Pengertian Pankreatitis Kronis
Pankreatitis kronis merupakan peradangan yang
menyebabkan kerusakan permanen di dalam organ pankreas. Pankreatitis kronis
berbeda dengan pankreatitis akut karena pada pankreatitis akut peradangan yang
terjadi hanya bersifat jangka pendek saja.
Selain konsumsi alkohol secara berlebihan, penyebab pankreatitis kronis lainnya adalah:
·
Perubahan genetika yang terjadi secara keturunan,
di mana gen yang disebut SPINK-1 dan PRSS1 bermutasi dan menyebabkan fungsi
pankreas terganggu. Perubahan genetika ini juga diduga dapat membuat organ
pankreas lebih rentan atau lemah terhadap alkohol dibandingkan orang-orang
normal.
·
Serangan oleh sistem kekebalan tubuh sendiri.
Kasus ini disebut juga sebagai pankreatitis autoimun, di mana sistem kekebalan
tubuh yang seharusnya berfungsi melawan ancaman dari luar malah terganggu dan
berbalik menyerang pankreas.
·
Penyumbatan saluran pankreas.
·
Efek samping radioterapi yang dilakukan pada
bagian perut.
·
Merokok.
·
Cedera yang terjadi pada organ pankreas.
Gejala Pankreatitis Kronis
Pankreatitis kronis ditandai dengan gejala:
·
Nyeri tajam atau membakar pada perut bagian
tengah hingga ke punggung yang dirasakan secara berulang-ulang. Durasi nyeri
ini bisa berlangsung selama beberapa jam atau beberapa hari.
·
Kotoran atau tinja menjadi sangat bau dengan
tekstur berminyak.
·
Kehilangan nafsu makan.
·
Mual dan muntah.
·
Merasakan gejala diabetes seperti badan lelah,
sering buang air kecil, dan sering kehausan.
·
Berat badan turun.
·
Sakit kuning.
Diagnosis Pankreatitis Kronis
Jika Anda
merasakan nyeri parah pada perut atau mengalami gejala-gejala sakit kuning
segera periksakan diri ke dokter untuk memastikan apakah Anda terserang pankreatitis
kronis.
Selain
menanyakan gejala yang Anda rasakan, pankreatitis harus didiagnosis melalui
beberapa tes berikut ini:
·
Pemeriksaan tinja.
·
Pemindaian CT Scan untuk menghasilkan gambar
pankreas secara rinci dalam bentuk tiga dimensi dengan bantuan sinar-X.
·
Pemindaian USG. Tujuan metode ini sama seperti
CT Scan, namun menggunakan bantuan gelombang ultrasound.
·
MRCP atau magnetic resonance
cholangiopancreatography. Ini juga termasuk metode pemindaian untuk
menghasilkan gambar pankreas secara detail, namun bedanya MRCP mengombinasikan
MRI scan dengan penyuntikan cairan pengontras khusus.
·
Pemeriksaan endoskopi, yaitu dengan memasukkan
selang khusus yang dilengkapi kamera ke dalam saluran pankreas melalui mulut
untuk menghasilkan gambar organ tersebut secara lebih akurat.
·
Pemeriksaan biopsi, yaitu dengan mengambil
sampel sel pankreas dan memeriksanya di laboratorium. Selain untuk mendiagnosis
pankreatitis kronis, metode ini juga dipakai apabila dokter mencurigai Anda
menderita kondisi lainnya, seperti kanker pankreas.
Pemberian
obat-obatan untuk meredakan rasa sakit merupakan penanganan pankreatitis kronis
yang paling utama. Jenis obat yang diberikan akan disesuaikan dengan tingkat
rasa sakit yang dirasakan penderita. Untuk nyeri ringan, obat yang diberikan
dokter biasanya dari golongan anti inflamasi non steroid (OAINS) dan
parasetamol. Selain kedua obat ini, obat golongan penghambat pompa proton (PPP)
juga dapat diberikan sebagai tambahan untuk mencegah risiko tukak lambung yang
adalah efek samping penggunaan OAINS secara jangka panjang.
Untuk
tingkat nyeri sedang, dokter biasanya akan memberikan obat pereda rasa sakit
berbasis zat opioid seperti tramadol atau codeine. Selama menggunakan
obat ini, dokter juga mungkin akan meresepkan laksatif (pencahar) untuk
mengantisipasi gejala konstipasi sebagai efek samping penggunaan obat opioid
secara jangka panjang. Efek samping dari penggunaan opioid jangka panjang
lainnya adalah mengantuk, mual, dan muntah. Hindari mengemudi dan
mengoperasikan alat berat jika Anda merasakan efek samping mengantuk setelah
mengonsumsi obat ini.
Begitu
juga dengan tingkat nyeri parah, dokter mungkin akan meresepkan obat pereda
rasa sakit opioid namun dengan khasiat lebih kuat, contohnya pethidine
dan morfin. Terlepas dari manfaatnya, obat-obatan ini menyimpan risiko
kecanduan bagi penggunanya, terutama untuk pemakaian jangka panjang. Karena
itu, dokter biasanya lebih merekomendasikan operasi untuk kasus penkreatitis
kronis parah, ketimbang memberikan obat-obatan opioid dalam jangka panjang.
Pada
kasus pankreatitis kronis yang disebabkan oleh gangguan sistem kekebalan tubuh,
dokter akan meresepkan obat-obatan kortikosteroid. Efek samping yang dapat
timbul dari obat ini pada penggunaan jangka panjang adalah kenaikan berat badan
dan osteoporosis.
Pemberian
suplemen yang mengandung enzim pankreas buatan juga mungkin akan dibutuhkan
jika fungsi pankreas telah menurun. Hal ini dilakukan guna membantu kinerja
sistem pencernaan dalam mencerna makanan. Untuk efek sampingnya, konsumsi
suplemen enzim pankreas dapat menyebabkan nyeri perut, konstipasi, mual,
muntah, dan diare.
Selain
dengan memberikan obat, dokter akan menyarankan pasien menerapkan gaya hidup
sehat untuk mendukung pemulihan, di antaranya:
·
Berhenti merokok.
·
Menghindari alkohol.
·
Mengonsumsi makanan rendah lemak.
Operasi biasanya akan dilakukan oleh dokter jika pankreatitis kronis tidak bisa ditangani dengan obat-obatan atau untuk menghindari bahaya kecanduan obat opioid pada kasus pankreatitis kronis parah.
Beberapa jenis metode operasi untuk pankreatitis kronis diantaranya adalah:
·
Operasi endoskopi dan litotripsi. Kedua
metode ini digunakan jika terbukti adanya penyumbatan pada saluran pankreas
sebagai penyebab dari kondisi.
·
Operasi pankreatektomi total dan transplantasi
sel islet. Jika kerusakan pankreas telah meluas dan menyeluruh, pankreatektomi
atau operasi pengangkatan pankreas total akan dilakukan. Namun ini berarti
tubuh berhenti memproduksi insulin. Dan untuk mengantisipasi hal tersebut,
dokter dapat melakukan operasi transplantasi sel islet, yaitu sel pankreas yang
bertanggung jawab dalam memproduksi insulin.
Pankreatitis kronis berpotensi menimbulkan komplikasi, baik masalah kesehatan lainnya maupun masalah psikologis. Beberapa di antara komplikasi tersebut adalah:
·
Penyakit diabetes. Kondisi ini terjadi karena
pankreas tidak bisa lagi memproduksi insulin yang dibutuhkan tubuh untuk
mengonversi glukosa menjadi tenaga. Diabetes ditandai dengan gejala penurunan
berat badan, rasa lelah berlebihan, sering buang air kecil terutama di malam
hari, dan sering merasa haus.
·
Kanker pankreas. Gejala kondisi ini sendiri
hampir sama dengan pankreatitis kronis, yaitu nyeri perut, sakit kuning, dan
penurunan berat badan. Diperkirakan kanker pankreas dialami hingga dua persen
oleh penderita pankreatitis kronis.
·
Pseudocyst atau munculnya
kantung-kantung cairan di atas permukaan pankreas yang ditandai dengan gejala
perut kembung, nyeri perut, dan gangguan pencernaan.
·
Masalah psikologi seperti depresi, gangguan
kecemasan, dan stres. Gangguan psikologi ini umumnya dipengaruhi oleh gejala
rasa sakit yang terus-menerus dirasakan pasien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar