Pengertian Staphylococcal
Scalded Skin Syndrome
Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS) adalah penyakit pada kulit
akibat infeksi bakteri Staphylococcus aureus yang menyebabkan
kulit menjadi kemerahan, melepuh, dan seperti terbakar.
Bakteri Staphylococcus aureus memiliki
kemampuan untuk melepaskan toksin yang merusak desmosom pada jaringan kulit.
Desmosom merupakan bagian jaringan yang menghubungkan antar sel dan berfungsi
menjaga keutuhan jaringan dari gangguan mekanis. Desmosom memiliki tingkat
elastisitas yang baik, dan jumlahnya sangat banyak di kulit dan jantung.
Kerusakan desmosom akan mengakibatkan jaringan mudah rusak akibat gangguan
mekanis. Staphylococcal
scalded skin syndrome juga dikenal dengan dengan nama penyakit
Ritter atau penyakit Lyell jika muncul pada anak-anak.
Gejala Staphylococcal
Scalded Skin Syndrome
Gejala-gejala yang umumnya muncul pada penyakit Staphylococcal
scalded skin syndrome adalah:
·
Demam.
·
Ruam.
·
Iritasi dan kemerahan pada kulit yang menyebar.
·
Munculnya lepuhan pada kulit yang berisi cairan.
·
Lemah.
·
Dehidrasi.
Karakteristik ruam yang muncul pada penderita Staphylococcal
scalded skin syndrome adalah:
·
Munculnya lipatan pada kulit seperti lipatan
kertas yang berubah menjadi lepuhan kulit dan mengandung cairan di bagian
ketiak, selangkangan, dan di sekitar hidung serta telinga.
·
Terjadinya pelepasan lapisan kulit ari yang
dapat terlihat pada hamparan atau pakaian penderita. Bagian kulit yang
mengalami pelepasan akan meninggalkan lapisan yang lembap, lunak dan kemerahan.
·
Ruam dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya,
seperti lengan, kaki dan tungkai. Pada bayi, pelepuhan dapat ditemukan terutama
di daerah popok dan pusar.
·
Bagian kulit yang mengalami infeksi umumnya
terasa lunak dan sakit ketika diraba.
Penyebab Staphylococcal
Scalded Skin Syndrome
Penyakit Staphylococcal scalded skin syndrome disebabkan oleh
infeksi bakteri Staphylococcus aureus. Bakteri ini
sebenarnya bisa bersifat komensal (hidup normal pada kulit manusia tanpa
menimbulkan kerugian), sekaligus juga dapat bersifat patogen (menimbulkan
penyakit). Pada orang dewasa, Staphylococcus aureus
umumnya dapat hidup pada kulit tanpa menimbulkan infeksi.
Staphylococcal scalded skin syndrome disebabkan oleh
aktivitas eksotoksin (pengeluaran racun) bakteri Staphylococcus
aureus yang merusak jaringan kulit. Seringkali penyakit Staphylococcal
scalded skin syndrome terjadi pada anak-anak dikarenakan sistem
kekebalan tubuh yang belum berkembang dengan baik. Anak-anak di bawah 5 tahun,
terutama pada bayi baru lahir paling rentan terkena kondisi ini.
Toksin Staphylococcus aureus sebenarnya
dapat dibuang dari tubuh melalui sistem ekskresi. Pada anak-anak, sistem
ekskresi belum berfungsi optimal sehingga pembuangan toksin belum berjalan
dengan baik. Selain itu, Staphylococcus aureus
juga dapat menginfeksi orang-orang yang mengalami gangguan kekebalan tubuh
terlepas dari berapa usia mereka.
Diagnosis
Staphylococcal Scalded Skin Syndrome
Untuk mendiagnosis penyakit Staphylococcal scalded skin
syndrome secara akurat, dapat dilakukan metode berikut:
·
Pemeriksaan fisik dan pengecekan riwayat medis.
·
Biopsi kulit.
Biopsi kulit dilakukan untuk memeriksa penyebab kerusakan pada jaringan
kulit yang terinfeksi dengan cara mengambil sampel jaringan kulit. Jaringan
kulit yang diambil akan diperiksa dengan menggunakan mikroskop.
·
Kultur bakteri.
Metode
ini dilakukan dengan menumbuhkan bakteri pada medium tertentu untuk
mengidentifikasi bakteri penyebab infeksi. Kulit yang mengalami kerusakan akan
diusap menggunakan metode swabbing. Hasil swabbing akan diletakkan medium
tertentu sehingga bakteri dapat tumbuh dan diidentifikasi.
Pemeriksaan lain yang dapat digunakan untuk mendiagnosis Staphylococcal
scalded skin syndrome antara lain adalah:
·
PCR (polymerase chain reaction)
untuk mengidentifikasi eksotoksin Staphylococcus aureus.).
·
Penghitungan jumlah sel darah putih.
·
Pengukuran laju endap darah.
·
Pemantauan fungsi ginjal dan elektrolit. Metode
ini dapat membantu mengidentifikasi penyebab kerusakan kulit apakah akibat
dehidrasi atau bukan.
Pengobatan
Staphylococcal Scalded Skin Syndrome
Sebelum melakukan pengobatan penyakit Staphylococcal
scalded skin syndrome, terutama pada bayi dan balita, terlebih
dahulu dokter akan mempertimbangkan hal-hal berikut:
·
Usia.
·
Tingkat keparahan penyakit Staphylococcal
scalded skin syndrome yang diderita.
·
Kondisi kesehatan secara umum.
·
Perkiraan apakah kondisi kesehatan akan membaik
atau sebaliknya.
Secara umum, penanganan penyakit Staphylococcal scalded skin
syndrome terdiri dari dua langkah, yaitu pengobatan infeksi Staphylococcus dan pengobatan
pendukung. Penderita penyakit Staphylococcal scalded skin syndrome seringkali membutuhkan
rawat inap di rumah sakit. Di sini, infeksi akan ditangani oleh dokter dengan
menggunakan beberapa jenis antibiotik seperti:
·
Sulfamethoxazole dan trimethoprim.
Kedua kombinasi antibiotik berspektrum luas yang mampu membunuh bakteri
penyebab infeksi.
·
Penicilin G procaine.
Digunakan untuk mengobati infeksi dengan tingkat keparahan sedang sampai
tinggi.
·
Nafcilin.
Antibiotik ini dijadikan sebagai alternatif bagi penderita yang resisten
terhadap penicillin G.
·
Amoxillin.
Digunakan pada penderita yang resisten terhadap antibiotik betalaktam.
·
Cephalosporin (cefazolin dan cephalexin).
Antibiotik generasi pertama yang dapat digunakan untuk mencegah
pembentukan dinding sel bakteri.
·
Clindamycin.
Antibiotik yang bekerja dengan cara menghambat pembentukan protein pada
bakteri khususnya bakteri genus Staphylococcus.
·
Gentamicin.
Antibiotik berspektrum luas yang dapat diberikan kepada penderita
penyakit infeksi bakteri.
·
Tobramycin.
Antibiotik yang dapat diberikan kepada penderita penyakit infeksi Staphylococcus aureus yang tidak
dapat atau dilarang mengonsumsi penicillin.
·
Erytrhoycin.
Antibiotik yang bekerja dengan cara menghambat pembuatan protein pada
bakteri, termasuk pada bakteri Staphylococcus aureus.
·
Vancomycin.
Antbiotik yang diberikan kepada penderita penyakit Staphylococcal
scalded skin syndrome yang resisten terhadap penicillin dan
cephalosporin.
·
Oxacillin.
Antibiotik
yang bekerja dengan cara menghambat pembentukan dinding sel bakteri, dan
efektif menghambat Staphylococcus yang
dapat menghasilkan enzim penisilinase.
Untuk mendukung pengobatan antibiotik serta meredakan
gejala-gejala penyakit Staphylococcal scalded skin syndrome yang dialami
penderita, dapat dibantu dengan rangkaian pengobatan berikut ini:
·
Paracetamol.
Untuk meredakan demam dan nyeri yang muncul pada penderita.
·
Cairan elektrolit.
Untuk menjaga kadar cairan dan elektrolit pada tubuh penderita.
·
Pelembab kulit.
Untuk menjaga kulit agar tidak mudah rusak.
·
Inkubator.
Diperuntukkan
bagi bayi yang menderita penyakit Staphylococcal scalded skin syndrome.
Umumnya, penyakit Staphylococcal scalded skin syndrome dapat disembuhkan
dengan pengobatan teratur selama 5-7 hari.
Komplikasi Staphylococcal
Scalded Skin Syndrome
Jika tidak ditangani dengan baik, penyakit Staphylococcal
scalded skin syndrome dapat menyebabkan sejumlah komplikasi
seperti:
·
Kehilangan cairan dan dehidrasi.
·
Bekas luka.
·
Infeksi yang semakin memburuk.
·
Bakteremia dan sepsis.
·
Pneumonia.
·
Selulitis.
·
Hipotermia.
·
Infeksi sekunder.
·
Cacat.
·
Kematian.
Pencegahan Staphylococcal
Scalded Skin Syndrome
Ada kemungkinan bahwa penyakit Staphylococcal scalded skin
syndrome tidak dapat dicegah, terutama penyebarannya. Meskipun
demikian, penyakit ini dapat dikontrol dengan baik untuk meminimalisasi risiko
komplikasi. Berikut ini adalah langkah pencegahan dan manajemen penyakit Staphylococcal
scalded skin syndrome yang dapat dilakukan:
·
Menghindari infeksi Staphylococcus
primer yang dapat memicu infeksi toksin Staphylococcus.
·
Mengobati penderita infeksi Staphylococcus sesegera mungkin.
·
Mengidentifikasi dan merawat penderita infeksi Staphyloococcus meskipun bersifat
asimptomatik.
·
Memberlakukan kebiasaan mencuci tangan kepada
tiap orang yang tinggal di daerah rawan infeksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar