Pengertian Diabetes Gestasional
Tidak berbeda dengan diabetes pada umumnya, diabetes gestasional terjadi ketika produksi insulin tidak mencukupi untuk mengontrol kadar glukosa tubuh pada saat kehamilan. Kadar glukosa yang tinggi dalam darah ini dapat membahayakan ibu dan anak, namun risiko tersebut dapat ditekan jika ditangani dengan cepat dan tepat.
Penyebab diabetes gestasional belum diketahui secara pasti, namun faktor yang sering memicu adalah perubahan hormon. Saat hamil, plasenta akan memproduksi hormon tambahan seperti hormon estrogen, HPL (human placental lactogen), dan hormon yang meningkatkan resistensi insulin. Seiring berjalannya waktu, hormon-hormon tersebut akan meningkat dan mempengaruhi kinerja insulin.
Semakin tinggi pengaruh hormon terhadap insulin, kadar gula dalam darah pun akan meningkat dan hal ini meningkatkan risiko terkena diabetes gestasional. Selain itu, seorang wanita juga berisiko terkena penyakit jika sudah memasuki usia 25 tahun ke atas saat hamil, memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi), memiliki keluarga dengan sejarah diabetes, kelebihan berat badan sebelum hamil (BMIdi atas 25), pernah melahirkan bayi di atas 4.5 kg, pernah keguguran, pernah mengalami diabetes gestasional sebelumnya, atau faktor ras seperti keturunan Afrika – Amerika, Asia, Hispanik, Amerika asli, Timur Tengah atau Afrika-Karibia.
Gejala Diabetes Gestasional
Tidak semua wanita hamil dapat merasakan gejala diabetes gestasional, namun gejala tersebut dapat dirasakan saat gula darah melonjak tinggi (hiperglikemia), seperti:
·
Sering merasa haus.
·
Sering buang air kecil.
·
Mulut terasa kering.
·
Mudah merasa lelah.
·
Penglihatan buram.
Diagnosis Diabetes Gestasional
Pada umumnya, dokter akan melakukan tes fisik dan menanyakan beberapa hal seperti gejala yang dialami, lamanya gejala, riwayat medis pribadi dan keluarga (khususnya diabetes), kondisi yang dialami pada kehamilan sebelumnya, adanya kenaikan atau penurunan berat badan drastis dan berat badan bayi dari kehamilan sebelumnya. Jika dokter merasa gejala yang dialami mengarah pada penyakit diabetes gestasional, serangkaian tes mungkin akan disarankan, seperti:
·
Tes toleransi glukosa oral (TTGO) awal.
Dalam tes ini, dokter akan memeriksa kadar glukosa
dalam darah 1 jam sebelum dan sesudah mengkonsumsi cairan sirup gula yang
diberikan dokter. Jika hasil tes tersebut di atas 130 – 140 ml/dL, dokter
mungkin akan menyarankan untuk melakukan tes toleransi glukosa oral lanjutan.
·
Tes toleransi glukosa oral (TTGO) lanjutan.
Dalam tes ini, pasien diminta untuk berpuasa
semalaman sebelum menjalani pemeriksaan darah di pagi hari. Setelah darah
pertama diambil, dokter akan memberikan cairan sirup dengan kadar gula lebih
dibanding TTGO awal. Setelah itu, pengambilan darah akan dilakukan setiap jam
selama 3 kali. Jika terdapat 2 hasil dengan kadar yang tinggi, pasien tersebut
mungkin akan didiagnosa diabetes gestasional.
Sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan darah
pada awal kehamilan jika memiliki gejala atau kondisi yang berisiko tinggi.
Pasien yang sudah didiagnosa mengindap diabetes gestasional biasanya disarankan
untuk melakukan pemeriksaan rutin, khususnya pada 3 bulan terakhir kehamilan.
Pemeriksaan pada bayi juga mungkin akan dilakukan
untuk memastikan bayi mendapatkan oksigen dan nutrisi yang tepat dalam rahim.
Dalam beberapa kasus, pemeriksaan pasca melahirkan pada kedua ibu dan bayi
mungkin dilakukan untuk mendeteksi adanya risiko lanjutan.
Demi kesehatan ibu dan bayi, terdapat beberapa
langkah pengobatan yang biasa disarankan dokter, meliputi:
·
Memonitor kadar glukosa dalam darah.
Untuk
menghindari komplikasi lebih lanjut, dokter mungkin akan menganjurkan untuk
memeriksa darah secara rutin, seperti 4 hingga 5 kali sehari, agar dapat
dimonitor dengan baik. Hal ini biasa dilakukan dengan menggunakan suntikan jari
kecil (lanset) dan kadar glukosa dideteksi langsung menggunakan alat
khusus. Jika diperlukan, dokter mungkin akan menyarankan untuk menyuntik atau
mengkonsumsi insulin agar kadar glukosa terjaga hingga melahirkan.
·
Pemeriksaan ultrasound.
Selain
ibu, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan rutin bayi dengan bantuan ultrasound
untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi. Selain itu, dokter juga
dapat melihat Perkiraan Hari Lahir (PHL) sang bayi dan jika ibu tidak
melahirkan sesuai dengan waktu yang diperkiraan, dokter dapat langsung
mengambil tindakan secepatnya, seperti induksi atau operasi caesar. Dalam
kasus tertentu, dokter mungkin akan menyarankan untuk melahirkan sebelum
waktunya untuk menghindari komplikasi lanjutan.
·
Diet sehat.
Bagi
ibu hamil, khususnya yang didiagnosa penyakit diabetes gestasional, mengatur
pola diet sehat sangat penting dilakukan, seperti mengkonsumsi sayur-sayuran,
buah-buahan, biji-bijian, hingga makanan dengan asupan serat, nutrisi dan
rendah lemak. Penurunan berat badan sata hamil biasa tidak disarankan, namun
hal ini dapat dilakukan saat merencanakan kehamilan. Bicarakan dengan dokter
untuk mengetahui diet dan kadar nutrisi yang tepat untuk kondisi Anda.
·
Olahraga.
Selain
menjaga asupan makanan, olahraga juga kerap menjadi hal yang patut diperhatikan
sebelum, saat dan setelah hamil. Dengan melakukan olahraga teratur, tubuh akan
menstimulasi pemindahan glukosa menuju sel dan mengubahnya menjadi tenaga.
Selain itu, olahraga juga dapat meningkatkan kepekaan sel terhadap insulin
sehingga kadar gula dalam darah lebih terkontrol. Sebagai tambahan, dokter
biasanya menyarankan beberapa olahraga khusus untuk membantu mengurangi rasa
tidak nyaman saat hamil seperti sakit punggung, kram otot, pembengkakan,
konstipasi, kesulitan tid ur hingga mempersiapkan pasien melewati masa
melahirkan kelak.
Komplikasi Diabetes Gestasional
Pada umumnya, wanita hamil yang mengindap penyakit
diabetes gestasional melahirkan bayi yang sehat. Namun, jika kondisi ini tidak
ditangani dengan tepat, ada beberapa komplikasi dapat terjadi pada bayi saat
lahir, seperti:
·
Kelebihan berat badan yang
disebabkan oleh kadar glukosa berlebih dalam darah (macrosomia).
·
Lahir prematur yang mengakibatkan bayi
kesulitan bernafas (respiratory distress syndrome). Hal ini juga dapat
terjadi pada bayi yang lahir tepat waktu.
·
Lahir dengan gula darah rendah
(hipoglikemia) karena produksi insulin yang tinggi. Kondisi ini juga dapat
mengakibatkan kejang pada bayi, namun dapat ditangani dengan memberinya asupan
gula.
·
Berisiko mengalami obesitas dan diabetes
tipe-2 saat dewasa.
Selain bayi, ibu yang baru melahirkan pun juga
berpotensi mengalami komplikasi, seperti:
·
Kondisi hipertensi atau preeklamsia yang
dapat membahayakan nyawa ibu juga bayi.
·
Berpotensi terserang diabetes
gestasional pada kehamilan berikutnya atau mengindap diabetes tipe-2 setelah
jangka waktu tertentu. Hal ini dapat dicegah dengan mengkonsumsi asupan tinggi
serat dan nutrisi.
Komplikasi yang terjadi harus segera ditangani untuk
mencegah terjadinya komplikasi lanjutan ataupun kematian, khususnya pada bayi.
Pencegahan Diabetes Gestasional
Hingga saat ini, belum ada kepastian jika diabetes
gestasional dapat dicegah sepenuhnya, namun ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk menekan risiko terkena penyakit ini, meliputi:
·
Rutin mengonsumsi makanan dengan asupan
nutrisi dan tinggi serat, seperti sayur-sayuran, buah-buahan dan biji-bijian.
Biasakan untuk mengatur porsi seimbang dan mengurangi makanan dengan kandungan
lemak atau kalori berlebih.
·
Olahraga teratur untuk menjaga kebugaran
tubuh sebelum dan saat hamil. Disarankan untuk berolahraga ringan hingga sedang
seperti berenang, jalan cepat atau bersepeda setidaknya 30 menit per hari. Jika
tidak memungkingkan, lakukan olahraga singkat namun berkala untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, seperti berjalan kaki atau melakukan pekerjaan rumah.
·
Mengurangi berat badan saat berencana
hamil dengan menganut pola makan sehat untuk efek jangka panjang yang lebih
baik.
·
Lakukan pemeriksaan lengkap sebelum
merencanakan kehamilan untuk memastikan kondisi tubuh prima.