Senin, 03 Juli 2017

TROMBOSITOSIS



Pengertian Trombositosis

Trombositosis adalah kondisi berupa kelainan pada tingginya jumlah trombosit yang diproduksi oleh tubuh. Pada orang dewasa, batas normal trombosit adalah 150-450 x 109/L atau 150.000-450.000 platelet per mikroliter darah, sementara seorang penderita trombositosis dapat memiliki jumlah trombosit hingga 600 x 109/L atau lebih.

Trombositosis merupakan salah satu penyebab utama kondisi penggumpalan darah. Kondisi ini dapat terpicu pula oleh penyakit lain yang sudah dimiliki atau diderita sebelumnya sehingga pemeriksaan awal dapat turut menentukan jenis trombositosis apa yang dialami pasien.

Penyebab Trombositosis

Trombositosis dapat disebabkan oleh infeksi, gangguan pada tulang dan sumsum tulang, atau kondisi lainnya. Beberapa jenis trombositosis, antara lain:

·         Trombositosis/trombositemia sekunder atau trombositosis reaktif. Trombositosis ini umumnya disebabkan oleh infeksi atau penyakit lain yang sudah ada atau sedang diderita.

·         Trombositosis primer atau trombositosis esensial. Trombositosis ini disebabkan oleh gangguan pada sumsum tulang. Kondisi ini merupakan yang lebih sering menjadi penyebab penggumpalan darah. Penyebab pasti yang mendasari gangguan pada sumsum tulang tersebut belum diketahui.

Trombositosis sekunder merupakan salah satu reaksi berlebih terhadap kondisi yang dialami tubuh dan dapat disebabkan oleh beberapa kondisi. Antara lain disebabkan oleh reaksi alergi, serangan jantung, latihan fisik, infeksi (misalnya tuberkulosis), kekurangan zat besi, kekurangan vitamin, hingga kanker. Reaksi berlebih ini memicu pelepasan sitokin-sitokin yang menyebabkan meningkatnya produksi trombosit. Beberapa penyebab lainnya, termasuk juga beberapa golongan obat, yaitu:

·         Kehilangan darah atau pendarahan akut parah.

·         Gagal ginjal akut atau gangguan pada organ ginjal lainnya.

·         Operasi untuk mengobati penyakit jantung koroner.

·         Operasi pengangkatan limpa.

·         Peradangan, seperti kondisi rheumatoid arthritis, gangguan jaringan ikat, peradangan usus, atau penyakit celiac.

·         Pankreatitis.

·         Operasi besar yang baru dialami.

·         Trauma.

·         Luka Bakar.

·         Anemia hemolitik. Kondisi ini dapat dipicu oleh kelainan darah atau autoimun yang diderita pasien.

·         Obat epinephrine.

·         Obat heparin sodium.

·         Obat tretinoin.

·         Obat vincristine sulfate.

Sumsum tulang mengandung stem cells (sel-sel induk) yang dapat berkembang menjadi sel darah merah, sel darah putih  atau platelet  (trombosit). Trombositosis primer disebabkan oleh banyaknya trombosit yang diproduksi oleh sumsum tulang ke dalam darah. Jumlah trombosit yang berlebih pada trombositosis primer tidak dapat berfungsi dengan normal sehingga akhirnya meningkatkan risiko penggumpalan darah atau terjadi pendarahan. Selain gangguan pada tulang sumsum, trombositosis primer juga dapat disebabkan oleh leukemia myelogenous kronik, myelofibrosis, dan polisitemia vera. Faktor genetik dari orang tua atau anggota keluarga yang memiliki kondisi ini juga berperan.

Gejala Trombositosis

Gejala trombositosis sekunder secara umum meliputi sakit kepala, pusing, kelelahan, sakit dada, pingsan, kesemutan pada tangan dan kaki, atau gangguan penglihatan sementara. Tidak jarang pula trombositosis sekunder tidak menunjukkan gejala sama sekali.

Gejala trombositosis sekunder umumnya berkaitan dengan gejala dari kondisi pemicunya sehingga pemeriksaan darah rutin ataupun pemeriksaan lainnya akan diperlukan untuk menentukan diagnosis trombositosis sekunder.

Trombositosis primer umumnya sedikit lebih sering dialami oleh perempuan dan orang yang berusia di atas 50 tahun, walaupun bisa terjadi juga pada orang dengan usia yang lebih muda. Gejala lain dari kondisi ini tidak jauh berbeda dengan trombositosis sekunder dengan penambahan gejala: 

·         Kemerahan, rasa sakit yang membakar, dan denyutan di area tangan dan kaki.

·         Kehilangan fungsi penglihatan sementara.

·         Pembesaran limpa.

·         Perdarahan. Pendarahan yang terjadi dapat berupa mimisan, gusi berdarah, timbul memar di kulit, dan kotoran yang disertai darah.

Penggumpalan darah dapat dialami penderita di area tangan dan kaki, serta otak sehingga dapat menyebabkan stroke atau transient ischemic attack (TIA). Segera temui dokter jika hal ini terjadi.

Diagnosis Trombositosis

Dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai kondisi Anda. Ada baiknya menyiapkan daftar pertanyaan dan membawa catatan, seperti penyakit, prosedur pengobatan yang pernah atau sedang dialami, daftar alergi, obat, dan gejala penyakit pada saat pemeriksaan. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk menganalisis ukuran dan kondisi limpa dan tanda-tanda infeksi atau peradangan.

Dokter akan melakukan tes darah untuk mengetahui jumlah trombosit Anda. Selain itu tes apusan darah tepi atau blood smear juga mungkin dilakukan, yaitu mengambil sejumlah kecil contoh darah untuk kemudian diamati ukuran dan pergerakan plateletnya menggunakan mikroskop.

Tes darah dapat dilakukan hingga berulang kali untuk memastikan apakah jumlah platelet tetap berada di atas batas normal sebelum dokter mengeluarkan diagnosis. Jika jumlah platelet terbukti terus berada di atas batas normal, maka dokter kemudian akan mencari tahu apakah ada kondisi lain yang bisa menjadi pemicu trombositosis. Tes lain yang mungkin dilakukan adalah: 

·         Tanda-tanda terjadinya peradangan.

·         Mengecek kadar zat besi di dalam darah.

·         Tes genetik untuk mendeteksi kondisi yang menyebabkan trombositosis primer maupun sejarah penyakit ini dalam keluarga.

·         Melakukan biopsi jaringan atau menyedot cairan pada tulang sumsum untuk mendapatkan dan menganalis sel-sel yang abnormal maupun jumlah sel pembuat trombosit yang bernama megakariosit.

Pengobatan Trombositosis

Trombositosis sekunder jarang memerlukan pengobatan atau prosedur khusus untuk menurunkan jumlah trombosit. Tujuan penanganan trombositosis sekunder adalah untuk mengatasi kondisi awal pasien yang menjadi pemicu trombositosis. Umumnya jumlah trombosit akan kembali ke kadar normal setelah kondisi awal yang mendasari teratasi. Misalnya, jika trombositosis disebabkan oleh peradangan, maka jumlah trombosit dapat turun ke batas normal setelah peradangan tersebut diobati.

Pada kasus trombositosis sekunder yang dipicu oleh pengangkatan limpa, penderita mungkin akan mengalami trombositosis seumur hidup, akan tetapi kecil kemungkinan si penderita memerlukan obat.

Trombositosis primer termasuk ke dalam kondisi yang kronik (penyakit jangka panjang) dan belum ada obatnya. Pengobatan pada kasus trombositosis primer yang ringan dapat ditangani tanpa obat-obatan. Namun pada kondisi yang parah, pasien dapat diberikan obat penurun jumlah trombosit, pengencer darah, atau keduanya.

Pada pasien yang berusia lebih muda dan tidak mengalami gejala, dokter akan merekomendasikan pemeriksaan kesehatan, khususnya darah, secara berkala. Pada pasien yang berusia lebih tua dan pernah mengalami kasus penggumpalan darah atau TIA, tekanan darah, kolesterol tinggi, serta diabetes, dokter dapat meresepkan beberapa jenis obat.

Obat untuk pasien trombositosis dapat disertai juga dengan pemberian aspirin dalam dosis rendah untuk mengurangi risiko penggumpalan dan naiknya jumlah trombosit. Beberapa obat ini, antara lain: 

·         Hydroxyurea. Obat dari golongan ini berfungsi menekan produksi sel darah, termasuk trombosit, pada sumsum tulang. Dokter akan memonitor jumlah sel-sel darah dan fungsi organ hati pasien selama periode ini. Obat ini memiliki efek samping yang cenderung rendah dan penggunaan jangka panjang tidak direkomendasikan karena berisiko memicu myelogenous leukimia.

·         Anagrelide. Obat dari golongan ini tidak berhubungan dalam peningkatan risiko leukemia, namun juga dianggap kurang efektif untuk digunakan. Obat ini memiliki efek samping pusing, sakit kepala, mual, diare, hingga gangguan pada jantung.

·         Interferon alfa atau pegylated interferon alpha 2a. Obat dari golongan ini diberikan melalui suntikan dan merupakan pilihan terbaik pada beberapa kasus. Obat ini memiliki efek samping yang lebih serius dibandingkan kedua obat di atas, seperti mual, diare, kejang, gejala seperti flu, hingga depresi.

Sebuah prosedur darurat mungkin digunakan untuk penanganan pasca keadaan bahaya akibat penggumpalan darah dikarenakan trombositosis primer, yaitu platelet pheresis. Contohnya pada pasien yang mengalami stroke atau pendarahan akut. Sebuah jarum akan dihubungkan kepada tabung untuk mengalirkan darah penderita ke sebuah alat yang akan memisahkan platelet dari darah. Setelah itu darah dialirkan kembali ke dalam tubuh. Prosedur ini berfungsi menurunkan jumlah platelet untuk sementara.

Pada pasien trombositosis primer terutama pada penderita yang sedang hamil konsumsi aspirin dosis rendah secara reguler mungkin direkomendasikan oleh dokter Anda. 

Komplikasi Trombositosis

Penderita trombositosis yang berusia lebih tua memiliki kecenderungan terkena komplikasi yang serius jika tidak segera ditangani. Penderita trombositosis primer khususnya dan orang yang pernah mengalami penggumpalan darah atau pendarahan juga rentan dengan komplikasi tertentu, seperti:

·        Memulai pola makan sehat. Pilih makanan dengan kandungan biji-bijian, sayuran, buah, dan lemak jenuh yang rendah. Makan dalam porsi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.

·         Pertahankan berat badan normal untuk menghindari risiko naiknya tekanan darah akibat kelebihan berat badan. Langkah ini juga efektif dalam mencegah obesitas.

·         Berhenti merokok. Mulai lakukan langkah-langkah untuk menghentikan kebiasaan merokok Anda.

·         Lakukan aktivitas fisik dalam tingkatan menengah selama setidaknya 30 menit tiap hari. Olahraga semacam ini bisa berupa jalan santai, berenang selama beberapa putaran, atau bersepeda santai di pagi hari.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar