Pengertian Cidera Ligamen Lutut
Anterior
Cedera ligamen lutut anterior atau cedera ACL (anterior cruciate ligament) adalah
suatu kondisi yang ditandai dengan adanya kerusakan atau robekan pada ligamen
lutut anterior. Ligamen lutut anterior merupakan salah satu ligamen lutut yang
berfungsi untuk menghubungkan tulang tungkai bawah dengan tulang tungkai atas.
Selain itu, ligamen ini juga berfungsi untuk menjaga kestabilan lutut.
Robekan yang terjadi di dalam ligamen lutut anterior dapat
membuat persendian lutut menjadi tidak stabil. Tingkat keparahan cedera
tersebut sangat bervariasi, mulai dari cedera ringan hingga sangat parah.
Cedera ligamen anterior yang sangat parah dapat terjadi pada saat ligamen
anterior mengalami total dan dapat disertai dengan lepasnya tulang paha maupun
tulang kering dari sendi.
Seringkali pada saat ligamen lutut anterior mengalami
cedera, terdengar suara “pop”. Setelah itu seringkali dikuti dengan
pembengkakan pada lutut, lutut terasa tidak stabil, dan merasa sakit pada saat
berdiri. Cedera ligamen lutut anterior sering terjadi pada saat seseorang
melakukan olahraga yang melibatkan gerakan berhenti tiba-tiba, serta pada saat
mengubah gerakan atau melompat. Jenis-jenis olahraga yang sering menyebabkan cedera
ligamen lutut anterior adalah sepak bola, basket, rugbi, tenis, ski, senam
atletik, dan bola voli.
Gejala Cidera Ligamen Lutut
Anterior
Pada cedera ligamen lutut anterior yang terjadi secara
tiba-tiba (akut) dan cukup parah, gejala-gejala yang mungkin terasa adalah
sebagai berikut:
·
Terdengar atau terasa suara seperti “pop” pada
saat terjadinya cedera.
·
Merasa bahwa lutut tidak stabil, seperti terasa
goyang atau terlepas. Perasaan bahwa lutut tidak stabil dapat muncul setelah
melompat, mengubah arah gerakan, atau terjadi benturan pada lutut.
·
Nyeri yang terasa di bagian luar dan belakang
lutut.
·
Terjadi pembengkakan pada lutut. Umumnya
pembengkakan muncul beberapa saat setelah terjadinya cedera yang menandakan
adanya perdarahan pada sendi. Jika pembengkakan terjadi segera setelah cedera,
dapat mengindikasikan bahwa cedera ligamen cukup parah.
·
Gerakan lutut terasa terbatas.
Cedera ligamen lutut anterior yang terjadi secara tiba-tiba
(akut) dapat berkembang menjadi cedera ligamen anterior kronis. Cedera ligamen
anterior kronis dikenal juga dengan istilah defisiensi ligamen lutut anterior
kronis. Kondisi ini dapat dirasakan jika ligamen anterior menjadi lebih sulit
mengontrol gerakan lutut. Kondisi ini menyebabkan tulang kering dan tulang paha
menjadi lebih sering bergeser, dan lutut menjadi lebih tidak stabil. Defisiensi
ligamen lutut anterior kronis juga dapat menyebabkan kerusakan pada tulang
rawan yang menyusun persendian lutut, yang kemudian meningkatkan risiko
terjadinya osteartritis dini (premature osteoarthritis).
Tingkat keparahan cedera ligamen lutut anterior dibagi
berdasarkan kerusakan ligamen anterior yang terjadi, yaitu:
·
Tingkat 1.
Cedera ligamen lutut anterior tingkat 1 terjadi jika:
a.
Serat ligamen tidak robek, namun tertarik secara
paksa.
b.
Pembengkakan yang terjadi hanya sedikit.
c.
Lutut tidak terasa labil atau bergeser pada saat
beraktivitas.
·
Tingkat 2.
Cedera ligamen lutut anterior tingkat 2 terjadi jika:
a.
Serat ligamen mengalami robek sebagian.
b.
Terjadi pembengkakan sedang pada lutut.
c.
Lutut akan terasa tidak stabil atau bergeser
pada saat beraktivitas.
·
Tingkat 3.
Cedera ligamen lutut anterior tingkat 3 terjadi jika:
a.
Serat ligamen robek seluruhnya dan terbagi
menjadi dua bagian.
b.
Terjadi pengerasan dan pembengkakan pada lutut.
Pembengkakan yang terjadi dapat berukuran kecil atau besar.
c.
Ligamen akan sulit mengontrol gerakan lutut,
sehingga muncul perasaan lutut seperti bergeser pada saat beraktivitas.
·
Avulsi.
Avulsi merupakan bentuk cedera ligamen lutut anterior yang terjadi jika:
a.
Ligamen lutut anterior tertarik dan lepas dari
salah satu tulang yang mengapitnya, baik tulang paha maupun tulang kering.
b.
Pada saat ligamen lutut anterior tertarik, salah
satu dari tulang paha atau tulang kering juga dapat ikut tertarik dan robek.
Kondisi ini dinamakan fraktur avulsi.
c. Avulsi
sering terjadi pada anak-anak dibanding orang dewasa.
Tingkat keparahan cedera ligamen lutut anterior dipengaruhi
oleh faktor-faktor berikut:
·
Kondisi ligamen lutut anterior sebelum
terjadinya cedera. Terutama jika sebelumnya pernah terjadi cedera, robekan pada
sebagian ligamen, terdapat defisiensi ligamen lutut anterior kronis, atau
lemahnya persendian karena faktor usia.
·
Kondisi kesehatan umum penderita cedera,
khususnya kondisi lutut.
·
Cedera persendian lutut lainnya seperti
kerusakan tulang rawan pada sendi, cakram sendi, dan tulang lain pada sendi
lutut.
·
Waktu dilakukannya diagnosis cedera
ligamen lutut anterior. Jika cedera tidak segera diketahui dan ditangani
setelah kejadian, dapat menyebabkan kerusakan tambahan.
Penyebab Cidera Ligamen Lutut
Anterior
Seseorang dapat mengalami cedera ligamen lutut anterior
ketika sendi lututnya tertekuk ke belakang atau ke samping, atau ketika
terpelintir. Kejadian tersebut rentan dialami seseorang pada saat:
·
Mengubah arah gerakan secara tiba-tiba untuk
melewati rintangan, terutama jika salah satu kaki berpijak dengan kuat di
tanah. Kondisi ini umumnya terjadi pada olahraga bola basket, sepak bola, ski,
dan senam atletik.
·
Mendarat setelah melakukan lompatan, terutama
jika lutut tidak ditekuk.
·
Jatuh dari tangga.
·
Melompati pembatas jalan.
·
Melompat dengan ketinggian sedang atau tinggi.
·
Terperosok ke dalam lubang.
·
Terpeleset pada saat menaiki atau
menuruni tangga.
Beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan
seseorang mengalami cedera ligamen lutut anterior adalah:
·
Berjenis kelamin perempuan. Wanita lebih mungkin
mengalami cedera ligamen lutut anterior dibandingkan pria.
·
Berkurangnya massa otot akibat penuaan atau
kurang beraktivitas fisik.
·
Memiliki otot dengan ukuran yang tidak seimbang.
Contohnya jika otot-otot paha depan (quadriceps) lebih
besar dan kuat dibanding otot-otot paha belakang (hamstring).
·
Memiliki riwayat pernah mengalami
cedera ligamen lutut anterior.
Diagnosis Cidera Ligamen Lutut
Anterior
Agar cedera ligamen lutut anterior tidak bertambah parah,
perlu dilakukan diagnosis sesegera mungkin setelah timbul gejala cedera
ligamen. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis cedera ligamen
lutut anterior antara lain adalah:
·
Pengecekan riwayat medis.
Dalam hal ini, dokter akan menanyakan tentang riwayat cedera lutut
apabila ada, kronologis terjadinya cedera, dan meninjau kondisi kesehatan
penderita secara umum.
·
Pemeriksaan fisik pada lutut.
Beberapa hal yang akan dicek dari lutut antara lain kestabilan, kekuatan,
gerakan, pembengkakan, dan pengerasan lutut. Dokter dapat pula melakukan tes
Lachman dan tes pivot shift untuk membandingkan dan
menilai derajat kegoyahan tempurung lutut.
·
Memeriksa cairan sendi pada lutut.
Pemeriksaan cairan sendi pada lutut dapat dilakukan dengan memeriksa
kondisi fisik lutut. Gejala yang diamati umumnya adalah kemerahan, terasa
hangat, atau terjadinya pembengkakan pada lutut. Jika ketiga gejala tersebut
muncul, dapat dilakukan penyedotan (aspirasi)cairansendi Selain untuk
meringankan nyeri dan rasa tertekan pada lutut, aspirasi cairan lutut juga
dapat diperiksa untuk:
a.
Mendeteksi adanya peradangan atau infeksi pada
lutut.
b.
Mendeteksi adanya robekan ligamen, yaitu jika
terdapat darah pada cairan sendi.
c.
Mendeteksi adanya patah tulang (fraktur), yaitu
jika terdapat gumpalan lemak pada cairan lutut.
·
Tes artrometik.
Tes artrometrik dilakukan dengan mengukur kebebasan gerakan lutut dengan
menggunakan sensor yang ditempelkan pada lutut. Tes ini dapat diterapkan pada
penderita cedera ligamen lutut yang sulit diperiksa melalui pengecekan fisik,
terutama akibat nyeri dan pembengkakan yang terjadi.
·
Artroskopi.
Artroskopi dilakukan untuk melihat kondisi bagian dalam lutut, dengan
memasukkan alat teropong kecil dengan kamera di ujungnya, melalui sayatan
(insisi) kecil yang dibuat pada daerah lutut. Selain untuk keperluan diagnosis,
artroskopi juga dapat digunakan sebagai metode pembedahan pada lutut untuk
kasus cedera ligamen anterior tertentu. Jika pada saat pengamatan menggunakan
artroskopi ditemukan robekan ligamen anterior lutut, dapat langsung dilakukan
perbaikan pada cedera yang terjadi.
·
Pemindaian.
Pemindaian dilakukan untuk mendapatkan gambaran visual tentang kondisi
bagian dalam lutut. Berikut ini adalah beberapa pilihan pemindaian yang mungkin
direkomendasikan oleh dokter:
a. Foto
rontgen.
Meskipun cedera ligamen lutut anterior tidak bisa didiagnosis secara
langsung melalui foto Rontgen, dokter dapat melihat adanya patahan atau fragmen
tulang lutut. Selain itu, robekan ligamen, potongan tulang pada cedera avulsi,
serta adanya darah pada sendi lutut (efusi) juga dapat terdeteksi pada foto
Rontgen.
b. CT
scan.
CT scan dapat digunakan untuk mengetahui adanya patahan pada tulang atau
robekan kecil pada sendi lutut.
c. MRI.
MRI dapat digunakan untuk mengetahui adanya robekan pada ligamen lutut
anterior serta permasalahan lain pada jaringan lunak, seperti robekan meniskus
atau cedera pada ligamen lainnya.
d. USG.
Metode
pemeriksaan dengan menggunakan gelombang suara ini dapat dilakukan untuk
melihat adanya kerusakan pada ligamen atau bagian lain dari lutut.
Pengobatan Cidera Ligamen Lutut
Anterior
Tujuan dari pengobatan cedera ligamen lutut anterior adalah
untuk:
·
Memperbaiki kondisi lutut agar kembali normal
atau mendekati normal.
·
Mengembalikan fungsi lutut seperti semula
sebelum terjadinya cedera.
·
Menghindari gangguan atau hilangnya fungsi
lutut.
·
Menghindari kerusakan dan cedera lanjutan pada
sendi.
·
Mengurangi nyeri yang timbul akibat
cedera lutut.
Pertolongan Pertama pada Cidera
Ligamen Lutut Anterior
Setelah terjadinya cedera, lutut harus segera diobati untuk
menghindari kerusakan lebih lanjut. Oleh karena itu, pertolongan pertama
berperan sangat penting. Berikut ini adalah rincian langkah pertolongan pertama
pada cedera ligamen lutut anterior:
·
Istirahat.
Setelah cedera terasa, sangat dianjurkan untuk beristirahat agar lutut
dapat segera pulih dengan sendirinya. Selain itu, dianjurkan juga untuk
membatasi beban pada lutut.
·
Kompres es.
Usahakan untuk mengompres lutut menggunakan es selama 20 menit setiap
kali dilakukan pengompresan.
·
Pembebetan.
Lutut yang mengalami cedera harus dibebat menggunakan kain atau perban
elastis. Tujuannya adalah untuk meringankan nyeri pada saat bergerak atau
berjalan, serta mengurangi penumpukan cairan pada lutut pasca cedera. Perlu
diingat bahwa bebatan perban tidak boleh terlalu kencang karena dapat
menyebabkan pembengkakan di bawah lutut.
·
Elevasi.
Pada saat istirahat atau mengompres lutut menggunakan es, usahakan agar
posisi lutut sedikit dinaikkan. Cara ini dapat dilakukan dengan menaruh bantal
di bawah lutut.
·
Obat pereda rasa nyeri.
Untuk
meredakan nyeri yang timbul akibat cedera, penderita dapat mengonsumsi obat
antiinflamasi nonsteroid (ibuprofen, naproxen,
ketorolac, ketorolac intranasal) atau paracetamol.
Pasca dilakukan penanganan dan pengobatan pertama pada
cedera, dokter akan mengatur proses rehabilitasi pasien dan terapi selama
beberapa minggu. Terapis dan dokter akan memberikan instruksi dan mengajarkan
latihan fisik untuk rehabilitasi lutut, baik dengan bantuan dokter atau
terapis, maupun dilakukan sendiri di rumah. Tujuan dari rehabilitasi medik dan
terapi adalah mengurangi nyeri dan pembengkakan, serta sebisa mungkin
mengembalikan fungsi lutut menjadi normal. Terapi dan rehabilitasi medik
memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi jika dilakukan oleh penderita yang
relatif tidak terlalu aktif atau memiliki aktivitas fisik ringan yang tidak
membebani lutut. Selama fase rehabilitasi, penderita juga dapat dianjurkan
menggunakan alat penyangga (brace) sehingga
lutut menjadi lebih stabil dan untuk mengurangi beban pada lutut selama masa
rehabilitasi.
Pembedahan Cidera Ligamen Lutut
Anterior
Metode pembedahan biasanya diterapkan pada kasus cedera
ligamen avulsi. Tujuan pembedahan adalah untuk menempelkan kembali ligamen dan
pecahan tulang pada lokasi sebelumnya.
Mengingat bahwa cedera avulsi cukup sering terjadi pada
anak-anak dan remaja, perlu diperhatikan beberapa hal sebelum melakukan
pembedahan cedera lutut pada mereka. Risiko terbesar adalah terkait pertumbuhan
tulang kaki. Pembedahan lutut dapat menyebabkan salah satu kaki tumbuh lebih
pendek daripada yang lain. Selain itu, pembedahan juga dapat mengganggu bentuk
kaki. Pembedahan boleh dilakukan jika:
·
Kondisi lutut sangat tidak stabil meskipun saat
melakukan aktivitas ringan.
·
Lutut tidak bisa distabilkan melalui metode
pengobatan lainnya.
·
Anak-anak penderita cedera ligamen lutut
anterior juga menderita robekan meniskus.
·
Anak-anak penderita cedera ligamen
lutut anterior aktif dalam olahraga yang memerlukan gerakan berlari, melompat,
dan berhenti tiba-tiba.
Pembedahan pada cedera ligamen lutut anterior dilakukan dengan
cara mengganti ligamen lutut anterior dengan pencangkokan. Ligamen yang baru
dapat diambil dari tendon otot lain di bagian tubuh tertentu menggunakan sistem
autograft. Pada proses pembedahan
cedera ligamen anterior, bukaan kulit yang dibuat biasanya merupakan insisi
kecil untuk keperluan memasukan alat bedah artroskopik. Pada kasus tertentu,
insisi besar dapat juga dibuat apabila diperlukan. Sementara pada cedera avulsi
atau cedera fraktura, pembedahan yang dilakukan merupakan pembedahan reparasi,
bukan pencangkokan. Pada kasus ini, pecahan tulang yang terlepas kembali
ditempel dan diikat pada lokasi tulang sebelumnya.
Kebanyakan pasien cedera ligamen lutut anterior yang
menjalani pembedahan mendapatkan hasil yang memuaskan. Hasilnya ditandai dengan
nyeri yang berkurang, fungsi lutut yang kembali membaik, lutut menjadi lebih
stabil, serta dapat kembali menjalani aktivitas secara normal. Kebanyakan atlit
yang mengalami cedera ligamen lutut anterior dapat kembali berolahraga setelah
2 bulan. Namun, ada juga beberapa penderita yang tetap merasakan nyeri dan
ketidakstabilan lutut setelah menjalani pembedahan.
Untuk mendukung dan memudahkan keberhasilan pembedahan,
pasien akan diajari metode latihan fisik, baik sebelum dan sesudah dilakukan
pembedahan. Latihan gerak dan kekuatan lutut sebelum pembedahan bertujuan untuk
mempersiapkan lutut sebelum pembedahan dan untuk memudahkan rehabilitasi
sesudah pembedahan. Sedangkan latihan fisik sesudah pembedahan bertujuan untuk
mempercepat proses pemulihan. Latihan ini mencakup latihan gerak, meningkatkan
aktivitas harian, serta latihan berjalan menggunakan kruk. Proses rehabilitasi
tersebut dapat berlangsung hingga 1 tahun.
Pencegahan Cidera Ligamen Lutut
Anterior
Metode paling efektif dalam mencegah terjadinya cedera
ligamen lutut anterior adalah dengan memperkuat otot tungkai terutama otot-otot
paha depan dan otot-otot pada belakang. Selain itu, cedera ligamen lutut
anterior dapat dicegah dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
·
Menghindari menggunakan sepatu dengan pelat
logam pada olahraga yang melibatkan kontak fisik terutama kaki.
·
Menghindari menggunakan sepatu hak tinggi.
·
Menghindari olahraga yang melibatkan
banyak kontak fisik kaki atau gerakan berputar.
Jika seseorang pernah menderita cedera ligamen lutut
anterior, kejadian cedera kedua dapat dihindari dengan melakukan hal-hal
berikut ini:
·
Memperkuat lutut yang pernah mengalami cedera
dengan menjalani latihan fisik selama masa rehabilitasi. Jenis dan intensitas
latihan harus sesuai dengan anjuran dokter.
·
Mengubah teknik berolahraga sehingga dapat
menghindari terjadinya penumpukan beban pada lutut yang pernah mengalami
cedera.
·
Menghindari melakukan olahraga yang memiliki
risiko tinggi terjadinya cedera tungkai.
·
Menggunakan brace lutut pada
saat melakukan aktivitas fisik berat. Meski demikian, alat tersebut hanya dapat
digunakan jika penderita sudah menjalani rehabilitasi lutut.
·
Melatih tubuh untuk membiasakan gerakan
mendarat dengan lutut ditekuk, sehingga cedera dapat dihindari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar