Pengertian
Gangguan Penyimpanan Lisosom
Gangguan penyimpanan lisosom atau lisosom storage disease (LSD)
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh hilangnya enzim di dalam lisosom.
Kelainan ini menyebabkan senyawa-senyawa tertentu di dalam sel tidak dapat
dicerna atau hanya tercerna sebagian saja. Senyawa yang tidak tercerna tersebut
akan terakumulasi dan menyebabkan gangguan fungsi sel serta mengganggu
kesehatan penderitanya.
Lisosom merupakan organel sel manusia yang berfungsi sebagai
alat pencernaan di dalam sel. Sebagai alat pencernaan, lisosom mengandung
berbagai enzim hidrolisis yang berfungsi untuk memecah makanan dalam sel. Enzim
pencernaan di dalam lisosom berfungsi optimal pada suasana asam sehingga cairan
di dalam lisosom umumnya memiliki pH asam. Selain untuk alat pencernaan makanan
di dalam sel, lisosom juga berperan dalam mendaur ulang organel sel yang
dinamakan proses autofagi. Jika ada organel sel yang rusak, lisosom akan
menghancurkan dan mencerna organel tersebut kemudian komponen penyusun organel
akan digunakan lagi oleh sel untuk berbagai keperluan.
Berbagai jenis LSD disebabkan oleh kelainan genetik yang
diwariskan dari orang tuanya. Jika seseorang menderita suatu LSD, maka orang
itu merupakan pembawa gen (carrier) dari
jenis LSD tersebut.
Lebih dari 50 penyakit LSD berhasil diidentifikasi. Gejala
dan faktor risiko munculnya penyakit LSD berbeda-beda untuk setiap jenis enzim
yang hilang.
Jenis-jenis
Gangguan Penyimpanan Lisosom
Beberapa jenis penyakit LSD yang umum terjadi dan berhasil
diidentifikasi antara lain adalah:
·
Penyakit Fabry.
Penyakit Fabry terjadi akibat penderita tidak dapat menghasilkan enzim
alfa-galaktosidase A yang berfungsi untuk mencerna lemak. Penyakit Fabry juga
dapat terjadi jika seseorang memiliki enzim alfa-galaktosidase A namun tidak
dapat berfungsi dengan baik. Lemak yang tidak tercerna oleh sel akan
terakumulasi dalam tubuh dan menyebabkan penyempitan pembuluh darah, merusak
kulit, ginjal, jantung, dan sistem saraf.
·
Penyakit Gaucher.
Penyakit Gaucher terjadi akibat seseorang mengalami kekurangan enzim
glukoserebrosidase (GBA) yang berfungsi untuk mencerna lemak bernama
glukoserebrosida. Pada penderita penyakit Gaucher, lemak jenis ini akan
terakumulasi di limpa, hati, dan sumsum tulang. Penyakit Gaucher memiliki 3
tipe. Tipe 1 adalah tipe penyakit Gaucher yang paling umum terjadi dan tidak
menyerang sistem saraf pusat. Penyakit Gaucher tipe 1 dapat muncul pada usia
berapa pun, namun umumnya muncul pada usia praremaja dan remaja. Penyakit
Gaucher tipe 2 dan 3 dapat menyerang sistem saraf pusat dan lebih berbahaya
dibanding penyakit Gaucher tipe 1. Bayi yang menderita penyakit Gaucher tipe 2
umumya jarang yang bertahan hidup hingga umur 2 tahun. Penyakit Gaucher tipe 3
memiliki gejala yang sama dengan tipe 2, namun muncul pada usia praremaja.
·
Penyakit Krabbe.
Penyakit Krabbe terjadi akibat seseorang mengalami kekurangan enzim
galaktosilseramidase. Enzim ini berfungsi untuk menjaga selubung mielin pada
sel saraf yang berfungsi sebagai pelindung sel-sel saraf.
·
Penyakit Niemann-Pick.
Penderita penyakit Niemann-Pick akan mengalami gangguan metabolisme lemak
yang menyebabkan terjadinya penumpukan senyawa lemak berbahaya dalam tubuh di
berbagai organ. Umumnya organ yang terpengaruh adalah hati, limpa, otak dan
sumsum tulang. Penyakit Niemann-pick dibagi menjadi beberapa golongan yaitu :
a.
Golongan A dan B yang mengalami kekurangan enzim
acid sphingomyelinase (ASM) yang
berfungsi mencerna senyawa sphingomylein
yang terdapat di berbagai sel.
b.
Golongan C yang tidak bisa mencerna kolesterol
dan lemak di dalam sel sehingga terakumulasi di otak, hati dan limpa.
·
Leukodistropfi
metakromatik (MLD).
Penyakit MLD terjadi akibat sel kekurangan enzim arilsulfatase A yang
berfungsi untuk mencerna senyawa lemak golongan sulfatida. Jika tidak dicerna,
lemak sulfatida akan terakumulasi di dalam bahan putih di jaringan saraf dan
merusak selubung mielin saraf.
·
Mukopolosakaridosis (MPS).
MPS merupakan penyakit yang terjadi akibat tubuh mengalami gangguan pada
enzim yang mencerna mukopolisakarida. Jika pencernaan mukopolisakarida terganggu
akibat gangguan enzim, akan menghasilkan senyawa heparan sulfat, dermatan
sulfat, dan keratan sulfat yang terakumulasi dalam tubuh.
·
Penyakit Pompe.
Penyakit Pompe disebabkan oleh sel yang tidak mampu mencerna gula
kompleks, seperti glikogen, menjadi gula sederhana untuk sumber energi sel.
Enzim yang terganggu pada penyakit Pompe adalah enzim alfa-glukosidase.
·
Penykit Tay-Sachs.
Penyakit
ini disebabkan oleh kekurangan enzim heksosaminidase A (Hex-A) yang berfungsi
untuk mencerna senyawa lemak GM2 gangliosida pada sel-sel otak. Tanpa adanya
enzim Hex-A, senyawa lemak tersebut akan terakumulasi dan merusak sel-sel otak.
Penyebab Gangguan
Penyimpanan Lisosom
Berbagai penyakit LSD merupakan penyakit genetis. Sebagian
besar penyakit ini terjadi karena gen resesif yang diwariskan dari kedua orang
tua. Jika hanya salah satu orang tua yang memiliki gen tersebut, maka anak yang
dilahirkan akan menjadi pembawa (carrier).
Penyakit LSD adalah penyakit yang sangat jarang terjadi.
Namun ada beberapa jenis LSD yang cenderung muncul pada ras tertentu. Contohnya
adalah penyakit Tay-Sachs dan Gaucher yang cukup sering terjadi pada keturunan
Yahudi di Eropa.
Gejala Gangguan
Penyimpanan Lisosom
Setiap penyakit LSD memiliki gejala yang berbeda-beda. Untuk
memastikan penyakit secara spesifik, perlu dilakukan diagnosis lebih lanjut
selain mengamati gejala-gejala yang muncul.
Gejala penyakit Fabry umumnya adalah sebagai berikut:
·
Nyeri dan sensasi terbakar pada bagian tangan
dan kaki. Nyeri yang dirasa bertambah parah jika penderita melakukan olahraga
atau mengalami kelelahan.
·
Muncul bintik-bintik berwarna merah dan kecil di
daerah antara pusar dan lutut.
·
Penglihatan kabur.
·
Gangguan pendengaran dan telinga berdenging.
·
Kurang berkeringat.
·
Nyeri perut dan abdomen, terutama setelah makan.
·
Pada pria, gejala yang muncul dapat memburuk
seperti gagal ginjal, serangan jantung, hipertensi, pembesaran jantung, dan
osteoporosis.
Gejala penyakit Gaucher yang muncul akan berbeda sesuai
dengan tipenya. Gejala penyakit Gaucher tipe 1 adalah:
·
Mudah lebam.
·
Mimisan.
·
Kelelahan.
·
Pembesaran limpa dan hati, yang ditandai dengan
pembesaran bagian perut.
·
Permasalahan pada tulang, seperti nyeri, mudah
patah, atau radang sendi.
Gejala penyakit Gaucher tipe 2 dan 3 yang umumnya muncul
adalah:
·
Pergerakan mata yang lambat.
·
Pertumbuhan dan perkembangan lambat.
·
Mengeluarkan suara seperti seruling pada saat
bernapas.
·
Kejang.
·
Kerusakan otak dan sumsum tulang belakang.
·
Pembesaran limpa dan hati.
Pada penyakit Gaucher perinatal, yang merupakan penyakit
Gaucher yang paling parah, umumnya bayi tidak akan hidup lebih dari beberapa
hari. Gejalanya adalah sebagai berikut:
·
Penumpukan cairan di dalam tubuh bayi setelah
dilahirkan.
·
Kulit kering dan bersisik.
·
Pembesaran limpa dan hati.
·
Kerusakan yang berat pada otak dan sumsum tulang
belakang.
Gejala penyakit Krabbe dapat terjadi seumur hidup penderita.
Pada beberapa bulan pertama munculnya gejala-gejala tersebut, penderita dapat
mengalami:
·
Kelemahan otot.
·
Kaku pada kaki.
·
Sulit berjalan.
·
Gangguan pendengaran dan penglihatan.
·
Kram otot.
·
Kejang.
Gejala penyakit niemann-pick berbeda-beda tiap golongan, baik
A, B dan C. Akan tetapi, umumnya penderita penyakit niemann-pick akan mengalami
gejala-gejala sebagai berikut :
·
Pembesaran limpa dan hati.
·
Kesulitan menggerakan bola mata ke atas dan ke
bawah.
·
Mengalami kekuningan pada kulit dan mata.
·
Mengalami hambatan pertumbuhan.
·
Sulit bernapas.
·
Mengalami gangguan jantung.
Gejala leukodistrofi metakromatik (MLD) dapat muncul secara
berbeda-beda sesuai jenisnya. Namun gejala MLD yang umumnya terjadi adalah
sebagai berikut:
·
Mati rasa pada kaki dan tangan.
·
Kejang.
·
Sulit berjalan dan berbicara.
·
Gangguan pendengaran dan penglihatan.
Gejala mukopolisakaridosis (MPS) secara umum adalah:
·
Tubuh pendek.
·
Sendi kaku.
·
Sulit berbicara dan mendengar.
·
Hidung gatal terus-menerus.
·
Sulit menangkap pelajaran.
·
Gangguan jantung.
·
Nyeri sendi.
·
Sulit bernapas.
·
Depresi.
Gejala-gejala penyakit Pompe adalah sebagai berikut:
·
Otot melemah secara cukup parah.
·
Bentuk otot yang buruk.
·
Pertumbuhan dan perkembangan lambat pada bayi
dan anak-anak.
·
Pembesaran jantung, hati, atau lidah.
Gejala penyakit Tay-Sachs yang mudah diamati pada penderita,
terutama pada bayi, adalah gangguan pergerakan akibat kehilangan kontrol atas
otot-ototnya. Setelah itu, bayi akan mengalami sulit duduk, merangkak, dan
berjalan akibat pertumbuhan yang terlambat. Gejala lainnya adalah:
·
Bintik merah pada bagian belakang mata.
·
Gangguan pendengaran dan penglihatan.
·
Kejang.
Diagnosis Gangguan
Penyimpanan Lisosom
Metode yang umumnya digunakan untuk diagnosis LSD adalah:
·
Tes genetik prenatal dan perinatal.
Jika diduga salah satu atau kedua dari orang tua merupakan pembawa gen
penyakit LSD, maka untuk memperkirakan apakah sang anak memiliki penyakit LSD,
dapat dilakukan tes genetik. Tes genetik berfungsi untuk memetakan genetik dari
sang anak dan memperkirakan apakah ada enzim yang hilang atau rusak.
·
MRI.
MRI merupakan metode diagnosis yang dapat melihat gambar organ internal
tubuh untuk mendeteksi kelainan anggota tubuh akibat penyakit LSD.
·
Biopsi.
Biopsi dilakukan dengan mengambil sampel jaringan kemudian dilihat di
bawah mikroskop. Biopsi dapat memperlihatkan struktur jaringan abnormal akibat
kelainan lisosom.
·
Pemeriksaan urine oligosakarida.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi senyawa oligosakarida yang
terakumulasi dalam urine akibat tidak tercerna oleh enzim lisosom. Beberapa
jenis penyakit LSD yang dapat didiagnosis menggunakan metode ini antara lain
adalah gangliosidosis, galaktosialidosis, fruktosilaidosis, dan
aspartiglikosaminuria.
·
Tes urine glikosaminog (GAG).
Metode deteksi GAG umumnya digunakan untuk mendiagnosis apakah seseorang
menderita mukopolisakaridosis. GAG dideteksi dengan cara purifikasi,
presipitasi, dan sentrifugasi urine yang diikuti dengan tes kolorimetri.
·
Deteksi substrat spesifik.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mendeteksi senyawa spesifik yang
terakumulasi akibat tidak tercerna oleh lisosom. Senyawa seperti
glikosfingolipid dan oligosakarida hampir selalu terdeteksi mengalami
peningkatan pada penderita penyakit LSD.
·
Pemeriksaan aktivitas enzim.
Enzim
lisosom dideteksi aktivitasnya dengan cara analisis flurometrik pada sel-sel
fibroblas, leukosit, dan serum. Pada penderita LSD, aktivitas enzim yang dites
akan menunjukkan kadar yang sangat rendah atau bahkan tidak terdeteksi. Metode
ini digunakan untuk mendeteksi berbagai penyakit LSD yang umum terjadi seperti
penyakit Fabry, penyakit Gaucher, penyakit Neimann-Pick, penyakit Krabbe, dan
penyakit Pompe.
Jika penyakit LSD dapat terdeteksi sejak dini, pengobatan
yang diberikan dapat membantu memperlambat perkembangan penyakit dan
meningkatkan prognosis pasien penderita penyakit tersebut.
Pengobatan Gangguan
Penyimpanan Lisosom
Perlu diingat bahwa sebagai salah satu penyakit genetis, LSD
tidak dapat disembuhkan. Namun beberapa metode pengobatan dapat membantu
penderita untuk meningkatkan kualitas hidupnya, serta memperlambat
berkembangnya penyakit pada penderita.
Beberapa metode pengobatan yang dapat diberikan kepada
penderita adalah:
·
Terapi penggantianenzim.
Tujuan dari terapi enzim adalah untuk memberikan enzim lisosom yang
hilang atau rusak kepada penderita. Enzim dapat diberikan secara intravena
sehingga fungsi enzimatik dari lisosom dapat tetap berlangsung dengan baik.
Terapi penggantian enzim secara intravena ini tidak dapat mengobati gangguan
jaringan saraf akibat penyakit LSD, tetapi dapat meminimalisasi gangguan fungsi
tubuh akibat kehilangan enzim lisosom pada jaringan lainnya. Penderita penyakit
Fabry dan penyakit Gaucher dapat ditangani menggunakan metode ini.
·
Terapi reduksi
substrat.
Tujuan dari terapi ini adalah untuk mengurangi produksi dan secara
langsung mengurangi penumpukan senyawa substrat yang perlu dicerna oleh enzim
lisosom yang hilang atau rusak. Contoh terapi jenis ini adalah terapi untuk
mengurangi produksi glikosfingolipid (GSL) dengan cara menghambat produks GSL
di dalam tubuh. Terapi ini dapat digunakan untuk penderita penyakit Fabry,
Niemann-Pick, dan Gaucher.
·
Terapi sel punca.
Tujuan dari terapi ini adalah untuk mengganti sel-sel yang kehilangan
enzim lisosom dengan menggunakan sel sehat dari donor.
·
Terapi stabilisasi enzim.
Terapi
ini bertujuan untuk mengatasi penyakit LSD yang diakibatkan oleh
ketidakstabilan enzim tertentu. Pada beberapa kasus LSD, enzim yang bermasalah
bukan disebabkan karena hilang akibat mutasi gen, namun mengalami gangguan
dalam proses produksinya, sehingga meskipun enzim diproduksi, tetapi tidak
berfungsi sebagaimana mestinya.
Selain itu, terdapat juga penanganan lainnya untuk
mengurangi gejala-gejala yang muncul. Di antaranya adalah:
·
Pemberian obat-obatan.
·
Pembedahan.
·
Terapi fisik.
·
Cuci darah (hemodialisis).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar