Senin, 04 Desember 2017

GANGGUAN PENYIMPANAN LISOSOM



Pengertian Gangguan Penyimpanan Lisosom

Gangguan penyimpanan lisosom atau lisosom storage disease (LSD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh hilangnya enzim di dalam lisosom. Kelainan ini menyebabkan senyawa-senyawa tertentu di dalam sel tidak dapat dicerna atau hanya tercerna sebagian saja. Senyawa yang tidak tercerna tersebut akan terakumulasi dan menyebabkan gangguan fungsi sel serta mengganggu kesehatan penderitanya.

Lisosom merupakan organel sel manusia yang berfungsi sebagai alat pencernaan di dalam sel. Sebagai alat pencernaan, lisosom mengandung berbagai enzim hidrolisis yang berfungsi untuk memecah makanan dalam sel. Enzim pencernaan di dalam lisosom berfungsi optimal pada suasana asam sehingga cairan di dalam lisosom umumnya memiliki pH asam. Selain untuk alat pencernaan makanan di dalam sel, lisosom juga berperan dalam mendaur ulang organel sel yang dinamakan proses autofagi. Jika ada organel sel yang rusak, lisosom akan menghancurkan dan mencerna organel tersebut kemudian komponen penyusun organel akan digunakan lagi oleh sel untuk berbagai keperluan.

Berbagai jenis LSD disebabkan oleh kelainan genetik yang diwariskan dari orang tuanya. Jika seseorang menderita suatu LSD, maka orang itu merupakan pembawa gen (carrier) dari jenis LSD tersebut.

Lebih dari 50 penyakit LSD berhasil diidentifikasi. Gejala dan faktor risiko munculnya penyakit LSD berbeda-beda untuk setiap jenis enzim yang hilang.

Jenis-jenis Gangguan Penyimpanan Lisosom

Beberapa jenis penyakit LSD yang umum terjadi dan berhasil diidentifikasi antara lain adalah:

·         Penyakit Fabry.

Penyakit Fabry terjadi akibat penderita tidak dapat menghasilkan enzim alfa-galaktosidase A yang berfungsi untuk mencerna lemak. Penyakit Fabry juga dapat terjadi jika seseorang memiliki enzim alfa-galaktosidase A namun tidak dapat berfungsi dengan baik. Lemak yang tidak tercerna oleh sel akan terakumulasi dalam tubuh dan menyebabkan penyempitan pembuluh darah, merusak kulit, ginjal, jantung, dan sistem saraf.

·         Penyakit Gaucher.

Penyakit Gaucher terjadi akibat seseorang mengalami kekurangan enzim glukoserebrosidase (GBA) yang berfungsi untuk mencerna lemak bernama glukoserebrosida. Pada penderita penyakit Gaucher, lemak jenis ini akan terakumulasi di limpa, hati, dan sumsum tulang. Penyakit Gaucher memiliki 3 tipe. Tipe 1 adalah tipe penyakit Gaucher yang paling umum terjadi dan tidak menyerang sistem saraf pusat. Penyakit Gaucher tipe 1 dapat muncul pada usia berapa pun, namun umumnya muncul pada usia praremaja dan remaja. Penyakit Gaucher tipe 2 dan 3 dapat menyerang sistem saraf pusat dan lebih berbahaya dibanding penyakit Gaucher tipe 1. Bayi yang menderita penyakit Gaucher tipe 2 umumya jarang yang bertahan hidup hingga umur 2 tahun. Penyakit Gaucher tipe 3 memiliki gejala yang sama dengan tipe 2, namun muncul pada usia praremaja.

·         Penyakit Krabbe.

Penyakit Krabbe terjadi akibat seseorang mengalami kekurangan enzim galaktosilseramidase. Enzim ini berfungsi untuk menjaga selubung mielin pada sel saraf yang berfungsi sebagai pelindung sel-sel saraf.

·         Penyakit Niemann-Pick.

Penderita penyakit Niemann-Pick akan mengalami gangguan metabolisme lemak yang menyebabkan terjadinya penumpukan senyawa lemak berbahaya dalam tubuh di berbagai organ. Umumnya organ yang terpengaruh adalah hati, limpa, otak dan sumsum tulang. Penyakit Niemann-pick dibagi menjadi beberapa golongan yaitu :

a.       Golongan A dan B yang mengalami kekurangan enzim acid sphingomyelinase (ASM) yang berfungsi mencerna senyawa sphingomylein yang terdapat di berbagai sel.

b.      Golongan C yang tidak bisa mencerna kolesterol dan lemak di dalam sel sehingga terakumulasi di otak, hati dan limpa.

·         Leukodistropfi  metakromatik (MLD).

Penyakit MLD terjadi akibat sel kekurangan enzim arilsulfatase A yang berfungsi untuk mencerna senyawa lemak golongan sulfatida. Jika tidak dicerna, lemak sulfatida akan terakumulasi di dalam bahan putih di jaringan saraf dan merusak selubung mielin saraf.

·         Mukopolosakaridosis (MPS).

MPS merupakan penyakit yang terjadi akibat tubuh mengalami gangguan pada enzim yang mencerna mukopolisakarida. Jika pencernaan mukopolisakarida terganggu akibat gangguan enzim, akan menghasilkan senyawa heparan sulfat, dermatan sulfat, dan keratan sulfat yang terakumulasi dalam tubuh.

·         Penyakit Pompe.

Penyakit Pompe disebabkan oleh sel yang tidak mampu mencerna gula kompleks, seperti glikogen, menjadi gula sederhana untuk sumber energi sel. Enzim yang terganggu pada penyakit Pompe adalah enzim alfa-glukosidase.

·         Penykit Tay-Sachs.

Penyakit ini disebabkan oleh kekurangan enzim heksosaminidase A (Hex-A) yang berfungsi untuk mencerna senyawa lemak GM2 gangliosida pada sel-sel otak. Tanpa adanya enzim Hex-A, senyawa lemak tersebut akan terakumulasi dan merusak sel-sel otak.

Penyebab Gangguan Penyimpanan Lisosom

Berbagai penyakit LSD merupakan penyakit genetis. Sebagian besar penyakit ini terjadi karena gen resesif yang diwariskan dari kedua orang tua. Jika hanya salah satu orang tua yang memiliki gen tersebut, maka anak yang dilahirkan akan menjadi pembawa (carrier).

Penyakit LSD adalah penyakit yang sangat jarang terjadi. Namun ada beberapa jenis LSD yang cenderung muncul pada ras tertentu. Contohnya adalah penyakit Tay-Sachs dan Gaucher yang cukup sering terjadi pada keturunan Yahudi di Eropa.

Gejala Gangguan Penyimpanan Lisosom

Setiap penyakit LSD memiliki gejala yang berbeda-beda. Untuk memastikan penyakit secara spesifik, perlu dilakukan diagnosis lebih lanjut selain mengamati gejala-gejala yang muncul.

Gejala penyakit Fabry umumnya adalah sebagai berikut:

·         Nyeri dan sensasi terbakar pada bagian tangan dan kaki. Nyeri yang dirasa bertambah parah jika penderita melakukan olahraga atau mengalami kelelahan.

·         Muncul bintik-bintik berwarna merah dan kecil di daerah antara pusar dan lutut.

·         Penglihatan kabur.

·         Gangguan pendengaran dan telinga berdenging.

·         Kurang berkeringat.

·         Nyeri perut dan abdomen, terutama setelah makan.

·         Pada pria, gejala yang muncul dapat memburuk seperti gagal ginjal, serangan jantung, hipertensi, pembesaran jantung, dan osteoporosis.

Gejala penyakit Gaucher yang muncul akan berbeda sesuai dengan tipenya. Gejala penyakit Gaucher tipe 1 adalah:

·         Mudah lebam.

·         Mimisan.

·         Kelelahan.

·         Pembesaran limpa dan hati, yang ditandai dengan pembesaran bagian perut.

·         Permasalahan pada tulang, seperti nyeri, mudah patah, atau radang sendi.

Gejala penyakit Gaucher tipe 2 dan 3 yang umumnya muncul adalah:

·         Pergerakan mata yang lambat.

·         Pertumbuhan dan perkembangan lambat.

·         Mengeluarkan suara seperti seruling pada saat bernapas.

·         Kejang.

·         Kerusakan otak dan sumsum tulang belakang.

·         Pembesaran limpa dan hati.

Pada penyakit Gaucher perinatal, yang merupakan penyakit Gaucher yang paling parah, umumnya bayi tidak akan hidup lebih dari beberapa hari. Gejalanya adalah sebagai berikut:

·         Penumpukan cairan di dalam tubuh bayi setelah dilahirkan.

·         Kulit kering dan bersisik.

·         Pembesaran limpa dan hati.

·         Kerusakan yang berat pada otak dan sumsum tulang belakang.

Gejala penyakit Krabbe dapat terjadi seumur hidup penderita. Pada beberapa bulan pertama munculnya gejala-gejala tersebut, penderita dapat mengalami:

·         Kelemahan otot.

·         Kaku pada kaki.

·         Sulit berjalan.

·         Gangguan pendengaran dan penglihatan.

·         Kram otot.

·         Kejang.

Gejala penyakit niemann-pick berbeda-beda tiap golongan, baik A, B dan C. Akan tetapi, umumnya penderita penyakit niemann-pick akan mengalami gejala-gejala sebagai berikut :

·         Pembesaran limpa dan hati.

·         Kesulitan menggerakan bola mata ke atas dan ke bawah.

·         Mengalami kekuningan pada kulit dan mata.

·         Mengalami hambatan pertumbuhan.

·         Sulit bernapas.

·         Mengalami gangguan jantung.

Gejala leukodistrofi metakromatik (MLD) dapat muncul secara berbeda-beda sesuai jenisnya. Namun gejala MLD yang umumnya terjadi adalah sebagai berikut:

·         Mati rasa pada kaki dan tangan.

·         Kejang.

·         Sulit berjalan dan berbicara.

·         Gangguan pendengaran dan penglihatan.

Gejala mukopolisakaridosis (MPS) secara umum adalah:

·         Tubuh pendek.

·         Sendi kaku.

·         Sulit berbicara dan mendengar.

·         Hidung gatal terus-menerus.

·         Sulit menangkap pelajaran.

·         Gangguan jantung.

·         Nyeri sendi.

·         Sulit bernapas.

·         Depresi.

Gejala-gejala penyakit Pompe adalah sebagai berikut:

·         Otot melemah secara cukup parah.

·         Bentuk otot yang buruk.

·         Pertumbuhan dan perkembangan lambat pada bayi dan anak-anak.

·         Pembesaran jantung, hati, atau lidah.

Gejala penyakit Tay-Sachs yang mudah diamati pada penderita, terutama pada bayi, adalah gangguan pergerakan akibat kehilangan kontrol atas otot-ototnya. Setelah itu, bayi akan mengalami sulit duduk, merangkak, dan berjalan akibat pertumbuhan yang terlambat. Gejala lainnya adalah:

·         Bintik merah pada bagian belakang mata.

·         Gangguan pendengaran dan penglihatan.

·         Kejang.

Diagnosis Gangguan Penyimpanan Lisosom

Metode yang umumnya digunakan untuk diagnosis LSD adalah:

·         Tes genetik prenatal dan perinatal.

Jika diduga salah satu atau kedua dari orang tua merupakan pembawa gen penyakit LSD, maka untuk memperkirakan apakah sang anak memiliki penyakit LSD, dapat dilakukan tes genetik. Tes genetik berfungsi untuk memetakan genetik dari sang anak dan memperkirakan apakah ada enzim yang hilang atau rusak.

·         MRI.

MRI merupakan metode diagnosis yang dapat melihat gambar organ internal tubuh untuk mendeteksi kelainan anggota tubuh akibat penyakit LSD.

·         Biopsi.

Biopsi dilakukan dengan mengambil sampel jaringan kemudian dilihat di bawah mikroskop. Biopsi dapat memperlihatkan struktur jaringan abnormal akibat kelainan lisosom.

·         Pemeriksaan urine oligosakarida.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi senyawa oligosakarida yang terakumulasi dalam urine akibat tidak tercerna oleh enzim lisosom. Beberapa jenis penyakit LSD yang dapat didiagnosis menggunakan metode ini antara lain adalah gangliosidosis, galaktosialidosis, fruktosilaidosis, dan aspartiglikosaminuria.

·         Tes urine glikosaminog (GAG).

Metode deteksi GAG umumnya digunakan untuk mendiagnosis apakah seseorang menderita mukopolisakaridosis. GAG dideteksi dengan cara purifikasi, presipitasi, dan sentrifugasi urine yang diikuti dengan tes kolorimetri.

·         Deteksi substrat spesifik.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan mendeteksi senyawa spesifik yang terakumulasi akibat tidak tercerna oleh lisosom. Senyawa seperti glikosfingolipid dan oligosakarida hampir selalu terdeteksi mengalami peningkatan pada penderita penyakit LSD.

·         Pemeriksaan aktivitas enzim.

Enzim lisosom dideteksi aktivitasnya dengan cara analisis flurometrik pada sel-sel fibroblas, leukosit, dan serum. Pada penderita LSD, aktivitas enzim yang dites akan menunjukkan kadar yang sangat rendah atau bahkan tidak terdeteksi. Metode ini digunakan untuk mendeteksi berbagai penyakit LSD yang umum terjadi seperti penyakit Fabry, penyakit Gaucher, penyakit Neimann-Pick, penyakit Krabbe, dan penyakit Pompe.

Jika penyakit LSD dapat terdeteksi sejak dini, pengobatan yang diberikan dapat membantu memperlambat perkembangan penyakit dan meningkatkan prognosis pasien penderita penyakit tersebut.

Pengobatan Gangguan Penyimpanan Lisosom

Perlu diingat bahwa sebagai salah satu penyakit genetis, LSD tidak dapat disembuhkan. Namun beberapa metode pengobatan dapat membantu penderita untuk meningkatkan kualitas hidupnya, serta memperlambat berkembangnya penyakit pada penderita.

Beberapa metode pengobatan yang dapat diberikan kepada penderita adalah:

·         Terapi penggantianenzim.

Tujuan dari terapi enzim adalah untuk memberikan enzim lisosom yang hilang atau rusak kepada penderita. Enzim dapat diberikan secara intravena sehingga fungsi enzimatik dari lisosom dapat tetap berlangsung dengan baik. Terapi penggantian enzim secara intravena ini tidak dapat mengobati gangguan jaringan saraf akibat penyakit LSD, tetapi dapat meminimalisasi gangguan fungsi tubuh akibat kehilangan enzim lisosom pada jaringan lainnya. Penderita penyakit Fabry dan penyakit Gaucher dapat ditangani menggunakan metode ini.

·         Terapi reduksi  substrat.

Tujuan dari terapi ini adalah untuk mengurangi produksi dan secara langsung mengurangi penumpukan senyawa substrat yang perlu dicerna oleh enzim lisosom yang hilang atau rusak. Contoh terapi jenis ini adalah terapi untuk mengurangi produksi glikosfingolipid (GSL) dengan cara menghambat produks GSL di dalam tubuh. Terapi ini dapat digunakan untuk penderita penyakit Fabry, Niemann-Pick, dan Gaucher.

·         Terapi sel punca.

Tujuan dari terapi ini adalah untuk mengganti sel-sel yang kehilangan enzim lisosom dengan menggunakan sel sehat dari donor.

·         Terapi stabilisasi enzim.

Terapi ini bertujuan untuk mengatasi penyakit LSD yang diakibatkan oleh ketidakstabilan enzim tertentu. Pada beberapa kasus LSD, enzim yang bermasalah bukan disebabkan karena hilang akibat mutasi gen, namun mengalami gangguan dalam proses produksinya, sehingga meskipun enzim diproduksi, tetapi tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Selain itu, terdapat juga penanganan lainnya untuk mengurangi gejala-gejala yang muncul. Di antaranya adalah:

·         Pemberian obat-obatan.

·         Pembedahan.

·         Terapi fisik.

·         Cuci darah (hemodialisis).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar