Pengertian
Batuk Kronis
Batuk kronis adalah batuk yang berlangsung dalam jangka
waktu lama, yaitu sekitar dua bulan atau lebih pada orang dewasa, dan satu
bulan atau lebih pada anak-anak. Batuk kronis itu sendiri sebenarnya bukan sebuah
penyakit, melainkan gejala dari masalah kesehatan lain.
Batuk kronis kadang-kadang memang bukan sebuah sinyal dari
suatu kondisi serius. Namun batuk tanpa henti ini dapat mengurangi kualitas
tidur, mengganggu keseimbangan tubuh, dan mengganggu rutinitas penderitanya.
Pada 10 sampai 20 persen kasus batuk kronis yang dialami oleh dewasa diketahui
dipicu oleh hipersensivitas genetik (atopi) dan paparan asap rokok.
Ada beberapa jenis batuk kronis, di antaranya:
·
Batuk kronis kering.
Batuk yang tidak menghasilkan lendir dan biasanya merupakan gejala dari
gangguan sinus atau infeksi virus.
·
Batuk kronis basah.
Batuk yang menghasilkan lendir dan biasanya mengindikasikan adanya
infeksi bakteri atau cairan pada paru-paru, tergantung warna lendir yang
diproduksi.
·
Batuk stress.
Batuk yang terjadi karena kejang pada saluran pernapasan, umumnya
disebabkan oleh tekanan pikiran atau stres. Batuk ini tidak menghasilkan lendir
dan tidak terkait dengan infeksi apa pun.
·
Batuk ‘gonggong’.
Batuk yang disebabkan infeksi virus ini umumnya menyerang anak-anak.
Penyebab suara seperti anjing bergonggong ini adalah hasil dari pembengkakan
trakea.
·
Batuk rejan.
Batuk
yang disebut juga dengan pertusis ini tergolong sebagai penyakit berbahaya yang
menular, dan dapat menyebabkan kematian pada penderita bayi berusia di bawah 1
tahun.
Penyebab
Batuk Kronis
Berikut ini beberapa faktor penyebab batuk kronis yang
tergolong umum, di antaranya:
·
Postnasal drip.
Ini adalah kondisi di mana terdapat ingus berlebih yang terakumulasi pada
bagian belakang tenggorokan hingga mengakibatkan batuk. Kondisi ini juga disebut
dengan sindrom batuk saluran penafasan atas (UACS).
·
Asma.
Terjadi pada musim tertentu (khususnya musim dingin) atau setelah
mengalami infeksi saluran pernapasan atas.
·
Penyakit asam lambung.
Asam dari lambung yang naik ke kerongkongan.
·
Infeksi.
Seperti pneumonia, flu, pilek, hingga batuk rejan (pertusis).
·
Obat tekanan darah tinggi.
Obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE Inhibitor) yang biasa
diresepkan bagi pasien tekanan darah tinggi atau gagal jantung.
·
Bronkitis kronis.
Inflamasi kronis pada saluran pernapasan yang biasa terjadi karena
merokok atau kerap terpapar asap rokok. Penyakit seperti penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK) dan emfisema juga menjadi bagian dari penyakit para
perokok.
·
Menghirup polusi udara berlebihan.
·
Bekerja di lokasi dengan resiko sering menghirup
partikel iritasi.
Walau jarang, ada juga sejumlah hal lainnya yang dapat
menyebabkan batu kronis, seperti:
·
Aspirasi.
Atau masuknya benda asing ke saluran pernafasan. Pada orang dewasa,
aspirasi biasanya disebabkan oleh tersedak makanan atau minuman, sedangkan pada
anak-anak biasanya disebabkan oleh benda asing (mainan).
·
Bronkiolitis.
Infeksi saluran pernapasan yang menyebabkan terjadinya radang dan
penyumbatan di dalam bronkiolus.
·
Bronkiektasis.
Kerusakan pada saluran pernapasan.
·
Refluk laring faring.
Asam lambung yang naik ke tenggorokan.
·
Fibrosis kistik.
Penyakit yang menyebabkan lendir-lendir di dalam tubuh menjadi kental dan
lengket.
·
Nonasthmatic
eosinophilic bronchitis.
Peradangan saluran pernapasan tanpa adanya faktor asma.
·
Sarkodiosis.
Kombinasi peradangan sel dalam tubuh, biasanya di paru-paru.
·
Kanker paru-paru.
·
Kondisi kardiovaskular.
Meliputi gagal jantung, emboli paru, hingga pembengkakan pada pembuluh
darah utama (aneurisma aorta).
·
Kekurangan vitamin B12.
Salah
satu gejala kekurangan vitamin B12, yakni neuropati sensoris, diduga menjadi salah
satu penyebab batuk kronis.
Gejala Batuk Kronis
Gejala yang menyertai batuk kronis bervariasi, dari yang
masih tergolong ringan, hingga serius. Beberapa gejala penyerta batuk kronis
yang masih tergolong ringan adalah:
·
Hidung pilek atau tersumbat.
·
Terasa seperti ada cairan yang mengalir
terus menerus dibelakang tenggorokan (postnasal drip).
·
Sakit tenggorokan
·
Suara serak.
·
Napas pendek dan bersuara mengi.
·
Mulas dan merasa asam di mulut.
Sedangkan gejala penyerta batuk kering yang tergolong lebih
serius, namun jarang terjadi adalah:
·
Keringat dingin di malam hari.
·
Demam tinggi.
·
Berat badan turun.
·
Terasa sakit pada dada.
·
Batuk darah.
Diagnosis Batuk Kronis
Pada tahap awal, dokter biasanya akan melakukan tes fisik
dan menanyakan mengenai riwayat kesehatan, kapan gejala dirasakan, kebiasaan
merokok, kondisi lingkungan, pengobatan yang sedang dijalankan, hingga tempat
yang dikunjungi sebelum gejala muncul. Jika dicurigai adanya gejala batuk
kronis, dokter mungkin akan menyarankan untuk dilakukannya serangkaian tes,
seperti:
·
X-ray.
Walaupun tidak dapat mendeteksi penyebab batuk secara umum seperti asma,
asam lambung atau postnasal drip,
X-ray pada bagian dada biasanya dilakukan untuk melihat jika ada tanda-tanda
penyakit terkait seperti kanker paru-paru, pneumonia atau penyakit lainnya.
Hasil X-ray juga dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi akibat sinus.
·
CT scan.
Tes ini biasa dilakukan untuk mendiagnosa kondisi paru-paru lebih dalam,
seperti infeksi atau masalah lainnya.
·
Tes fungsi paru.
Untuk mengukur seberapa dalam penderita dapat menarik dan membuang napas,
alat bernama spirometer biasa digunakan. Penyakit seperti asma dan penyakit
paru obstruktif kronis (PPOK) dapat dideteksi melalui alat ini. Dalam kasus
tertentu, dokter mungkin akan melakukan tes asma lanjutan dengan mengukur kadar
napas sebelum dan setelah menghirup obat dengan kandungan metakolin.
·
Tes laboratarium.
Dokter umumnya akan menyarankan untuk melakukan tes laboratorium bakteri
jika lendir yang keluar saat batuk memiliki warna tertentu.
·
Bronkoskopi.
Tindakan ini menggunakan alat bantu seperti pipa tipis lentur yang
dilengkapi dengan lampu dan kamera, yang dimasukan melalui mulut dan
tenggorokan untuk melihat kondisi paru-paru dan saluran pernapasan melalui
monitor yang dipersiapkan. Dalam waktu yang bersamaan, dokter juga dapat
melakukan tindakan yang dinamakan biopsi, dengan mengambil salah sebagian kecil
jaringan dari saluran pernapasan untuk diteliti di laboratorium.
·
Rinoskopi.
Dalam tes ini, dokter akan menggunakan sebuah alat khusus untuk memeriksa
kondisi di dalam hidung untuk mengetahui penyebab batuk yang dialami.
·
Tes asam lambung.
Tes pendukung ini dilakukan untuk memeriksa kadar asam yang mungkin
terkandung dalam kerongkongan pasien.
·
Tes ekokardiografi.
Tes
ini biasa dilakukan jika dokter mencurigai adanya keganjalan pada jantung
pasien.
Pengobatan Batuk Kronis
Tergantung dari jenis gejala yang diderita, beberapa
pengobatan berikut mungkin akan disarankan:
·
Obat-obatan.
Beberapa obat-obatan seperti antibiotik (untuk melawan bakteri dan
pneumonia), antihistamin dan dekongestan (untuk meredakan peradangan saluran
pernapasan dan alergi), serta glukokortikoid (untuk meredakan masalah hormon,
bronkitis kronis, dan asma) mungkin disarankan. Ada juga obat hirup seperti
bronkodilator yang biasa diberikan dokter untuk pasien asma sebagai pereda
radang dan saluran pernapasan tersumbat.
·
Pereda batuk.
Jika batuk tidak kunjung reda dan tidak ada gejala yang signifikan,
dokter biasanya akan meresepkan obat pereda batuk seperti dextomethorphan, benzonatate, hingga kodein atau hydrocodone. Beberapa obat tersebut
dapat dibeli secara bebas, namun memiliki efek samping seperti mengantuk hingga
ketergantungan.
·
Pereda asam
lambung.
Penderita
batuk kronis yang disebabkan asam lambung berlebih biasanya akan diresepkan
obat dengan kandungan antasida, penghambat H-2 Receptor atau
proton pump inhibitor. Beberapa
pasien terkadang harus menjalankan operasi untuk menuntaskan masalah ini, walau
jarang.
Komplikasi Batuk kronis
Selain mengakibatkan kegelisahan dan kekesalan, gejala batuk
kronis yang tidak kunjung berhenti juga dapat mengakibatkan beberapa komplikasi
lanjutan, seperti:
·
Tulang rusuk patah jika batuk terlalu kencang.
·
Pusing.
·
Sakit kepala.
·
Kesulitan tidur.
·
Pingsan (syncope).
·
Air seni berlebih (inkontinensia urin).
Pencegahan Batuk Kronis
Selain mengobatinya dengan tepat saat batuk muncul, beberapa
hal berikut ini dapat kita lakukan untuk menurunkan risiko batuk kronis, di
antaranya:
·
Minum minuman hangat seperti air putih atau teh
secara rutin untuk mengencerkan lendir yang mengumpul di tenggorokan. Sup
hangat pun bisa menjadi pilihan.
·
Hisap permen pereda batuk untuk meredakan
iritasi tenggorokan.
·
Hindari merokok dan lingkungan perokok agar asap
tidak mengendap di paru-paru.
·
Jika Anda penderita asam lambung, disarankan
untuk menghindari makanan dan minuman pemicu seperti makanan pedas, asam, mint,
cokelat dan kafein.
·
Tambahkan pelembab di pendingin udara untuk
menambah kelembapan udara dan melancarkan saluran pernapasan yang tersendat.
Jika tidak memungkinkan, mandilah dengan air hangat atau hirup uap air.
·
Gunakan semprotan hidung atau melakukan
terapi Neti Pot (irigasi hidung dengan
menggunakan larutan garam) untuk mengeluarkan lendir di saluran pernafasan.
Bacalah aturan pakai dan berhati-hatilah saat menggunakan neti pot agar tidak menyebabkan
iritasi lanjutan.
Jika kondisi memburuk, segera temui dokter untuk penanganan
lebih lanjut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar