Pengertian Trikotilmania
Selain mencabuti rambut di kepala, ada juga penderita trikotilomania yang suka mencabuti rambut di bagian-bagian lainnya, seperti:
·
Mata (bulu mata dan alis).
·
Wajah (kumis, janggut, dan jambang).
·
Ketiak.
·
Dada.
·
Perut.
·
Kemaluan.
·
Tangan dan kaki.
Banyak penderita trikotilomania yang menyangkal bahwa diri mereka bermasalah. Ketika terjadi kebotakan, biasanya mereka akan menyembunyikan bagian yang botak tersebut dengan memakai topi, alis palsu, atau bulu mata palsu.
Tapi tidak semua penderita trikotilomania merasa senang atau lega setelah mencabuti rambut. Beberapa di antaranya malah jadi merasa malu dengan perilaku mereka dan merasa minder karena penampilan fisik mereka menjadi tidak menarik.
Gejala lain yang bisa terlihat dari penderita trikotilomania adalah mereka suka mengamati rambut-rambut yang sudah dicabut (misalnya mengamati akarnya) atau memilin-milin rambut tersebut. Pada beberapa kasus, penderita bahkan mengunyah atau memakan rambut mereka.
Penyebab Trikotilmania
Ada dugaan bahwa trikotilomania
berkaitan dengan kelainan pada jalur penghubung bagian-bagian di dalam otak
yang berperan dalam mengatur gerakan, emosi, dan impuls, serta dalam membentuk
kebiasaan. Namun hal ini merupakan salah satu faktor saja. Banyaknya faktor
lain yang juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena trikotilomania
menyebabkan kondisi ini sulit untuk disimpulkan penyebabnya.
Menurut penelitian, genetik adalah
salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap terbentuknya trikotilomania.
Seseorang yang memiliki keluarga dekat pengidap trikotiloma diyakini berisiko
tinggi mengidap kondisi yang sama. Selain genetik, jenis kelamin dan umur juga
berpengaruh. Kasus trikotilomania paling banyak ditemukan pada perempuan usia
praremaja, yaitu kisaran usia 11-13 tahun, ketika terjadi perubahan hormon.
Menurut penelitian yang lain,
trikotilomania kadang-kadang berkaitan dengan masalah psikologis lain, seperti
gangguan kepribadian, gangguan makan, gangguan suasana hati, gangguan
kecemasan, dan penyalahgunaan zat. Ini artinya sejumlah penderita
trikotilomania juga menderita kondisi-kondisi tersebut. Mereka beranggapan
bahwa mencabuti rambut merupakan solusi untuk mengatasi rasa tegang, cemas,
stres, dan frustrasi.
Celakanya pemikiran salah itu terus
mereka pertahankan. Selain kondisi-kondisi yang sebelumnya disebutkan,
trikotilomania juga kadang-kadang berkaitan dengan gangguan obsesif kompulsif
(OCD) yang mana salah satu gejalanya adalah terjadinya repetisi (pengulangan)
perilaku.
Diagnosis Trikotilmania
Berdasarkan keterangan atau informasi yang didapat,
dokter dapat menyimpulkan bahwa seorang pasien mengalami trikotilomania
apabila:
·
Dia sering mencabuti rambutnya sehingga nampak
kebotakan pada bagian tertentu saja.
·
Keinginan untuk mencabuti rambut begitu kuat
hingga tidak bisa dicegah lagi.
·
Ada perasaan tegang yang meningkat sebelum
mencabut rambut dan perasaan lega setelah selesai mencabut rambut.
·
Tidak ditemukan penyebab lain dari kebotakan
(misalnya infeksi kulit).
·
Tindakan mencabut rambut menyebabkan stress atau
mempengaruhi kehidupan harian penderita, misalnya di tempat kerja.
Trikotilomania bisa diobati melalui
psikoterapi. Jenis psikoterapi yang umumnya direkomendasikan untuk penanganan
kondisi ini adalah terapi perilaku kognitif atau cognitif behavioural
therapy (CBT). Melalui CBT, pasien akan dibantu oleh seorang ahli dalam
mengubah perilaku negatif mereka menjadi positif (dalam kasus ini adalah
mencabuti rambut).
Selain dengan mengedukasi pasien
mengenai kondisi yang mereka alami dan cara mengatasinya, ahli juga akan
membantu pasien memperbaiki anggapan mereka tentang diri sendiri sendiri dan
tentang bagaimana mereka berhubungan secara sosial. Di dalam CBT, terkadang
ahli terapi akan melibatkan keluarga pasien untuk memberikan dukungan.
Sering kali dalam penanganan
trikotilomania, CBT akan dikombinasikan juga dengan pemberian obat. Salah satu
obat yang biasanya diresepkan adalah clomipramine. Meskipun obat ini utamanya
diperuntukan untuk mengobati OCD dan depresi, clomipramine terbukti efektif dalam
kasus trikotilomania.
Selain clomipramine, obat lain yang
mungkin diresepkan oleh dokter ahli adalah obat golongan penghambat pelepasan
selektif serotonin atau selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI),
seperti obat-obatan yang mengandung fluoxetine dan sertraline.
Dalam menggunakan obat-obatan di
atas, sangat penting bagi pasien untuk mematuhi aturan pakai dari dokter agar
cepat sembuh dan terhindar dari efek samping.
Banyak efek negatif yang bisa timbul
dari penyakit trikotilomania. Selain menyebabkan kebotakan (alopecia),
penderita kondisi ini juga bisa mengalami tekanan psikologis, seperti perasaan
malu, bersalah, dan terasing. Hal ini bisa berimbas pada hubungan sosial dan
menurunnya prestasi di bidang pekerjaan atau pendidikan.
Pada sejumlah kasus, trikotilomania
juga bisa menyebabkan trichobezoars atau terbentuknya gumpalan-gumpalan
rambut di dalam perut. Komplikasi ini bisa terjadi apabila penderita
trikotilomania sering memakan rambut yang mereka cabuti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar