Pengertian
Limfoma non-Hodgkin
Limfoma non-Hodgkin adalah kanker yang tumbuh pada
sistem limfatik tubuh. Sistem limfatik terdiri dari pembuluh-pembuluh limfe
pembawa cairan bening (disebut cairan limfe) yang mengandung limfosit (salah satu
jenis sel darah putih) dan organ limfe (nodus limfe, kelenjar timus, dan organ
limpa).
Limfoma non-Hodgkin dibagi lagi menjadi beberapa tipe. Tipe paling umum ditemukan adalah limfoma sel B difus dan limfoma folikular.
Penyebab Limfoma non-Hodgkin
Limfoma
non-Hodgkin dimulai pada sel-sel limfosit yang berada dalam nodus limfa, serta
jaringan-jaringan limfa lain seperti sumsum tulang dan limpa. Terjadi perubahan
DNA (mutasi) dari sel-sel limfosit tersebut sehingga berkembang biak secara
abnormal (tanpa henti) dan kehilangan kemampuannya untuk memberantas infeksi.
Inilah yang akan menyebabkan tubuh kita rentan terkena infeksi.
Sama
seperti kanker pada umumnya, penyebab mutasi sel pada limfoma non-Hodgkin juga
belum diketahui secara pasti. Para pakar menduga, terdapat sejumlah faktor yang
memengaruhi kemungkinan seseorang terkena kanker ini. Faktor-faktor risiko
tersebut meliputi:
·
Sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Ini bisa dipicu oleh berbagai hal, misalnya
pengidap HIV, menggunakan obat-obatan penurun sistem kekebalan tubuh, serta
menjalani kemoterapi atau radioterapi.
·
Kondisi autoimun.
Seperti lupus atau rheumatoid arthritis.
·
Faktor usia
Risiko kanker ini meningkat seiring bertambahnya
usia seseorang. Sebagian besar limfoma non-Hodgkin menyerang orang yang berusia
65 tahun ke atas.
·
Jenis kelamin.
Kanker ini cenderung lebih sering diidap oleh
laki-laki dibandingkan dengan wanita.
·
Mengidap infeksi dari berbagai jenis bakteri
atau virus tertentu.
Misalnya, virus Epstein-Barr atau Helicobacter
pylori.
Gejala-gejala
Limfoma non-Hodgkin
Limfoma
non-Hodgkin memiliki gejala utama berupa pembengkakan tanpa nyeri pada kelenjar
limfa. Tidak semua pembengkakan menandakan Anda pasti mengidap kanker. Kelenjar
limfa juga terkadang membengkak sebagai respons terhadap infeksi yang dialami
oleh tubuh.
Di
samping pembengkakan, limfoma non-Hodgkin memiliki sejumlah gejala lain yang
perlu diwaspadai. Gejala-gejala tersebut di antaranya:
·
Penurunan berat badan tanpa alasan
jelas.
·
Berkeringat pada malam hari.
·
Demam.
·
Merasa lelah.
·
Gatal-gatal di seluruh tubuh.
·
Sakit dada.
·
Batuk terus-menerus.
·
Napas yang tersengal-sengal.
·
Perut terasa sakit atau bengkak.
·
Gangguan pencernaan.
Diagnosis
dan Stadium Limfoma non-Hodgkin
Proses
diagnosis awal untuk limfoma non-Hodgkin cenderung sama seperti penyakit lain,
yaitu pemeriksaan fisik. Dokter juga akan menanyakan gejala-gejala yang Anda
alami secara mendetail serta riwayat kesehatan Anda. Bila Dokter Anda menemukan
tanda-tanda yang jelas adanya pembesaran kelenjar getah bening di area tubuh
tertentu dan organ limpa, tanpa dapat menemukan penyebabnya, Anda akan
dianjurkan untuk menjalankan pemeriksaan lebih lanjut.
Beberapa
di antaranya meliputi:
·
Biopsi guna mengambil sampel nodus limfa
yang terkena kanker. Sampel jaringan tersebut kemudian akan diperiksa di
laboratorium untuk menentukan apakah Anda mengidap limfoma non-Hodgkin atau
tidak. Bila ya, sekaligus ditentukan tipe limfoma non-Hodgkin yang tumbuh.
·
Bila hasil biopsi positif, maka
pemeriksaan selanjutnya untuk mengetahui stadium kanker dan area penyebarannya.
Antara lain:
a. Tes
darah dan urine untuk mengetahui kesehatan tubuh secara menyeluruh, mengetahui
kadar sel darah putih/ sel darah merah/ keping darah, dan memastikan ginjal dan
organ hati bekerja dengan baik. X-ray, CT, MRI, atau PET scan untuk
melihat penyebaran kanker. PET scan lebih detail memberikan gambaran bagaimana
organ-organ bekerja dan pengaruh pengobatan terhadap fungsi organ tersebut.
b. Pungsi
lumbal yaitu prosedur pengambilan sampel cairan sistem saraf untuk melihat
adanya penyebaran kanker di sumsum tulang belakang.
Berbagai stadium dan tingkat perkembangan kanker
yang Anda alami dijelaskan secara mendetailnya sebagai berikut:
·
Stadium 1.
Kanker
menyerang salah satu kelompok nodus limfa, misalnya hanya kelompok nodus limfa
pada paha atau leher.
·
Stadium 2.
Kanker
menyerang dua kelompok nodus limfa atau lebih, bisa pada bagian atas atau bawah
diafragma (selaput tipis membatasi rongga perut dan rongga dada).
·
Stadium 3.
kanker
sudah menyebar ke kelompok nodus limfa pada tubuh bagian atas dan bawah
diafragma.
·
Stadium 4.
Kanker
sudah menyebar melalui sistem limfatik dan masuk ke organ atau sumsum tulang.
Pengobatan
Limfoma non-Hodgkin
Tiap pasien umumnya akan menjalani metode pengobatan
limfoma non-Hodgkin yang berbeda-beda. Metode tersebut akan ditentukan oleh
dokter berdasarkan pada beberapa faktor seperti:
·
Stadium dan tahap perkembangan limfoma
yang diderita oleh pasien.
·
Usia pasien.
·
Kondisi dan riwayat kesehatan pasien.
Jika
memungkinkan, tumor berukuran kecil juga bisa sekaligus diangkat saat
mendiagnosis penyakit ini melalui prosedur biopsi, sehingga pasien biasanya
tidak membutuhkan penanganan lanjutan.
Pasien
dengan limfoma non-Hodgkin dengan berkembang lambat, umumnya akan menjalani
pemantauan secara saksama tanpa pengobatan apa pun. Dokter akan menjadwalkan
pemeriksaan berkala untuk memantau kondisi dan tahap perkembangan kanker yang
diidap pasien.
Namun,
jika limfoma non-Hodgkin yang diderita oleh pasien termasuk jenis yang
berkembang cepat dan agresif, dokter akan menganjurkan pasien untuk segera
menjalani pengobatan. Langkah-langkah pengobatan yang umumnya disarankan
adalah:
·
Kemotrapi.
Ini merupakan
terapi yang paling sering digunakan untuk menangani limfoma non-Hodgkin.
Obat-obatan yang diberikan akan membunuh sel-sel kanker. Kemoterapi terkadang
dikombinasikan dengan pemberian obat-obatan steroid guna meningkatkan
efektivitasnya. Tetapi, penggunaan steroid umumnya hanya boleh untuk jangka
pendek.
·
Radiotrapi.
Langkah ini
biasanya digunakan untuk menangani limfoma non-Hodgkin pada stadium awal, saat
kanker baru menyerang satu bagian tubuh.
·
Terapi antibodi
monoclonal
Prosedur ini
untuk meningkatkan kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam memerangi dan
memberantas sel-sel kanker. Namun, langkah ini hanya efektif untuk beberapa
jenis limfoma non-Hodgkin. Pemberian obat-obatan ini juga bisa dikombinasikan
dengan kemoterapi untuk menurunkan risiko sel-sel kanker yang kembali tumbuh.
Komplikasi Limfoma
non-Hodgkin
Meski sudah menjalani pengobatan atau bahkan sudah
sembuh, pengidap limfoma non-Hodgkin tetap berkemungkinan mengalami komplikasi.
Beberapa di antaranya adalah:
·
Sistemkekebalan
tubuh yang lemah.
Ini
merupakan komplikasi yang paling sering terjadi, terutama selama masa awal
menjalani pengobatan. Penurunan sistem kekebalan tubuh ini akan meningkatkan
risiko infeksi.
·
Resiko
kemandulan yang meningkat.
Komplikasi
ini terkadang bersifat sementara atau permanen dan umumnya dipicu oleh
kemoterapi dan radioterapi.
·
Peningkatan
risiko kemunculan kanker atau penyakit
lain.
Kemoterapi
dan radioterapi yang membunuh sel-sel kanker juga dapat merusak sel-sel yang
sehat, sehingga risiko munculnya kanker dan penyakit lain juga akan meningkat.
Contoh penyakit yang berpotensi muncul meliputi katarak, diabetes, penyakit
tiroid, penyakit jantung, serta gangguan ginjal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar