Pengertian
Narkolepsi
Narkolepsi sebenarnya termasuk kelompok gangguan otak jangka panjang. Kondisi ini terbilang langka. Narkolepsi biasanya dimulai pada usia remaja dan awal usia dua puluhan.
Selain kemunculan rasa kantuk di siang hari dan
serangan tidur, penderita narkolepsi juga bisa mengalami gejala-gejala seperti
ini.
·
Katapleksi atau melemahnya otot secara
tiba-tiba yang dapat ditandai dengan kaki terasa lemas, kepala lunglai dan
rahang turun, penglihatan tidak fokus, serta bicara cadel. Hilangnya kendali
otot ini bersifat sementara dan biasanya dipicu oleh emosi tertentu, seperti
akibat terkejut, marah, senang, atau tertawa. Frekuensi waktu terjadinya
katapleksi pada penderita narkolepsi berbeda-beda, ada yang bisa mengalaminya
beberapa kali dalam sehari dan ada juga yang hanya satu atau dua kali dalam
setahun. Masing-masing kondisi berdurasi waktu beberapa detik sampai beberapa
menit.
·
Sakit kepala.
·
Gangguan ingatan.
·
Berhalusinasi.
·
Ketindihan atau sleep paralysis
yang ditandai dengan badan sulit digerakkan seperti mengalami lumpuh. Fenomena
ini biasanya terjadi ketika kita akan mulai tertidur atau ketika hendak bangun
tidur.
·
Depresi.
Perkembangan gejala narkolepsi pada penderita bisa
berlangsung cukup singkat selama beberapa minggu atau bisa berlangsung lambat
selama beberapa tahun.
Penyebab
Narkolepsi
Penyebab
narkolepsi disebabkan oleh rendahnya produksi hormon yang bertugas meregulasi
tidur, yaitu hipokretin atau oreksin, akibat gangguan autoimun atau akibat
penyakit dan cedera yang merusak bagian otak sebagai organ yang memproduksi
hormon tersebut.
Berikut
ini kondisi yang dapat memicu seseorang terkena gangguan autoimun yang pada
akhirnya bisa mengarah pada narkolepsi.
·
Perubahan hormon, terutama saat pubertas
atau menopause.
·
Cacat genetic.
·
Infeksi streptokokus.
·
Infeksi flu.
Berikut ini beberapa faktor yang dapat merusak
bagian otak penghasil hipokretin.
·
Tumor otak.
·
Cedera di kepala.
·
Penyakit ensefalitis.
·
Penyakit sklerosis multiple.
Selain semua hal yang telah disebutkan di atas,
perubahan pola tidur secara tiba-tiba dan stres psikologis berat juga diyakini
bisa meningkatkan risiko seseorang terkena narkolepsi.
Diagnosis
Narkolepsi
Selain
pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan pasien, ada dua tes yang sangat penting
dilakukan dalam kasus narkolepsi, yaitu pemeriksaan polisomnografi yang
dilakukan pada malam hari dan multiple sleep latency test (MSLT) yang
dilakukan pada siang hari. Kedua tes ini dilaksanakan di klinik atau rumah
sakit dengan bimbingan ahli terkait.
Di dalam
tes polisomnografi, dokter akan memadukan sejumlah pemeriksaan lain dengan cara
memasang elektroda pada permukaan kulit guna mengetahui sinyal-sinyal yang
terjadi selama tidur, termasuk memonitor pernapasan. Misalnya dipadukan dengan
elektrokardiogram untuk mengetahui aktivitas elektrik di dalam jantung,
elektroensefalogram untuk mengetahui aktivitas elektrik di dalam otak,
elektrookulogram untuk mengetahui pergerakan mata, dan elektromiogram untuk
mengetahui pergerakan otot tubuh.
Melalui
tes polisomnografi, sejumlah ketidaknormalan di dalam siklus tidur bisa
diketahui, salah satunya adalah periode rapid eye movement (REM) yang
terjadi di waktu yang tidak normal. Selain itu, pemeriksaan polisomnografi juga
akan memungkinkan dokter bisa mengetahui apabila gejala-gejala yang ada bukan
disebabkan oleh kondisi selain narkolepsi.
Sedangkan
pada tes MSLT, dokter akan mengukur jangka waktu yang dibutuhkan pasien untuk
bisa tidur. Jika pasien dapat tidur dengan mudah dan memasuki fase REM dengan
cepat, maka pasien berkemungkinan besar menderita narkolepsi.
Pengobatan
Narkolepsi
Sebenarnya
belum ada satu obat pun yang bisa mengobati narkolepsi. Obat yang tersedia saat
ini hanya bisa meredakan atau mengendalikan gejala-gejalanya agar aktivitas
sehari-hari penderitanya tidak terganggu.
Contohnya,
untuk mengatasi gejala kantuk yang tidak terkendali di siang hari, obat
golongan stimulan seperti modafinil dan methylphenidate kemungkinan akan
diresepkan. Obat-obatan ini mampu membantu penderita narkolepsi untuk tetap
terjaga di siang hari dengan cara menstimulasi sistem saraf pusat.
Contoh
lainnya adalah pemberian antidepresan (misalnya clomipramine dan imipramine), selective
serotonin reuptake inhibitors/SSRI (misalnya fluoxetine), dan norepinephrine
reuptake inhibitors/SNRI (misalnya venlafaxine) untuk mengatasi gejala
katapleksi atau hilang kendali otot.
Khusus
untuk SSRI dan SNRI, selain bisa digunakan untuk mengontrol katapleksi, obat
ini juga dapat diresepkan untuk mengatasi gejala ketindihan (sleep
paralysis) dan halusinasi.
Selain dengan
obat-obatan, Anda juga bisa melakukan tips-tips berikut ini di rumah untuk
mendapatkan tidur yang berkualitas di malam hari sehingga rasa kantuk di siang
hari bisa berkurang, di antaranya:
·
Melakukan hal-hal yang bisa mereleksasi
pikiran sebelum tidur, misalnya membaca atau mandi air hangat.
·
Hindari kafein, rokok, minuman
beralkohol, atau mengonsumsi makanan dalam porsi besar sebelum tidur.
·
Buat suasana dan atur suhu kamar
senyaman mungkin.
·
Usahakan untuk tidur dan bangun pagi di
jam yang sama tiap hari.
·
Berolahraga rutin beberapa jam sebelum
tidur.
Agar rasa kantuk di siang hari bisa terkendali,
usahakan untuk menahan kantuk tersebut apabila muncul di waktu yang tidak tepat
dan melakukan tidur di waktu-waktu yang sudah Anda sesuaikan dengan rutinitas
sehari-hari. Selain itu, jangan mengonsumsi obat-obatan yang dapat memperparah
rasa kantuk, misalnya obat alergi atau obat pilek. Jika Anda penderita
narkolepsi yang kebetulan mengalami dua kondisi tersebut, mintalah resep obat
pada dokter yang tidak menimbulkan efek samping kantuk.
Komplikasi
Narkolepsi
Berikut ini dampak narkolepsi yang mungkin bisa terjadi:
·
Obesitas akibat kurang gerak dan sering
tidur.
·
Cedera apabila kantuk datang di situasi
yang tidak tepat (misalnya saat Anda sedang mengemudi).
·
Penilaian negatif dari lingkungan sosial
(misalnya Anda dicap pemalas) dan rusaknya hubungan dengan orang lain.
Untuk mengatasi obesitas, Anda harus memaksakan diri
melakukan tips di bagian pengobatan tentang olahraga rutin. Untuk mencegah
cedera, jangan mengemudi atau mengoperasikan mesin-mesin berbahaya jika Anda
menderita narkolepsi. Dan untuk mengatasi penilaian buruk dari lingkungan
sosial, berikan penjelasan kepada orang-orang sekitar bahwa Anda merupakan
penderita narkolepsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar