Pengertian Varises
Selain itu, gejala-gejala lain yang bisa menyertai penyakit varises adalah pembengkakan pada kaki bagian bawah (termasuk mata kaki), kaki terasa berat dan tidak nyaman, perubahan warna kulit kaki bagian bawah atau kulit tampak kering, dan kram otot kaki.
Varises bisa terjadi di semua pembuluh vena pada tubuh, namun kondisi ini paling sering terjadi di kaki (terutama betis) karena tekanan yang besar saat kita berdiri atau berjalan.
Kasus varises kebanyakan dialami oleh wanita dibanding pria. Selain berjenis kelamin wanita, faktor lain yang bisa meningkatkan seseorang terkena varises adalah obesitas, kehamilan, dan usia tua.
Gejala Varises
Sebagian besar gejala varises terjadi di kaki (terutama bagian betis). Pada sebagian kasus, seseorang bisa mengalami varises di bagian panggul, anus, vagina, rahim, atau kerongkongan.
Ciri-ciri orang yang mengalami varises bisa dilihat dari kemunculan pembuluh vena di balik kulit yang tampak bengkak atau menonjol. Kadang-kadang pembuluh tersebut tampak menyerupai tali berpilin berwarna biru atau ungu tua. Gejala-gejala lainnya bisa berupa kaki yang terasa nyeri, berdenyut-denyut, panas, pembengkakan di kaki bagian bawah (termasuk pergelangan kaki), kaki terasa berat dan tidak nyaman, kulit di area varises tampak kering dan terasa gatal, serta kram otot kaki.
Jika varises masih tergolong ringan, penderita jarang merasakan gejala. Gejala varises terutama akan makin terasa ketika penderita berdiri terlalu lama atau tinggal di daerah dengan cuaca hangat. Untuk sedikit meredakannya, cobalah melakukan jalan kaki santai sebentar atau beristirahat sambil duduk atau berbaring dengan meletakkan kaki di atas bantalan sebagai penyangga agar posisi kaki terangkat.
Varises tidak boleh dianggap enteng dan harus ditangani dengan benar. Jika varises sudah terjadi selama bertahun-tahun, maka terganggunya aliran darah di dalam pembuluh vena berpotensi menimbulkan komplikasi, seperti:
·
Tromboflebitis.
Yaitu penggumpalan darah dan peradangan pada
pembuluh vena kecil yang letaknya berdekatan dengan permukaan kulit. Gejalanya
ditandai dengan rasa sakit di dalam bagian yang terkena varises dan kulit
tampak memerah.
·
Trmbosis vena dalam.
Penyebabnya hampir sama dengan tromboflebitis,
yaitu penggumpalan darah di dalam pembuluh Gejala trombosis vena dalam berupa
bengkak dan nyeri pada kaki.
·
Tukak atau lukaterbuka.
Ini disebabkan oleh penumpukan cairan di dalam
jaringan yang mengarah pada meningkatnya tekanan darah di dalam pembuluh pena.
Lambat laun, luka akan terbentuk pada kulit sekitar area varisesdan akan terasa
sangat sakit. Bagian yang biasanya rentan mengalami komplikasi ini adalah
pergelangan kaki.
·
Pendarahan.
Kondisi ini terjadi ketika pembuluh vena yang
mengalami varises mengalami pecah. Pendarahan yang terjadi biasanya bersifat
ringan.
·
Eksim varises.
Kondisi ini ditandai dengan kulit yang berwarna
kemerahan, bersisik, hingga akhirnya terkelupas. Pada sebagian kasus, kulit
penderita yang melepuh menjadi mengeras (berkerak) secara permanen.
Penyebab Varises
Karena anatomi tubuh kita tegak lurus, maka bagian terjauh dari jantung adalah kaki. Tentu saja yang memiliki tugas berat dalam hal ini adalah pembuluh vena kaki karena harus melawan gravitasi dalam mengalirkan darah kembali ke jantung.
Namun tugas berat pembuluh vena kaki tersebut sedikit diringankan oleh adanya katup vena. Fungsi katup vena menyerupai sistem kerja pintu satu arah. Dengan kata lain, darah yang naik menuju jantung akan dapat melintas, namun tidak dapat kembali lagi karena katup yang dilalui akan langsung terkunci.
Varises bermula dengan adanya tekanan tinggi pada dinding pembuluh vena yang dipicu oleh berbagai faktor.
Efek dari tekanan tinggi ini menjadikan dinding vena merenggang (kehilangan elastisitas) dan katup di dalamnya menjadi lemah. Dengan melemahnya katup tersebut, maka fungsinya tidak berjalan dengan baik dan aliran darah ke jantung menjadi terganggu. Darah yang mengalir ke jantung menjadi berbalik arah dan akhirnya mengendap di satu titik pada pembuluh vena. Endapan darah yang terjadi secara terus-menerus di dalam pembuluh vena ini membuat pembuluh tersebut membengkak, merusak katup, dan terjadilah varises.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat memicu kerusakan pada katup pembuluh vena dan meningkatkan risiko seseorang terkena varises, di antaranya:
·
Berdidi terlalu lama.
Kebiasaan
ini dapat menyebabkan darah di vena kaki menjadi sulit untuk mengalir ke
jantung.
·
Umur.
Makin
tua usia seseorang maka keelastisitasan vena akan makin berkurang. Tentu saja
hal ini juga dapat mengurangi kinerja katup karena ikut melemah. Jika sudah
seperti ini, darah akan dengan mudah melawan arus dan mengendap di dalam
pembuluh vena.
·
Kehamilan.
Biasanya
varises mulai terlihat ketika rahim mulai membesar dan volume darah meningkat
sehingga makin memberikan tekanan pada vena. Selain akibat tekanan,
meningkatnya kadar hormon selama kehamilan juga dapat membuat otot vena menjadi
lebih rileks dan berimbas kepada melemahnya perlindungan katup. Oleh karena
itu, terbentuklah varises.
·
Faktor keturunan.
Varises
merupakan penyakit yang dapat bersifat keturunan. Artinya, peluang Anda untuk
mengalami kondisi ini akan lebih besar jika memiliki keluarga berpenyakit sama.
·
Obesitas.
Tekanan
pada vena kaki akan bertambah jika bobot tubuh Anda besar juga. Selain
menyulitkan vena dalam mendorong darah ke jantung, tekanan besar juga dapat
memperlemah katup sehingga terjadi arus balik darah.
·
Masalah kesehatan lainnya.
Misalnya
cacat pembuluh darah, pembengkakan atau tumor di dalam rongga pinggul, dan
penyakit-penyakit yang membuat darah menggumpal.
Periksakan ke dokter jika nyeri atau perih di kaki akibat penyakit varises sampai mengganggu aktivitas Anda sehari-hari, terutama mengganggu tidur. Anda bahkan dianjurkan untuk segera menemui dokter apabila timbul luka pada permukaan kulit yang menutupi pembuluh vena varises.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, dokter biasanya akan mengumpulkan keterangan seputar riwayat kesehatan pasien terlebih dahulu. Data yang dikumpulkan bisa berupa gejala yang dirasakan pasien atau pun faktor risiko yang mungkin ada pada dirinya untuk terkena varises, misalnya jika pasien suka berdiri terlalu lama, memiliki latar belakang keluarga berpenyakit varises, atau pernah mengalami luka serius pada kaki.
Selanjutnya dokter akan melakukan pengamatan secara kasat mata saja pada bagian kaki yang sakit, bengkak, mengalami perubahan warna kulit, bahkan luka jika ada. Saat diamati, umumnya dokter akan menyuruh pasien berdiri.
Pemeriksaan atau tes selanjutnya biasanya tidak diperlukan, kecuali dokter mencurigai adanya komplikasi-komplikasi yang terjadi akibat penyakit varises (misalnya thrombosis vena dalam). Tes yang paling sering disarankan dalam hal ini adalah USG Duplex Doppler. Metode pemindaian ini dapat membantu dokter melihat aliran darah di dalam pembuluh vena lewat gambar yang dihasilkan oleh gelombang suara berfrekuensi tinggi.
Selain dengan USG Duplex Doppler, aliran darah di dalam pembuluh vena juga bisa diamati oleh dokter melalui tes yang dinamakan angiogram, meskipun metode ini jarang dilakukan. Dalam tes angiogram, dokter akan menyuntikan zat pewarna khusus ke pembuluh vena agar ikut mengalir bersama darah. Selanjutnya, dokter akan menggunakan X-ray untuk melihat tingkat kelancaran dari aliran zat perwarna tersebut. Jika tidak lancar, berarti mengindikasikan adanya penggumpalan darah di dalam pembuluh vena.
Pengobatan Varises
Penyakit varises yang masih tergolong ringan sebenarnya masih dapat diobati sendiri di rumah tanpa harus ke rumah sakit. Tujuan pengobatan secara mandiri ini bertujuan meredakan gejala penyakit varises, mengurangi tingkat keparahannya, serta mencegah terjadinya komplikasi.
Beberapa hal yang mencakup pengobatan penyakit varises secara mandiri di antaranya menjaga berat badan tetap dalam kapasitas yang sehat, rutin berolahraga, tidak berdiri terlalu lama, dan mengistirahatkan kaki dengan cara meluruskan kaki dengan posisi agak diangkat (diberi bantalan penyangga).
Selain cara-cara tersebut, satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh penderita varises adalah pemakaian stoking khusus menangani penyakit varises. Sebutan lain dari stoking ini adalah bebat kompresi. Stoking varises dirancang untuk memberikan tekanan pada otot kaki dan vena sehingga aliran darah lebih lancar. Stoking ini juga dapat meredakan pembengkakan dan nyeri akibat varises.
Pemakaian stoking varises biasanya dianjurkan oleh dokter dari mulai Anda bangun tidur di pagi hari sampai menjelang Anda tidur di malam hari. Biasanya umur pemakaian satu stoking varises berkisar antara 3-6 bulan, setelah itu harus diganti dengan yang baru. Apabila pemakaian stoking varises membuat kulit Anda kering, Anda bisa memakai krim pelembap sebelum Anda tidur. Namun apabila gejala penyakit varises tidak kunjung mereda melalui pengobatan di rumah atau bahkan makin parah dan berpotensi menimbulkan komplikasi, maka sebaiknya Anda segera menemui dokter.
Berikut ini sejumlah contoh pengobatan yang mungkin akan disarankan oleh dokter, di antaranya:
·
Injeksi skleroterapi.
Yaitu penyuntikan cairan khusus ke pembuluh vena
yang mengalami varises dengan tujuan membentuk luka yang dapat menutup saluran
darah tersebut. Selain dengan cairan khusus, ada teknik skleroterapi terbaru
dengan menyuntikkan zat yang menyerupai busa. Metode ini biasanya dilakukan
untuk mengobati varises pada pembuluh vena yang berukuran besar.
Dalam
melakukan penyuntikan, dokter akan dipandu dengan USG. Efek samping
skleroterapi bisa berupa nyeri punggung bagian bawah, sakit kepala, daya
penglihatan menjadi berkurang (bersifat sementara), perubahan warna kulit,
penumpukan darah di pembuluh vena bagian tubuh lain, dan pingsan.
·
Radiofrekuensi.
Metode ini bertujuan menutup pembuluh vena yang
mengalami pembengkakan cukup besar akibat varises dengan cara membakar
dindingnya menggunakan energi radiofrekuensi.
Setelah dibakar, dinding pembuluh
vena akan runtuh dan menutup saluran tersebut. Setelah pembuluh vena yang
mengalami varises terkunci, darah akan secara otomatis mengalir secara alami
melalui vena lainnya yang masih sehat. Untuk menembakkan energi radiofrekuensi
secara tepat sasaran, dokter memerlukan bantuan kateter dan USG. Efek samping
radiofrekuensi dapat berupa kesemutan.
·
Laser.
Sama seperti radiofrekuensi, pengobatan dengan
menembakkan sinar laser juga bertujuan menutup pembuluh vena yang
mengalami varises. Metode ini juga dibantu dengan kateter dan USG. Efek samping
sinar laser bisa berupa nyeri dan memar di bagian varises, atau kaki terasa
keras.
·
Bedah terbuka.
Ini merupakan prosedur pengangkatan pembuluh vena
yang terkena varises melalui irisan yang dibuat pada permukaan kulit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar