Pengertian
HIV dan AIDS
HIV belum bisa disembuhkan, tapi ada pengobatan yang bisa digunakan untuk memperlambat perkembangan penyakit. Pengobatan ini juga akan membuat penderitanya hidup lebih lama, sehingga bisa menjalani hidup dengan normal.
Dengan diagnosis HIV dini dan penanganan yang
efektif, pengidap HIV tidak akan berubah menjadi AIDS. AIDS adalah stadium
akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi sudah hilang sepenuhnya.
Penyebaran
HIV dan AidS di Indonesia
Di Indonesia, sejak pertama kali
ditemukannya infeksi HIV pada tahun 1987 HIV tersebar di 368 dari 497
kabupaten/kota di seluruh provinsi. Pulau Bali adalah provinsi pertama tempat
ditemukannya infeksi HIV/AIDS di Indonesia.
Menurut UNAIDS, di Indonesia ada
sekitar 690 ribu orang pengidap HIV sampai tahun 2015. Dari jumlah tersebut,
setengah persennya berusia antara 15 hingga 49 tahun. Wanita usia 15 tahun ke
atas yang hidup dengan kondisi HIV sekitar 250 ribu jiwa. Angka kematian akibat
AIDS mencapai 35 ribu orang. Dengan demikian terdapat anak-anak yatim piatu
akibat kematian orang tua karena AIDS berjumlah 110.000 anak.
Penyebaran
HIV
HIV adalah jenis virus yang rapuh.
Tidak bisa bertahan lama di luar tubuh manusia. HIV bisa ditemukan di dalam
cairan tubuh dari orang yang terinfeksi. Cairan yang dimaksud adalah cairan
sperma, cairan vagina, cairan anus, darah, dan ASI. HIV tidak bisa menyebar
melalui keringat atau urine.
Di Indonesia faktor penyebab dan
penyebaran virus HIV/AIDS terbagi
menjadi dua kelompok utama, yaitu melalui hubungan seks yang tidak aman dan
bergantian jarum suntik saat menggunakan narkotika.
Berikut ini adalah beberapa cara
penyebaran HIV lainnya:
·
Penularan dari ibu kepada bayi pada
masa kehamilan, ketika melahirkan atau menyusui.
·
Melalui seks oral.
·
Pemakaian alat bantu seks secara
bersama-sama atau bergantian.
·
Melalui transfusi darah dari orang
yang terinfeksi.
·
Memakai jarum, suntikan, dan
perlengkapan menyuntik lain yang sudah terkontaminasi, misalnya spon dan kain
pembersihnya.
Gejala HIV dan AIDS
Infeksi
HIV muncul dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah serokonversi (Periode waktu
tertentu di mana antibodi HIV sudah mulai berkembang untuk melawan virus.).
Tahap kedua adalah masa ketika tidak ada gejala yang muncul. Dan tahap yang
ketiga adalah infeksi HIV berubah menjadi AIDS.
Orang yang terinfeksi virus HIV akan
menderita sakit mirip seperti flu. Setelah ini, HIV tidak menimbulkan gejala
apa pun selama beberapa tahun. Gejala seperti flu ini akan muncul beberapa
minggu setelah terinfeksi. Masa waktu inilah yang sering disebut sebagai
serokonversi.
Diperkirakan, sekitar 8 dari 10
orang yang terinfeksi HIV mengalami ini. Gejala yang paling umum terjadi
adalah:
·
Tenggorokan
sakit.
·
Demam.
·
Muncul
ruam di tubuh, biasanya tidak gatal.
·
Pembengkakan
noda limfa.
·
Penurunan
berat badan.
·
Diare.
·
Kelelahan.
·
Nyeri
persendian.
·
Nyeri
otot.
Gejala-gejala di atas bisa bertahan
selama satu hingga dua bulan, atau bahkan lebih lama. Ini adalah pertanda
sistem kekebalan tubuh sedang melawan virus. Tapi, gejala tersebut bisa
disebabkan oleh penyakit selain HIV. Kondisi ini tidak semata-mata karena
terinfeksi HIV.
Lakukan tes HIV jika Anda merasa
berisiko terinfeksi atau ketika muncul gejala yang disebutkan di atas. Tapi
perlu diingat, tidak semua orang mengalami gejala sama seperti yang disebutkan
di atas. Jika merasa telah melakukan sesuatu yang membuat Anda berisiko
terinfeksi, kunjungi klinik atau rumah sakit terdekat untuk menjalani tes HIV.
Setelah
gejala awal menghilang, biasanya HIV tidak menimbulkan gejala lebih lanjut
selama bertahun-tahun (masa jendela). Ini adalah tahapan ketika infeksi HIV
berlangsung tanpa menimbulkan gejala. Virus yang ada terus menyebar dan merusak
sistem kekebalan tubuh. Pada tahapan ini, Anda akan merasa sehat dan tidak ada
masalah. Kita mungkin tidak menyadari sudah mengidap HIV, tapi kita sudah bisa
menularkan infeksi ini pada orang lain. Lama tahapan ini bisa berjalan sekitar
10 tahun atau bahkan bisa lebih.
Jika
tidak ditangani, HIV akan melemahkan kemampuan tubuh dalam melawan infeksi.
Dengan kondisi ini, Anda akan lebih mudah terserang penyakit serius. Tahap
akhir ini lebih dikenal sebagai AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrome). Berikut ini adalah gejala yang muncul pada
infeksi HIV tahap terakhir:
·
Noda
limfa atau kelenjar getah bening membengkak pada bagian leher dan pangkal
paha.
·
Demam
yang berlangsung lebih dari 10 hari.
·
Merasa
kelelahan hampir setiap saat.
·
Berkeringat
pada malam hari.
·
Berat
badan turun tanpa diketahui penyebabnya.
·
Berat
badan turun tanpa diketahui penyebabnya.
·
Sesak
napas.
·
Diare
yang parah dan berkelanjutan.
·
Infeksi
jamur pada mulut, tenggorokan, atau vagina.
·
Mudah
memar atau berdarah tanpa sebab.
Risiko
terkena penyakit yang mematikan akan meningkat pada tahap ini. Misalnya kanker,
TB, dan pneumonia. Tapi meski ini penyakit mematikan, pengobatan HIV tetap bisa
dilakukan. Penanganan lebih dini bisa membantu meningkatkan kesehatan.
Penyebab HIV dan AIDS
Entah terjadi gejala atau tidak, seseorang yang terinfeksi HIV bisa menularkan virus kepada orang lain. Orang yang positif mengidap HIV lebih mudah menularkan virus beberapa minggu setelah mereka tertular. Pengobatan terhadap HIV akan menurunkan risiko penyebaran kepada orang lain.
Penyebaran HIV
HIV
tidak menular semudah itu ke orang lain. Virus ini tidak menyebar melalui udara
seperti virus batuk dan flu. HIV hidup di dalam darah dan beberapa cairan
tubuh. Tapi cairan seperti air liur, keringat, atau urine tidak bisa menularkan
virus ke orang lain. Ini dikarenakan kandungan virus di cairan tersebut tidak
cukup banyak.
Cairan
yang bisa menularkan HIV ke dalam tubuh orang lain adalah:
·
Darah.
·
Dinding
anus.
·
Air
Susu Ibu.
·
Sperma.
·
Cairan
vagina, termasuk darah menstruasi.
HIV
tidak tertular dari ciuman, air ludah, gigitan, bersin, berbagi perlengkapan
mandi, handuk, peralatan makan, memakai toilet atau kolam renang yang sama,
digigit binatang atau serangga seperti nyamuk.
Cara
yang utama agar virus bisa memasuki ke dalam aliran darah adalah:
·
Melalui
luka terbuka di kulit.
·
Melalui
dinding tipis pada mulut dan mata.
·
Melalui
dinding tipis di dalam anus atau alat kelamin.
·
Melalui
suntikan langsung ke pembuluh darah memakai jarum atau suntikan yang
terinfeksi.
Melalui hubungan Sex
Penyebaran
virus yang paling utama adalah dengan cara hubungan seks melalui vagina dan
anal tanpa pelindung. Seks oral tanpa pelindung juga berisiko terinfeksi, tapi
risikonya cukup kecil.
Penyebaran HIV melalui seks oral akan meningkat jika
orang yang melakukan seks oral sedang sariawan atau
terdapat luka di mulut. Atau melakukan seks dengan orang yang baru saja
terinfeksi HIV dan punya banyak virus di tubuhnya.
·
Tinggi
rendahnya risiko penularan HIV berbeda-beda, tergantung pada jenis hubungan
seks yang dilakukan.
·
Melakukan
seks oral pada pria yang positif HIV, dan pria itu ejakulasi di mulut.
·
Penularan
HIV bisa terjadi ketika kita lakukan seks oral pada wanita yang positif
mengidap HIV, terutama saat sang wanita sedang menstruasi , meski
risikonya kecil.
·
Menerima
seks oral dari orang yang menderita HIV risikonya sangat rendah, karena HIV
tidak menular melalui air liur.
Selain
melalui hubungan seks, HIV bisa menular melalui:
·
Tranfusi
darah.
·
Dari
ibu kepada bayi, baik saat kehamilan, melahirkan, atau ketika menyusui.
·
Berbagi
jarum, baik untuk menindik atau menato.
·
Berbagi
suntikan, terutama bagi para panasun (pengguna narkotika suntik).
·
Berbagi
alat bantu seks dengan pengidap HIV.
Pengaruh HIV pada tubuh manusia
Sistem kekebalan tubuh bertugas
melindungi kita dari penyakit yang menyerang. Salah satu unsur yang penting
dari sistem kekebalan tubuh adalah sel CD4 (salah satu jenis sel darah putih).
Sel ini melindungi dari beragam bakteri, virus, dan kuman lainnya.
HIV menginfeksi sistem kekebalan
tubuh. Virus memasuki sistem kekebalan pada sel CD4. Virus ini memanfaatkan sel
CD4 untuk menggandakan dirinya ribuan kali. Virus yang menggandakan diri ini
akan meninggalkan sel CD4 dan membunuhnya pada waktu yang sama. Makin banyak
sel CD4 yang mati, sistem kekebalan tubuh akan makin rendah. Hingga akhirnya,
sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi.
Ketika proses ini terjadi, tubuh
akan tetap merasa sehat dan tidak ada masalah. Kondisi ini bisa berlangsung
selama 10 tahun atau bahkan lebih. Dan penderita bisa menyebarkan virus pada
periode ini.
Orang-orang yang beresiko terinfeksi HIV
Ingatlah
bahwa semua orang berisiko terinfeksi HIV, tanpa mengenal batasan usia. Tapi
terdapat beberapa kelompok orang yang lebih berisiko terinfeksi HIV. Mereka
adalah:
·
Pengguna
narkotika suntik (panasun).
·
Orang
yang membuat tato atau melakukan tindik.
·
Orang
yang melakukan hubungan seks tanpa kondom baik sesama jenis kelamin, maupun
heteroseksual.
·
Orang
yang tinggal atau sering bepergian ke daerah-daerah dengan angka HIV tinggi,
misalnya Afrika, Eropa Timur, Asia, dan Amerika bagian selatan.
·
Orang
yang melakukan transfusi darah di daerah dengan angka HIV tinggi.
·
Orang
yang terkena infeksi penyakit seksual lain.
·
Orang
yang melakukan hubungan seks dengan pengguna narkotika suntik.
Diagnosis HIV dan AIDS
Hanya dengan menjalani tes HIV, kita bisa tahu pasti apakah kita terinfeksi atau tidak. Makin cepat HIV terdeteksi, maka tingkat keberhasilan pengobatan akan lebih tinggi. Jika Anda merasa berisiko terinfeksi HIV, konsultasikan kepada dokter atau klinik kesehatan terdekat.
Jangan menunda penanganan setelah Anda tahu telah terinfeksi HIV. Jika terlambat, virus bisa dengan cepat menyebar ke dalam sistem kekebalan tubuh. Hal ini bisa mengganggu kesehatan Anda. Anda juga bisa menghindari penyebaran virus kepada orang-orang terdekat atau pun kepada orang lain.
Melakukan tes HIV/AIDS
Untuk menguji apakah kita terinfeksi
HIV, satu tes yang paling umum adalah tes darah. Darah akan diperiksa di
laboratorium. Tes ini berfungsi untuk menemukan antibodi terhadap HIV di dalam
darah. Tapi, tes darah ini baru bisa dipercaya jika dilakukan setidaknya
sebulan setelah terinfeksi HIV, karena antibodi terhadap HIV tidak terbentuk
langsung setelah infeksi awal. Antibodi terhadap HIV butuh waktu sekitar dua
minggu hingga enam bulan, sebelum akhirnya muncul di dalam darah.
Masa antara infeksi HIV dan
terbentuknya antibodi yang cukup untuk menunjukkan hasil tes positif disebut
sebagai “masa jendela”. Pada masa ini, seseorang yang terinfeksi HIV sudah bisa
menularkan virus ini, meski dalam tes darah tidak terlihat adanya antibodi
terhadap HIV dalam darah.
Salah satu cara mendiagnosis HIV
selain dengan tes darah adalah Tes “Point of care”. Pada tes ini, sampel liur
dari mulut atau sedikit tetes darah dari jari akan diambil, dan hasilnya akan
keluar hanya dalam beberapa menit.
Sebelum seseorang diberikan
diagnosis yang pasti, perlu dilakukan beberapa kali tes untuk memastikan. Hal
ini dikarenakan masa jendela HIV cukup lama. Jadi, hasil tes pertama yang
dilakukan belum tentu bisa dipercaya. Lakukan tes beberapa kali jika Anda
merasa berisiko terinfeksi HIV.
Jika dinyatakan positif HIV,
beberapa tes harus dilakukan untuk memerhatikan perkembangan infeksi. Setelah
itu, barulah bisa diketahui kapan harus memulai pengobatan terhadap HIV.
Ada beberapa tempat untuk melakukan
tes darah HIV. Bahkan, beberapa puskesmas juga sudah menyediakan layanan untuk
tes HIV. Beberapa rumah sakit di
Indonesia menyediakan fasilitas tes HIV dan layanan bagi pengidap HIV dan AIDS.
Di Indonesia, terdapat beberapa
yayasan dan organisasi yang fokus untuk urusan HIV/AIDS, di antaranya:
·
Komunitas
AIDS Indonesia.
·
ODHA
Indonesia.
·
Himpunan
Abiasa.
·
Yayasan
Spiritia.
·
Yayasan
Orbit.
·
Yayasan
AIDS Indonesia.
Sedangkan lembaga pemerintah yang
dibentuk khusus untuk menangani HIV/AIDS adalah Komisi Penanggulangan AIDS
Nasional (KPAN). Anda bisa berkonsultasi kepada mereka tentang segala hal yang
berhubungan dengan HIV/AIDS.
Sekarang, alat tes HIV rumahan juga
tersedia bebas untuk dibeli di apotik, klinik kesehatan, atau melalui internet.
Tapi, untuk lebih jelas dalam memahami virus ini, disarankan untuk
berkonsultasi kepada dokter.
Jika berminat melakukan tes HIV,
sebelumnya akan diberikan penyuluhan atau konseling. Tes HIV tidak bisa
dilakukan tanpa persetujuan orang yang bersangkutan.
Pengobatan HIV dan AIDS
Belum
ada obat untuk menyembuhkan infeksi HIV, tapi ada pengobatan yang bisa
memperlambat perkembangan penyakit. Perawatan ini bisa membuat orang yang
terinfeksi untuk hidup lebih lama dan bisa menjalani pola hidup sehat. Ada
berbagai macam jenis obat yang dikombinasikan untuk mengendalikan virus.
Obat-obatan darurat awal HIV
Jika merasa atau mencurigai baru
saja terkena virus dalam rentan waktu 3x24 jam, obat anti HIV bisa mencegah
terjadinya infeksi. Obat ini bernama post-exposure prophylaxis (PEP)
atau di Indonesia dikenal sebagai profilaksis pasca pajanan. Profilaksis adalah
prosedur kesehatan yang bertujuan mencegah daripada mengobati.
Pengobatan ini harus dimulai
maksimal tiga hari setelah terjadi pajanan (terpapar) terhadap virus. Idealnya,
obat ini bisa diminum langsung setelah pajanan terjadi. Makin cepat pengobatan,
maka lebih baik.
Pengobatan memakai PEP ini
berlangsung selama sebulan. Efek samping obat ini serius dan tidak ada jaminan
bahwa pengobatan ini akan berhasil. PEP melibatkan obat-obatan yang sama
seperti pada orang yang sudah dites positif HIV.
Obat ini bisa didapatkan di dokter
spesialis penyakit infeksi menular seksual (IMS atau di rumah sakit.
Hasil tes positif HIV
Jika hasil tes positif atau reaktif
berarti kita terinfeksi HIV. Hasil tes ini seharusnya disampaikan oleh penyuluh
(konselor) atau pun dokter. Mereka akan memberi tahu dampaknya pada kehidupan
sehari-hari dan bagaimana menghadapi situasi yang terjadi saat itu.
Tes darah akan dilakukan secara
teratur untuk mengawasi perkembangan virus sebelum memulai pengobatan.
Pengobatan dilakukan setelah virus mulai melemahkan sistem kekebalan tubuh
manusia. Ini bisa ditentukan dengan mengukur tingkat sel CD4 (sel yang bertugas
melawan infeksi) dalam darah.
Pengobatan biasanya disarankan
setelah CD4 di bawah 350, entah terjadi gejala atau tidak. Jika CD4 sudah
mendekati 350, disarankan untuk melakukan pengobatan secepatnya. Tujuan
pengobatan adalah untuk menurunkan tingkat virus HIV dalam darah. Ini juga
untuk mencegah atau menunda penyakit yang terkait dengan HIV. Kemungkinan untuk
menyebarkannya juga menjadi lebih kecil.
Keterlibatan penyakit lain
Bagi
penderita hepatitis B dan hepatitis C yang juga terinfeksi HIV,
pengobatan disarankan ketika angka CD4 di bawah 500. Jika penderita HIV sedang
menjalani radioterapi atau kemoterapi yang akan menekan sistem kekebalan tubuh,
pengobatan dilakukan dengan angka CD4 berapa pun. Atau ketika Anda juga
menderita penyakit lain seperti TB, penyakit ginjal, dan penyakit otak.
Obat-obatan
antiretroviral
Antiretroviral
(ARV) adalah beberapa obat yang digunakan untuk mengobati infeksi HIV.
Obat-obatan ini tidak membunuh virus, tapi memperlambat pertumbuhan virus. HIV
bisa mudah beradaptasi dan kebal terhadap satu golongan ARV. Oleh karena itu,
kombinasi golongan ARV akan diberikan pada penderita.
Beberapa
golongan ARV adalah:
·
NNRTI (Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors).
Jenis ARV ini
akan bekerja dengan menghilangkan protein yang dibutuhkan virus HIV untuk
menggandakan diri.
·
NRTI (Nucleoside reverse transcriptase inhibitors).
Golongan
ARV ini menghambat perkembangan HIV di dalam sel tubuh.
·
Protease
inhibitors.
ARV
jenis ini akan menghilangkan protease, jenis protein yang juga dibutuhkan HIV
untuk memperbanyak diri.
·
Entry
inhibitors.
ARV
jenis ini akan menghalangi HIV untuk memasuki sel-sel CD4.
·
Integrase inhibitors.
Jenis
ARV ini akan menghilangkan integrase, protein yang digunakan HIV untuk
memasukkan materi genetik ke dalam sel-sel CD4.
Pengobatan kombinasi ini lebih
dikenal dengan nama terapi antiretroviral (ART). Biasanya pasien akan diberikan
tiga golongan obat ARV. Kombinasi obat ARV yang diberikan berbeda-beda pada
tiap-tiap orang, jadi jenis pengobatan ini bersifat pribadi atau khusus.
Beberapa obat ARV sudah digabungkan
menjadi satu pil. Begitu pengobatan HIV dimulai, mungkin obat ini harus
dikonsumsi seumur hidup. Jika satu kombinasi ARV tidak berhasil, mungkin perlu
beralih ke kombinasi ARV lainnya.
Penggabungan beberapa tipe
pengobatan untuk mengatasi infeksi HIV bisa menimbulkan reaksi dan efek samping
yang tidak terduga. Selalu konsultasikan kepada dokter sebelum mengonsumsi obat
yang lain.
Pengobatan HIV pada ibu hamil
Bagi wanita hamil yang positif
terinfeksi HIV, ada obat ARV khusus untuk wanita hamil. Obat ini untuk mencegah
penularan HIV dari ibu kepada bayinya. Tanpa pengobatan, terdapat perbandingan
25 dari 100 bayi akan terinfeksi HIV. Risiko bisa diturunkan kurang dari satu
banding 100 jika diberi pengobatan sejak awal.
Dengan pengobatan lebih dini, risiko
menularkan virus melalui kelahiran normal tidak meningkat. Tapi bagi beberapa
wanita, tetap disarankan untuk melahirkan dengan operasi caesar.
Bagi wanita yang terinfeksi HIV,
disarankan untuk tidak memberi ASI kepada bayinya. Virus bisa menular melalui
proses menyusui. Jika Anda adalah pasangan yang menderita HIV, bicarakan kepada
dokter sebagaimana ada pilihan untuk tetap hamil tanpa berisiko tertular HIV.
Konsumsi obat secara teratur
Anda
harus membuat jadwal rutin untuk memasukkan pengobatan HIV ke dalam pola hidup
sehari-hari. Pengobatan HIV bisa berhasil jika Anda mengonsumsi obat secara
teratur (pada waktu yang sama setiap kali minum obat). Jika melewatkan satu
dosis saja, efeknya bisa meningkatkan risiko kegagalan.
Efek samping
pengobatan HIV
Semua
pengobatan untuk HIV memiliki efek samping yang tidak menyenangkan. Jika
terjadi efek samping yang tidak normal, Anda mungkin perlu mencoba kombinasi
obat-obatan ARV yang lainnya.
Berikut
adalah contoh efek samping yang umumnya terjadi:
·
Kelelahan.
·
Mual.
·
Ruam
pada kulit.
·
Diare.
·
Satu
bagian tubuh menggemuk, bagian lain kurus.
·
Perubahan
suasana hati.
Pencegahan HIV dan AIDS
Cara-cara yang paling umum untuk terinfeksi HIV adalah berhubungan seks tanpa kondom, dan berbagi jarum atau alat suntik lainnya. Jika Anda terinfeksi HIV, Anda bisa menularkannya dengan cara-cara tersebut. Jika kedua pasangan terinfeksi, tetap lakukan hubungan seks yang aman. Anda bisa tertular jenis virus HIV lain yang mungkin tidak bisa dikendalikan oleh obat-obatan yang Anda konsumsi.
Melalui hubungan sex
Risiko tertinggi infeksi HIV
ditularkan melalui hubungan seks tanpa kondom melalui vagina maupun anal.
Risiko tertular melalui seks oral cukup rendah, tapi bukan berarti nol. Seks
oral bisa menularkan penyakit Infeksi Menular Seksual lain seperti sifilis.
Mainan dan alat bantu seks juga berisiko dalam menyebarkan HIV jika salah satu
pengguna mainan dan alat bantu seks ini positif terinfeksi HIV.
Cara terbaik untuk mencegah HIV dan
infeksi menular seksual (IMS) lainnya adalah dengan memakai kondom untuk segala
jenis penetrasi seks. Dan gunakan dental dam untuk melakukan
seks oral. Dental dam adalah selembar kain berbahan lateks.
Kain ini berfungsi sebagai penghalang antara mulut dan vagina atau anus. Hal
ini bertujuan untuk menurunkan penyebaran IMS selama melakukan seks oral.
Mengonsumsi obat Truvada
Bagi
orang-orang yang berisiko tinggi terinfeksi virus HIV, mengonsumsi obat
emtricitabine-tenofovir (Truvada) bisa mengurangi risiko infeksi HIV melalui
hubungan seksual. Truvada juga digunakan pada perawatan HIV bersamaan dengan
obat-obatan lainnya.
Pemakaian kondom
Jika Anda tidak tahu status infeksi
HIV pasangan, maka selalu gunakan kondom baru tiap melakukan hubungan seks anal
maupun seks vaginal. Kondom tersedia dalam berbagai bentuk, warna, tekstur,
bahan, dan rasa yang berbeda. Kondom tersedia baik untuk pria maupun wanita.
Kondom adalah bentuk perlindungan
paling efektif melawan HIV dan Infeksi Menular Seksual lainnya. Kondom bisa
digunakan untuk hubungan seks apa pun. Sangat penting untuk memakai kondom
sebelum kontak seksual apa pun yang muncul antara penis, vagina, mulut, atau
anus. HIV bisa ditularkan sebelum terjadi ejakulasi. Ini terjadi ketika
keluarnya cairan awal dari alat kelamin dan dari anus.
Gunakan kondom yang berbahan lateks
atau poliuretan (latex and polyurethane) ketika melakukan
hubungan seks. Gunakan kondom begitu Anda atau pasangan mengalami ereksi, bukan
sebelum ejakulasi.
Pemakain pelumas
Pelumas digunakan untuk menambah
kenyamanan dan keamanan hubungan seks dengan tujuan menambah kelembapan pada
vagina maupun anus selama seks. Pelumas akan mengurangi risiko terjadinya kulit
luka (sobek) pada vagina atau anus. Pelumas juga mencegah agar kondom tidak
sobek.
Hanya gunakan pelumas yang berbahan
dasar air, bukan yang berbahan minyak. Pelumas yang berbahan minyak bisa
melemahkan kekuatan kondom dan bahkan bisa merobek kondom.
Melalui jarum dan suntikan
Jika Anda memakai jarum untuk
menyuntikkan obat, pastikan jarumnya steril. Jangan berbagi jarum, suntikan,
atau perlengkapan menyuntik lagi seperti spon dan kain. Berbagi jarum bisa
meningkatkan risiko terinfeksi HIV dan virus lain yang ada di dalam darah,
misalnya hepatitis C.
Jika Anda ingin membuat tato atau
tindik, pastikan selalu memakai jarum yang steril dan bersih. Jangan melakukan
aktivitas ini di tempat sembarangan. Pastikan Anda memeriksa jarum yang
digunakan.
Melakukan sunat bagi pria
Sunat
pada pria adalah prosedur pembedahan untuk memotong kulit di bagian ujung
penis. Sunat yang dilakukan pada kelamin pria mampu mengurangi risiko pria
terkena HIV.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar