Pengertian
Pectus Excavatum
Pectus excavatum merupakan kelainan dinding dada yang sebagian besar penderitanya adalah anak laki-laki.
Pada kondisi yang ringan, penderita biasanya tidak akan memiliki keluhan selain bentuk dadanya yang tidak normal. Namun jika cekungan semakin parah dan dalam, maka dapat mengganggu kerja jantung dan paru-paru.
Sampai saat ini, penyebab terjadinya pectus
excavatum belum diketahui. Namun, para ahli menduga bahwa faktor genetika ikut
mempengaruhi terjadinya kondisi ini, di mana tiga puluh tujuh persen orang
dengan pectus excavatum memiliki riwayat keluarga dengan kondisi yang sama.
Gejala
Pectus Excavatum
Pada
kondisi ringan, satu-satunya gejala yang dialami oleh penderita pectus
excavatum adalah adanya sedikit cekungan pada bagian dada.
Tingkat
keparahan pectus excavatum ditentukan oleh sebuah metode pengukuran bernama
Indeks Haller.
Untuk dapat menghitung Indeks Haller, dokter akan menyarankan
Anda untuk melakukan X-ray atau CT scan. Dari hasil pencitraan tersebut,
dokter kemudian akan mengukur jarak antara tulang tengah dinding dada (sternum)
hingga tulang punggung. Angka yang normal adalah 2,5, dan pectus excavatum
dianggap cukup parah apabila sudah melebihi angka 3,25.
Pectus
excavatum yang parah akan menekan organ jantung dan paru-paru, maka penderita
biasanya akan merasakan gejala-gejala seperti:
·
Infeksi pernafasan kambuhan.
·
Berkurangnya kekuatan berolahraga.
·
Detak jantung cepat atau berdebar.
·
Jantung berdesir.
·
Bersin atau batuk-batuk.
·
Kelelahan.
·
Nyeri pada dada.
Diagnosis
Pectus Excavatum
Langkah pertama diagnosis pectus excavatum yang akan
dilakukan dokter adalah dengan melakukan pemeriksaan fisik pada bagian dada
pasien. Beberapa langkah diagnosis yang dapat dilakukan dokter untuk melengkapi
hasil pemeriksaan fisik adalah:
·
Uji pencitraan.
Seperti
X-ray dada atau CT Scan. Hasil dari pencitraan X-ray dapat
menunjukkan adanya kelainan bentuk tulang dada. Sedangkan CT Scan
dapat membantu dokter menentukan tingkat keparahan pectus excavatum.
·
Ekokardiogram.
Dilakukan
untuk memeriksa kerja jantung dan katup-katupnya secara langsung.
·
Uji fungsi paru-paru.
Pada
pengujian ini dokter akan mengukur jumlah udara yang dapat ditampung paru-paru
pasien dan seberapa cepat pasien dapat mengeluarkan udara dari paru-paru.
·
Uji latihan fisik.
Pengujian
ini akan memonitor fungsi paru-paru dan jantung ketika pasien berolahraga.
·
Elektrokardiogram.
Dilakukan
dokter agar dapat memeriksa kondisi irama jantung pasien.
Pengobatan
dan Komplikasi Pectus Excavatum
Pada
kondisi pectus excavatum ringan, penderita biasanya hanya akan disarankan untuk
menjalani terapi fisik saja. Beberapa jenis latihan dapat membantu meningkatkan
postur pasien serta meningkatkan daya kembang bagian dada pasien.
Sedangkan
untuk kondisi yang parah, pectus excavatum dapat ditangani dengan tindakan
pembedahan. Ada beberapa jenis pembedahan untuk menangani kondisi pectus
excavatum yaitu:
·
Sayatan besar (Prosedur Ravitch).
Ini
merupakan sayatan horisontal pada bagian tengah dada. Sayatan ini memungkinkan
ahli bedah untuk melihat tulang dada secara langsung. Tulang rawan cacat akan
diangkat. Setelah itu, tulang dada akan dikembalikan ke posisi normal dengan
bantuan alat penopang besi khusus. Setelah kurang lebih 6 sampai 12 bulan
penopang besi ini akan dikeluarkan kembali dari dada pasien.
·
Sayatan kecil (Prosedur Nuss).
Ini
dilakukan pada kedua sisi dada pasien. Ahli bedah akan memasukkan alat besi
melengkung dari sayatan kecil tersebut untuk menaikkan posisi tulang dada ke
posisi normal. Batang besi melengkung ini akan dikeluarkan dari dada pasien
setelah dua tahun.
Meskipun
kedua teknik operasi ini memiliki angka keberhasilan yang cukup tinggi, risiko
operasi seperti rasa nyeri, infeksi, dan hasil operasi yang kurang efektif
tetap mungkin terjadi. Prosedur Ravitch memiliki risiko untuk terjadinya
distrofi dada, sehingga prosedur ini biasanya dilakukan pada usia minimal 8 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar