Pengertian
Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial ini terjadi di seluruh dunia dan berpengaruh buruk pada kondisi kesehatan di negara-negara miskin dan berkembang. Infeksi nosokomial ini termasuk salah satu penyebab kematian terbesar pada pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit.
Menurut data WHO tahun 2005, lebih dari separuh bayi baru lahir yang dirawat di bagian perawatan bayi di rumah sakit di Brasil dan Indonesia tertular infeksi nosokomial. Angka kematian kasus tersebut mencapai 12 hingga 52 persen.
Infeksi nosokomial bisa menyebabkan pasien terkena bermacam-macam penyakit, dan setiap penyakit punya gejala yang berbeda-beda. Beberapa penyakit yang paling sering terjadi akibat infeksi nosokomial adalah:
·
Infeksi saluran kemih.
·
Infeksi aliran darah.
·
Pneumonia.
·
Infeksi pada luka operasi.
Penyebab
dan Faktor Resiko Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial terjadi ketika
pasien di sebuah rumah sakit tertular infeksi yang berasal dari bakteri.
Bakteri tersebut bisa menulari pasien karena keteledoran staf rumah sakit dan
tidak berjalannya prosedur kebersihan dengan benar.
Kategori bakteri yang paling sering
menjadi penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah MRSA, salah satu bakteri
gram positif yang resisten terhadap metisilin (bakteri Staphylococcus aureus)
dan Acinetobacter yang termasuk bakteri gram negatif.
Selain faktor kebersihan, banyak
pasien yang rawat inap di rumah sakit menderita penyakit yang serius dengan
sistem kekebalan yang lemah. Oleh karena itu, pasien rawat jalan bertambah
banyak dalam puluhan tahun terakhir. Hal ini membuat risiko penularan infeksi
nosokomial ke pasien pada saat ini lebih tinggi.
Penyebab lainnya adalah, sistem
rumah sakit yang membuat staf kesehatan berganti-ganti dari satu pasien ke
pasien lainnya. Jika staf kesehatan tidak menjaga kebersihan dirinya dengan
baik, sistem ini akan menjadikan staf kesehatan sebagai agen penyebar infeksi.
Beberapa faktor di bawah ini bisa
meningkatkan risiko pasien terkena infeksi nosokomial:
·
Berusia di atas 70 tahun.
·
Dalam kondisi koma.
·
Pernah menjalani terapi antibiotik
sebelumnya.
·
Dirawat di unit ICU lebih dari tiga
hari.
·
Gagal ginjal akut.
·
Mengalami cidera cukup parah.
·
Mengalami syok.
·
Menjalani perawatan ventilasi mekanis.
·
Sedang dalam pengobatan yang
mempengaruhi sistem imun.
·
Memakai kateter dalam waktu lama.
Diagnosis
Infeksi Nosokomial
Diagnosis pada infeksi nosokomial umumnya bisa
dilakukan dengan mengandalkan pemeriksaan fisik saja. Tanda-tanda terjadinya
infeksi bisa dilihat jika terdapat peradangan, ruam, atau nanah. Untuk
memastikannya, dokter mungkin menyarankan tes darah dan tes urine.
Pengobatan
Infeksi Nosokomial
Pengobatan pada infeksi nosokomial
terkait erat dengan jenis infeksi yang dialami. Banyak jenis infeksi yang
terjadi bisa ditangani dengan antibiotik. Khususnya untuk infeksi nosokomial
yang disebabkan oleh bakteri gram positif, terdapat banyak jenis antibiotik
untuk mengatasinya.
Sedangkan infeksi nosokomial yang disebabkan bakteri gram
negatif memiliki jenis antibiotik yang lebih sedikit untuk mengatasinya.
Berikut ini adalah prosedur
pengobatan infeksi nosokomial berdasar komplikasi yang ditimbulkan:
·
Infeksi luka operasi.
Infeksi
luka operasi bisa ditangani dengan kombinasi antara antibiotik dengan perawatan
khusus luka pembedahan.
·
Infeksi aliran darah.
Pengobatan
antifungal (jamur) atau pengobatan antiviral (virus) bisa dilakukan bersamaan
dengan pemberian antibiotik.
·
Infeksi saluran kemih.
Untuk
melengkapi antibiotik, biasanya dokter akan memberikan pengobatan antifungal
(jamur) untuk menghindari terjadinya komplikasi yang lebih parah.
·
Pneumonia.
Setelah
diberikan antibiotik, penderita pneumonia biasanya diberikan analgesik
antipiretik untuk meredakan nyeri sendi dan
demam. Untuk meredakan gejala flu, pasien biasanya diberikan pengobatan
antiviral (virus).
Pencegahan
Infeksi Nosokomial
Cara paling efektif untuk mengurangi
infeksi nosokomial adalah petugas rumah sakit diwajibkan untuk mencuci tangan
secara rutin. Selain itu, mereka diharapkan memakai kain dan sarung tangan
pelindung saat bekerja dengan pasien. Pihak rumah sakit juga diharapkan untuk
mengontrol dan mengawasi kualitas udara di dalam rumah sakit.
Berikut ini beberapa hal yang harus
diperhatikan untuk mencegah penularan infeksi nosokomial adalah:
·
Mencuci tangan.
Mencuci
tangan secara rutin adalah tindakan terpenting untuk mencegah penularan infeksi
nosokomial, karena mampu mengurangi risiko penularan mikroorganisme kulit dari
satu orang ke orang lainnya.
·
Kebersihan ruangan.
Kebersihan
permukaan ruangan rumah sakit terkadang diremehkan, namun penting. Metode
kebersihan modern mampu membasmi virus influenza, gastroenteritis, bakteri MRSA
secara efektif.
·
Sistem isolasi.
Sistem
isolasi berfungsi untuk mencegah penyebaran organisme penyakit ke bagian lain
di dalam rumah sakit. Khususnya diberlakukan pada pasien yang berisiko
menularkan infeksi mereka.
·
Sterilisasi alat medis.
Para
staf rumah sakit juga harus mensterilkan peralatan medis dengan cairan kimia,
radiasi ion, pengeringan, atau penguapan bertekanan, untuk membunuh semua
mikroorganisme.
·
Penggunaan sarung tangan.
Selain mencuci tangan,
penting bagi staf rumah sakit untuk menggunakan sarung tangan. Supaya risiko
penularan mikroorganise kulit semakin kecil.
·
Lapisan antimikroba.
Untuk
meminimalisir risiko berkembangnya bakteri, ada baiknya memilih perabotan dari
bahan yang bisa mengurangi risiko berkembangnya bakteri seperti tembaga atau
perak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar