Minggu, 26 November 2017

CIDERA LIGAMEN LUTUT ANTERIOR



Pengertian Cidera Ligamen Lutut Anterior

Cedera ligamen lutut anterior atau cedera ACL (anterior cruciate ligament) adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya kerusakan atau robekan pada ligamen lutut anterior. Ligamen lutut anterior merupakan salah satu ligamen lutut yang berfungsi untuk menghubungkan tulang tungkai bawah dengan tulang tungkai atas. Selain itu, ligamen ini juga berfungsi untuk menjaga kestabilan lutut.

Robekan yang terjadi di dalam ligamen lutut anterior dapat membuat persendian lutut menjadi tidak stabil. Tingkat keparahan cedera tersebut sangat bervariasi, mulai dari cedera ringan hingga sangat parah. Cedera ligamen anterior yang sangat parah dapat terjadi pada saat ligamen anterior mengalami total dan dapat disertai dengan lepasnya tulang paha maupun tulang kering dari sendi.

Seringkali pada saat ligamen lutut anterior mengalami cedera, terdengar suara “pop”. Setelah itu seringkali dikuti dengan pembengkakan pada lutut, lutut terasa tidak stabil, dan merasa sakit pada saat berdiri. Cedera ligamen lutut anterior sering terjadi pada saat seseorang melakukan olahraga yang melibatkan gerakan berhenti tiba-tiba, serta pada saat mengubah gerakan atau melompat. Jenis-jenis olahraga yang sering menyebabkan cedera ligamen lutut anterior adalah sepak bola, basket, rugbi, tenis, ski, senam atletik, dan bola voli.

Gejala Cidera Ligamen Lutut Anterior

Pada cedera ligamen lutut anterior yang terjadi secara tiba-tiba (akut) dan cukup parah, gejala-gejala yang mungkin terasa adalah sebagai berikut:

·         Terdengar atau terasa suara seperti “pop” pada saat terjadinya cedera.

·         Merasa bahwa lutut tidak stabil, seperti terasa goyang atau terlepas. Perasaan bahwa lutut tidak stabil dapat muncul setelah melompat, mengubah arah gerakan, atau terjadi benturan pada lutut.

·         Nyeri yang terasa di bagian luar dan belakang lutut.

·         Terjadi pembengkakan pada lutut. Umumnya pembengkakan muncul beberapa saat setelah terjadinya cedera yang menandakan adanya perdarahan pada sendi. Jika pembengkakan terjadi segera setelah cedera, dapat mengindikasikan bahwa cedera ligamen cukup parah.

·         Gerakan lutut terasa terbatas.

Cedera ligamen lutut anterior yang terjadi secara tiba-tiba (akut) dapat berkembang menjadi cedera ligamen anterior kronis. Cedera ligamen anterior kronis dikenal juga dengan istilah defisiensi ligamen lutut anterior kronis. Kondisi ini dapat dirasakan jika ligamen anterior menjadi lebih sulit mengontrol gerakan lutut. Kondisi ini menyebabkan tulang kering dan tulang paha menjadi lebih sering bergeser, dan lutut menjadi lebih tidak stabil. Defisiensi ligamen lutut anterior kronis juga dapat menyebabkan kerusakan pada tulang rawan yang menyusun persendian lutut, yang kemudian meningkatkan risiko terjadinya osteartritis dini (premature osteoarthritis).

Tingkat keparahan cedera ligamen lutut anterior dibagi berdasarkan kerusakan ligamen anterior yang terjadi, yaitu:

·         Tingkat 1.

Cedera ligamen lutut anterior tingkat 1 terjadi jika:

a.       Serat ligamen tidak robek, namun tertarik secara paksa.

b.      Pembengkakan yang terjadi hanya sedikit.

c.       Lutut tidak terasa labil atau bergeser pada saat beraktivitas.

·         Tingkat 2.

Cedera ligamen lutut anterior tingkat 2 terjadi jika:

a.       Serat ligamen mengalami robek sebagian.

b.      Terjadi pembengkakan sedang pada lutut.

c.       Lutut akan terasa tidak stabil atau bergeser pada saat beraktivitas.

·         Tingkat 3.

Cedera ligamen lutut anterior tingkat 3 terjadi jika:

a.       Serat ligamen robek seluruhnya dan terbagi menjadi dua bagian.

b.      Terjadi pengerasan dan pembengkakan pada lutut. Pembengkakan yang terjadi dapat berukuran kecil atau besar.

c.       Ligamen akan sulit mengontrol gerakan lutut, sehingga muncul perasaan lutut seperti bergeser pada saat beraktivitas.

·         Avulsi.

Avulsi merupakan bentuk cedera ligamen lutut anterior yang terjadi jika:

a.       Ligamen lutut anterior tertarik dan lepas dari salah satu tulang yang mengapitnya, baik tulang paha maupun tulang kering.

b.      Pada saat ligamen lutut anterior tertarik, salah satu dari tulang paha atau tulang kering juga dapat ikut tertarik dan robek. Kondisi ini dinamakan fraktur avulsi.

c.       Avulsi sering terjadi pada anak-anak dibanding orang dewasa.

Tingkat keparahan cedera ligamen lutut anterior dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

·         Kondisi ligamen lutut anterior sebelum terjadinya cedera. Terutama jika sebelumnya pernah terjadi cedera, robekan pada sebagian ligamen, terdapat defisiensi ligamen lutut anterior kronis, atau lemahnya persendian karena faktor usia.

·         Kondisi kesehatan umum penderita cedera, khususnya kondisi lutut.

·         Cedera persendian lutut lainnya seperti kerusakan tulang rawan pada sendi, cakram sendi, dan tulang lain pada sendi lutut.

·         Waktu dilakukannya diagnosis cedera ligamen lutut anterior. Jika cedera tidak segera diketahui dan ditangani setelah kejadian, dapat menyebabkan kerusakan tambahan.

Penyebab Cidera Ligamen Lutut Anterior

Seseorang dapat mengalami cedera ligamen lutut anterior ketika sendi lututnya tertekuk ke belakang atau ke samping, atau ketika terpelintir. Kejadian tersebut rentan dialami seseorang pada saat:

·         Mengubah arah gerakan secara tiba-tiba untuk melewati rintangan, terutama jika salah satu kaki berpijak dengan kuat di tanah. Kondisi ini umumnya terjadi pada olahraga bola basket, sepak bola, ski, dan senam atletik.

·         Mendarat setelah melakukan lompatan, terutama jika lutut tidak ditekuk.

·         Jatuh dari tangga.

·         Melompati pembatas jalan.

·         Melompat dengan ketinggian sedang atau tinggi.

·         Terperosok ke dalam lubang.

·         Terpeleset pada saat menaiki atau menuruni tangga.

Beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami cedera ligamen lutut anterior adalah:

·         Berjenis kelamin perempuan. Wanita lebih mungkin mengalami cedera ligamen lutut anterior dibandingkan pria.

·         Berkurangnya massa otot akibat penuaan atau kurang beraktivitas fisik.

·         Memiliki otot dengan ukuran yang tidak seimbang. Contohnya jika otot-otot paha depan (quadriceps) lebih besar dan kuat dibanding otot-otot paha belakang (hamstring).

·         Memiliki riwayat pernah mengalami cedera ligamen lutut anterior.

Diagnosis Cidera Ligamen Lutut Anterior

Agar cedera ligamen lutut anterior tidak bertambah parah, perlu dilakukan diagnosis sesegera mungkin setelah timbul gejala cedera ligamen. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis cedera ligamen lutut anterior antara lain adalah:

·         Pengecekan riwayat medis.

Dalam hal ini, dokter akan menanyakan tentang riwayat cedera lutut apabila ada, kronologis terjadinya cedera, dan meninjau kondisi kesehatan penderita secara umum.

·         Pemeriksaan fisik pada lutut.

Beberapa hal yang akan dicek dari lutut antara lain kestabilan, kekuatan, gerakan, pembengkakan, dan pengerasan lutut. Dokter dapat pula melakukan tes Lachman dan tes pivot shift untuk membandingkan dan menilai derajat kegoyahan tempurung lutut.

·         Memeriksa cairan sendi pada lutut.

Pemeriksaan cairan sendi pada lutut dapat dilakukan dengan memeriksa kondisi fisik lutut. Gejala yang diamati umumnya adalah kemerahan, terasa hangat, atau terjadinya pembengkakan pada lutut. Jika ketiga gejala tersebut muncul, dapat dilakukan penyedotan (aspirasi)cairansendi Selain untuk meringankan nyeri dan rasa tertekan pada lutut, aspirasi cairan lutut juga dapat diperiksa untuk:

a.       Mendeteksi adanya peradangan atau infeksi pada lutut.

b.      Mendeteksi adanya robekan ligamen, yaitu jika terdapat darah pada cairan sendi.

c.       Mendeteksi adanya patah tulang (fraktur), yaitu jika terdapat gumpalan lemak pada cairan lutut.

·         Tes artrometik.

Tes artrometrik dilakukan dengan mengukur kebebasan gerakan lutut dengan menggunakan sensor yang ditempelkan pada lutut. Tes ini dapat diterapkan pada penderita cedera ligamen lutut yang sulit diperiksa melalui pengecekan fisik, terutama akibat nyeri dan pembengkakan yang terjadi.

·         Artroskopi.

Artroskopi dilakukan untuk melihat kondisi bagian dalam lutut, dengan memasukkan alat teropong kecil dengan kamera di ujungnya, melalui sayatan (insisi) kecil yang dibuat pada daerah lutut. Selain untuk keperluan diagnosis, artroskopi juga dapat digunakan sebagai metode pembedahan pada lutut untuk kasus cedera ligamen anterior tertentu. Jika pada saat pengamatan menggunakan artroskopi ditemukan robekan ligamen anterior lutut, dapat langsung dilakukan perbaikan pada cedera yang terjadi.

·         Pemindaian.

Pemindaian dilakukan untuk mendapatkan gambaran visual tentang kondisi bagian dalam lutut. Berikut ini adalah beberapa pilihan pemindaian yang mungkin direkomendasikan oleh dokter:

a.       Foto rontgen.

Meskipun cedera ligamen lutut anterior tidak bisa didiagnosis secara langsung melalui foto Rontgen, dokter dapat melihat adanya patahan atau fragmen tulang lutut. Selain itu, robekan ligamen, potongan tulang pada cedera avulsi, serta adanya darah pada sendi lutut (efusi) juga dapat terdeteksi pada foto Rontgen.

b.      CT scan.

CT scan dapat digunakan untuk mengetahui adanya patahan pada tulang atau robekan kecil pada sendi lutut.

c.       MRI.

MRI dapat digunakan untuk mengetahui adanya robekan pada ligamen lutut anterior serta permasalahan lain pada jaringan lunak, seperti robekan meniskus atau cedera pada ligamen lainnya.

d.      USG.

Metode pemeriksaan dengan menggunakan gelombang suara ini dapat dilakukan untuk melihat adanya kerusakan pada ligamen atau bagian lain dari lutut.

Pengobatan Cidera Ligamen Lutut Anterior

Tujuan dari pengobatan cedera ligamen lutut anterior adalah untuk:

·         Memperbaiki kondisi lutut agar kembali normal atau mendekati normal.

·         Mengembalikan fungsi lutut seperti semula sebelum terjadinya cedera.

·         Menghindari gangguan atau hilangnya fungsi lutut.

·         Menghindari kerusakan dan cedera lanjutan pada sendi.

·         Mengurangi nyeri yang timbul akibat cedera lutut.

Pertolongan Pertama pada Cidera Ligamen Lutut Anterior

Setelah terjadinya cedera, lutut harus segera diobati untuk menghindari kerusakan lebih lanjut. Oleh karena itu, pertolongan pertama berperan sangat penting. Berikut ini adalah rincian langkah pertolongan pertama pada cedera ligamen lutut anterior:

·         Istirahat.

Setelah cedera terasa, sangat dianjurkan untuk beristirahat agar lutut dapat segera pulih dengan sendirinya. Selain itu, dianjurkan juga untuk membatasi beban pada lutut.

·         Kompres es.

Usahakan untuk mengompres lutut menggunakan es selama 20 menit setiap kali dilakukan pengompresan.

·         Pembebetan.

Lutut yang mengalami cedera harus dibebat menggunakan kain atau perban elastis. Tujuannya adalah untuk meringankan nyeri pada saat bergerak atau berjalan, serta mengurangi penumpukan cairan pada lutut pasca cedera. Perlu diingat bahwa bebatan perban tidak boleh terlalu kencang karena dapat menyebabkan pembengkakan di bawah lutut.

·         Elevasi.

Pada saat istirahat atau mengompres lutut menggunakan es, usahakan agar posisi lutut sedikit dinaikkan. Cara ini dapat dilakukan dengan menaruh bantal di bawah lutut.

·         Obat pereda rasa nyeri.

Untuk meredakan nyeri yang timbul akibat cedera, penderita dapat mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (ibuprofen, naproxen, ketorolac, ketorolac intranasal) atau paracetamol.

Pasca dilakukan penanganan dan pengobatan pertama pada cedera, dokter akan mengatur proses rehabilitasi pasien dan terapi selama beberapa minggu. Terapis dan dokter akan memberikan instruksi dan mengajarkan latihan fisik untuk rehabilitasi lutut, baik dengan bantuan dokter atau terapis, maupun dilakukan sendiri di rumah. Tujuan dari rehabilitasi medik dan terapi adalah mengurangi nyeri dan pembengkakan, serta sebisa mungkin mengembalikan fungsi lutut menjadi normal. Terapi dan rehabilitasi medik memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi jika dilakukan oleh penderita yang relatif tidak terlalu aktif atau memiliki aktivitas fisik ringan yang tidak membebani lutut. Selama fase rehabilitasi, penderita juga dapat dianjurkan menggunakan alat penyangga (brace) sehingga lutut menjadi lebih stabil dan untuk mengurangi beban pada lutut selama masa rehabilitasi.

Pembedahan Cidera Ligamen Lutut Anterior

Metode pembedahan biasanya diterapkan pada kasus cedera ligamen avulsi. Tujuan pembedahan adalah untuk menempelkan kembali ligamen dan pecahan tulang pada lokasi sebelumnya.

Mengingat bahwa cedera avulsi cukup sering terjadi pada anak-anak dan remaja, perlu diperhatikan beberapa hal sebelum melakukan pembedahan cedera lutut pada mereka. Risiko terbesar adalah terkait pertumbuhan tulang kaki. Pembedahan lutut dapat menyebabkan salah satu kaki tumbuh lebih pendek daripada yang lain. Selain itu, pembedahan juga dapat mengganggu bentuk kaki.  Pembedahan boleh dilakukan jika:

·         Kondisi lutut sangat tidak stabil meskipun saat melakukan aktivitas ringan.

·         Lutut tidak bisa distabilkan melalui metode pengobatan lainnya.

·         Anak-anak penderita cedera ligamen lutut anterior juga menderita robekan meniskus.

·         Anak-anak penderita cedera ligamen lutut anterior aktif dalam olahraga yang memerlukan gerakan berlari, melompat, dan berhenti tiba-tiba.

Pembedahan pada cedera ligamen lutut anterior dilakukan dengan cara mengganti ligamen lutut anterior dengan pencangkokan. Ligamen yang baru dapat diambil dari tendon otot lain di bagian tubuh tertentu menggunakan sistem autograft. Pada proses pembedahan cedera ligamen anterior, bukaan kulit yang dibuat biasanya merupakan insisi kecil untuk keperluan memasukan alat bedah artroskopik. Pada kasus tertentu, insisi besar dapat juga dibuat apabila diperlukan. Sementara pada cedera avulsi atau cedera fraktura, pembedahan yang dilakukan merupakan pembedahan reparasi, bukan pencangkokan. Pada kasus ini, pecahan tulang yang terlepas kembali ditempel dan diikat pada lokasi tulang sebelumnya.

Kebanyakan pasien cedera ligamen lutut anterior yang menjalani pembedahan mendapatkan hasil yang memuaskan. Hasilnya ditandai dengan nyeri yang berkurang, fungsi lutut yang kembali membaik, lutut menjadi lebih stabil, serta dapat kembali menjalani aktivitas secara normal. Kebanyakan atlit yang mengalami cedera ligamen lutut anterior dapat kembali berolahraga setelah 2 bulan. Namun, ada juga beberapa penderita yang tetap merasakan nyeri dan ketidakstabilan lutut setelah menjalani pembedahan.

Untuk mendukung dan memudahkan keberhasilan pembedahan, pasien akan diajari metode latihan fisik, baik sebelum dan sesudah dilakukan pembedahan. Latihan gerak dan kekuatan lutut sebelum pembedahan bertujuan untuk mempersiapkan lutut sebelum pembedahan dan untuk memudahkan rehabilitasi sesudah pembedahan. Sedangkan latihan fisik sesudah pembedahan bertujuan untuk mempercepat proses pemulihan. Latihan ini mencakup latihan gerak, meningkatkan aktivitas harian, serta latihan berjalan menggunakan kruk. Proses rehabilitasi tersebut dapat berlangsung hingga 1 tahun.

Pencegahan Cidera Ligamen Lutut Anterior

Metode paling efektif dalam mencegah terjadinya cedera ligamen lutut anterior adalah dengan memperkuat otot tungkai terutama otot-otot paha depan dan otot-otot pada belakang. Selain itu, cedera ligamen lutut anterior dapat dicegah dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:

·         Menghindari menggunakan sepatu dengan pelat logam pada olahraga yang melibatkan kontak fisik terutama kaki.

·         Menghindari menggunakan sepatu hak tinggi.

·         Menghindari olahraga yang melibatkan banyak kontak fisik kaki atau gerakan berputar.

Jika seseorang pernah menderita cedera ligamen lutut anterior, kejadian cedera kedua dapat dihindari dengan melakukan hal-hal berikut ini:

·         Memperkuat lutut yang pernah mengalami cedera dengan menjalani latihan fisik selama masa rehabilitasi. Jenis dan intensitas latihan harus sesuai dengan anjuran dokter.

·         Mengubah teknik berolahraga sehingga dapat menghindari terjadinya penumpukan beban pada lutut yang pernah mengalami cedera.

·         Menghindari melakukan olahraga yang memiliki risiko tinggi terjadinya cedera tungkai.

·         Menggunakan brace lutut pada saat melakukan aktivitas fisik berat. Meski demikian, alat tersebut hanya dapat digunakan jika penderita sudah menjalani rehabilitasi lutut.

·         Melatih tubuh untuk membiasakan gerakan mendarat dengan lutut ditekuk, sehingga cedera dapat dihindari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar