Efek
samping radiasi atau kemoterapi pada pengobatan kanker.
Jenis
hipogonadisme yang kedua adalah hipogonadisme sekunder yang merupakan kebalikan
dari primer. Pada hipogonadisme sekunder, kerusakan terletak pada kelenjar
hipofisis di dalam otak.
Akibat kerusakan ini, otak tidak mampu mengirim sinyal
pada gonad untuk memproduksi hormon seksual. Berikut ini sejumlah faktor yang
dapat menyebabkan kerusakan pada kelenjar hipofisis, di antaranya:
·
Gangguan
genetik, seperti gangguan perkembangan kelenjar hipotalamus (Sindrom Kallmann).
·
Gangguan
hipofisis.
·
Tumor
yang muncul di dekat kelenjar hipofisis.
·
Penyakit
HIV dan AIDS.
·
Penyakit
histiositosis.
·
Penyakit
TBC atau tuberculosis.
·
Penyakit
sarkoidosis.
·
Cedera
pada otak (misalnya akibat kecelakaan atau efek samping operasi).
·
Obesitas.
·
Kekurangan
nutrisi dan penurunan berat badan secara drastic.
·
Efek
samping radiasi atau kemoterapi pada pengobatan kanker.
·
Efek
samping penggunaan steroid.
·
Pertambahan
usia.
Diagnosis Hipogonadisme
Dianjurkan
untuk segera menemui dokter apabila Anda mengalami gejala-gejala hipogonadisme.
Beberapa metode pemeriksaan yang bisa dilakukan oleh dokter adalah:
·
Pengecekan
kadar hormon testosteron dan estrogen.
·
Pengecekan
kadar hormon gonadotropin (LH dan FSH).
·
Pemeriksaan
tiroid.
·
Pengecekan
kadar sperma.
·
Pengecekan
kadar prolaktin (hormon produksi air susu pada wanita).
·
USG
untuk mengetahui kondisi ovarium.
·
CT
scan dan MRI scan untuk melihat adanya masalah pada otak.
·
Pengecekan
kadar sel darah dan zat besi.
·
Tes
genetic.
Pengobatan
Hipogonadisme
Pada pria, penanganan hipogonadisme
umumnya dilakukan melalui terapi penggantian testosteron (TRT) dengan cara
memasukkan testosteron buatan ke dalam tubuh untuk menutupi kekurangan hormon
tersebut. Testosteron buatan bisa diberikan dalam bentuk suntik, tablet, gel,
atau koyo.
Selain dengan TRT, pengobatan
hipogonadisme bisa dilakukan dengan penyuntikan hormon pelepas gonadotropin
pada remaja yang mengalami keterlambatan pubertas atau pada pria dewasa yang
mengalami penurunan produksi sperma.
Pada wanita, penanganan
hipogonadisme umumnya dilakukan melalui pemberian hormon estrogen buatan dalam
bentuk suntik, pil, atau koyo. Namun metode pengobatan ini berisiko memicu
terjadinya kanker endometrial. Untuk menghindari hal tersebut, biasanya
pemberian estrogen akan dikombinasikan dengan progesteron.
Pada wanita yang sulit hamil, dokter
biasanya akan melakukan pengobatan yang bertujuan memicu ovulasi melalui
pemberian pil yang mengandung hormon follicle-stimulating (FSH) atau
penyuntikan hormon human choriogonadotropin (hCG). Kedua metode
pengobatan ini juga bisa diterapkan pada penderita hipogonadisme yang mengalami
gangguan siklus menstruasi. Sedangkan pada wanita yang merasakan gejala
penurunan gairah seksual, dokter biasanya akan melakukan terapi pemberian
testosteron dalam dosis rendah.
Hipogonadisme
akibat tumor yang tumbuh pada kelenjar hipofisis bisa menimpa siapa saja, baik
pria maupun wanita. Pada pasien yang mengalami kondisi seperti ini, maka metode
penanganan yang biasanya dilakukan oleh dokter adalah melalui operasi
pengangkatan tumor atau kemoterapi dan radioterapi yang bertujuan menyusutkan
dan membunuh sel-sel tumor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar