Pengertian Fibrilasi Atrium
Fibrilasi atrium adalah kondisi ketika serambi (atrium)
jantung berdenyut dengan tidak beraturan dan cepat. Kondisi ini meningkatkan
risiko terjadinya penggumpalan darah, stroke, dan gagal jantung.
Dalam keadaan normal, jantung berdetak dengan irama
beraturan agar dapat mengalirkan darah dari serambi (atrium) jantung ke bilik
(ventrikel) jantung, untuk selanjutnya dialirkan ke paru-paru atau ke
seluruh tubuh. Namun pada fibrilasi atrium, hantaran listrik pada jantung dan
irama denyut jantung mengalami gangguan, sehingga atrium gagal mengalirkan
darah ke ventrikel.
Fibrilasi atrium dapat muncul karena penyakit lain atau bisa
juga terjadi orang yang sehat tanpa gangguan medis tertentu. Rentang waktu terjadinya
juga bervariasi. Ada yang hanya sesekali muncul dan berlangsung dalam
hitungan menit atau jam, lalu setelah itu dapat pulih dengan sendirinya, yang
disebut sebagai fibrilasi atrium paroksismal (occasional).
Ada juga yang memakan waktu lebih lama, yaitu lebih dari satu minggu (persistent), lebih dari satu tahun
(long-standing pesistent), bahkan
kronis atau menetap (permanent).
Untuk ketiga jenis yang disebutkan terakhir tersebut, diperlukan obat atau
metode penanganan medis lainnya guna menormalkan sistem penghantaran
listrik jantung.
Meski tidak mengancam nyawa, fibrilasi atrium membutuhkan
penanganan yang yang serius guna menghindari komplikasi yang lebih parah.
Penanganan yang dilakukan tergantung dari jenis dan tingkat keparahan
gejala yang dirasakan oleh penderita.
Gejala Fibrilasi Atrium
Gejala umum yang dirasakan penderita fibrilasi atrium adalah
jantung berdebar atau detak jantung terasa lebih cepat.serta tidak beraturan.
Sedangkan gejala lainnya meliputi:
·
Kelelahan, terutama saat berolahraga.
·
Pusing.
·
Napas pendek.
·
Lemah.
·
Nyeri dada.
Penyebab Fibrilasi Atrium
Fibrilasi atrium terjadi ketika terdapat gangguan pada
penghantaran sinyal listrik jantung, di mana terlalu banyak impuls listrik yang
melewati nodus atrioventrikular (AV node) yang
berfungsi sebagai penghubung listrik antara atrium dan ventrikel. Akibatnya,
denyut jantung menjadi lebih cepat (sekitar 100-175 denyut per menit) dari
denyut jantung normal (60-100 denyut per menit). Hal ini dapat
mengakibatkan kerusakan pada struktur jantung.
Beberapa kondisi medis yang diduga menjadi penyebab
fibrilasi atrium adalah:
·
Infeksi virus.
·
Kelainan jantung bawaan.
·
Metabolisme yang tidak seimbang, termasuk
kelenjar tiroid yang terlalu aktif.
·
Penyakit paru-paru, tekanan darah tinggi, dan
serangan jantung koroner.
·
Paparan obat, alkohol, atau tembakau.
·
Gangguan pernapasan saat tidur (sleep apnea).
·
Pernah menjalani operasi jantung.
·
Mengalami sick sinus syndrome,
di mana pencetus impuls listrik jantung tidak bekerja dengan normal.
·
Stres akibat dari suatu penyakit atau
operasi.
Selain kondisi medis di atas, beberapa faktor lain yang juga
dapat membuat seseorang rentan mengalami fibrilasi atrium adalah:
·
Adanya riwayat penyakit fibrilasi atrium dalam
keluarga.
·
Obesitas.
·
Kebiasaan mengonsumsi alkohol.
·
Usia lanjut.
Diagnosis Fibrilasi Atrium
Setelah melakukan pemeriksaan fisik dan meninjau riwayat
penyakit, dokter akan menetapkan diagnosis melalui beberapa pemeriksaan,
meliputi pemeriksaan darah, pemindaian dada, elektrokardiogram (EKG)
dengan treadmill atau dengan holter monitor
yang mencatat kegiatan jantung selama 24 jam, serta pemantauan
kerja jantung selama beberapa minggu atau bulan dengan alat EKG portabel.
Selain itu, pemeriksaan lainnya yang mungkin direkomendasikan untuk menunjang
diagnosis adalah echocardiogram,
yaitu pemeriksaan noninvasif dengan gelombang suara untuk merekam gambaran
jantung.
Pengobatan Fibrilasi Atrium
Pengobatan fibrilasi atrium akan didasarkan pada kondisi
medis yang dialami penderita, termasuk jangka waktu berlangsungnya gejala.
Tujuan pengobatan adalah untuk mengembalikan dan mempertahankan irama
jantung, serta mencegah penyumbatan darah. Cara awal yang bisa dilakukan adalah
melalui pemberian obat-obatan, seperti:
·
Obat antikoagulan.
Untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah dan mengatasi penyumbatan
darah yang sudah terjadi. Contoh obat yang biasanya diberikan adalah
aspirin dan warfarin. Kendati demikian, obat antikoagulan memiliki efek samping
berupa risiko perdarahan.
·
Obat pengendali denyut jantung.
Untuk mengendalikan atau mengembalikan denyut jantung ke posisi normal.
Obat yang dapat diberikan adalah penghambat beta untuk membuat denyut
jantung lebih lambat (contohnya atenolol, biropolol, atau metoprolol), obat
penghambat kanal kalsium untuk mengurangi kontraksi sel otot (contohnya
diltiazem dan verapamil), serta digoxin untuk mengurangi percepatan denyut
jantung dari atrium ke ventrikel.
·
Antiaritmia.
Untuk
mencegah terjadinya fibrilasi atrium di masa mendatang. Contoh obat-obatan ini
adalah defetilide, flecainide, propafenone, amiodarone, atau sotalol. Efek
samping yang mungkin timbul adalah pusing, mual, atau kelelahan.
Di samping pemberian obat, terdapat juga beberapa pilihan
tindakan noninvasif (tanpa pembedahan). Tindakan tersebut dapat berupa:
·
Electrical cardioversion.
Dalam prosedur ini, diberikan kejutan listrik pada daerah dada. Kejutan
listrik tersebut akan menghentikan aktivitas listik jantung untuk sesaat
dan selanjutnya dapat mengemballikan denyut jantung menjadi normal. Prosedur
ini didahului dengan pembiusan.
·
Ablasi kateter.
Prosedur ini adalah untuk menonaktifkan titik-titik pencetus listrik
abnormal pada jantung, dengan memasukkan suatu alat ablasi dengan
kateter lewat pembuluh darah di daerah lipat paha ke arah jantung.
·
Ablasi nodus atriventrikular.
Prosedur
ini dilakukan untuk menonaktifkan nodus atrioventrukular (AV node), sehingga sinyal listrik
abnormal dari atrium tidak diteruskan ke ventrikel. Dengan tidak
berfungsinya AV node, ventrikel jantung tidak
mendapatkan impuls lisrik dan berhenti berdenyut. Untuk itu, dipasangkan
sebuah alat pacu jantung untuk memberikan impuls listrik yang normal pada
ventrikel.
Jika tindakan di atas belum dapat mengatasi masalah
fibrilasi atrium, maka metode pengobatan selanjutnya yang mungkin akan
direkomendasikan adalah prosedur operasi atau pembedahan, seperti:
·
Pemasangan alat pacu jantung.
Alat pacu jantung akan dipasang pada tulang selangka di bawah kulit.
Fungsinya adalah untuk mengirimkan sinyal listrik yang dapat mempertahankan
denyut jantung dalam keadaan normal.
·
Maze procedur.
Dalam
prosedur bedah jantung terbuka ini, dokter membuat sayatan-sayatan kecil pada
bagian atas jantung. Sayatan tersebut akan membentuk jaringan parut yang
dapat menghambat penghantaran impuls listrik abnormal penyebab fibrilasi
atrium. Hasilnya, detak jantung yang terlalu cepat dapat kembali normal.
Pencegahan Fibrilasi Atrium
Menurunkan risiko terjadinya fibrilasi atrium dapat
dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat, antara lain:
·
Menghentikan kebiasaan merokok.
·
Mengonsumsi makanan yang sehat untuk jantung, serta
membatasi asupan garam, lemak, dan kolesterol.
·
Membatasi konsumsi alkohol dan kafein.
·
Menjaga berat badan yang normal.
·
Mengendalikan tekanan darah dan kadar
kolesterol dalam darah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar