Pengertiana
Infeksi Payudara
Infeksi payudara atau mastitis adalah infeksi pada jaringan
payudara yang umumnya menyerang perempuan menyusui pada 12 minggu pertama
setelah persalinan. Pada sebagian kecil kasus, masitis juga bisa dialami oleh
perempuan yang tidak menyusui.
Pada saat mengalami mastitis, payudara akan membengkak,
berwarna kemerahan, dan teraba hangat. Pembengkakan ini menimbulkan rasa nyeri
terutama saat terkena sentuhan. Biasanya, mastitis hanya menyerang satu sisi
payudara saja meskipun tidak menutup kemungkinan kedua payudara terkena.
Mastitis menyebabkan ibu atau penderitanya mengalami
kesulitan saat mengasuh anaknya sehingga kegiatan menyusui kadang menjadi
terhambat atau terhenti. Meskipun demikian, kegiatan menyusui sebaiknya tetap
dilakukan karena baik untuk penderita maupun bayi. Kegiatan menyusui juga masih
bisa tetap dilakukan walau penderita sedang mengonsumsi antibiotik untuk
pengobatan mastitis.
Penyebab
Infeksi Payudara
Pada hampir sebagian besar kasus, infeksi payudara yang
terjadi pada wanita menyusui disebabkan oleh adanya sisa air susu ibu (ASI) di
payudara. Penumpukan sisa ASI ini akan menyumbat saluran air susu sehingga
payudara akan membengkak.
Para ahli menduga bahwa adanya tumpukan ASI ini lama
kelamaan akan menghasilkan suatu tekanan yang cukup kuat di dalam payudara,
sehingga ASI akan merembes ke jaringan-jaringan di sekitar payudara. Kandungan
protein dalam ASI ini akan disalahartikan oleh tubuh sebagai benda asing, dan
sistem kekebalan tubuh akan bekerja untuk melawannya, sehingga terjadilah suatu
reaksi peradangan.
Sumbatan di saluran ASI ini dapat dipicu oleh teknik
menyusui yang masih kurang tepat, gangguan pada bayi sehingga tidak bisa
menyedot susu dengan baik, pengeluaran ASI secara tidak teratur, hanya
menggunakan satu payudara untuk menyusui, atau adanya trauma yang merusak
jaringan pengeluaran air susu.
Penyebab lainnya adalah bakteri yang berasal dari permukaan
kulit atau mulut bayi. Bakteri dapat masuk ke dalam saluran susu melalui celah
pada puting atau pembukaan pada saluran susu. Bakteri juga dapat berkembang
dari air susu yang tidak dikeluarkan hingga habis, namun kandungan antibakteri
yang dimiliki air susu ibu membuat bayi terlindung dari infeksi.
Pada umumnya, mastitis tidak akan memengaruhi kondisi bayi.
Namun demikian, bayi yang berada dalam unit perawatan khusus tidak
diperbolehkan untuk langsung meminum ASI yang berasal dari payudara yang
terinfeksi karena memiliki kandungan garam yang cenderung tinggi.
Pada perempuan yang tidak menyusui, mastitis biasanya
disebabkan oleh puting yang mengalami keretakan, ditindik, atau luka, dan
disebut dengan mastitis periduktal. Kondisi puting ini dapat menyebabkan
bakteri mudah masuk ke dalam saluran ASI dan menimbulkan infeksi.
Ada beberapa faktor risiko lain yang bisa meningkatkan
kemungkinan terjangkit infeksi payudara atau mastitis, di antaranya:
·
Nutrisi yang buruk.
·
Pernah mengalami mastitis sebelumnya yang
terjadi pada periode menyusui.
·
Terlalu lelah atau stress.
·
Mengenakan bra yang terlalu ketat atau
memberikan tekanan berlebihan pada dada, misalnya dengan penggunaan sabuk
keselamatan atau membawa tas yang berat.
·
Hanya menggunakan satu posisi ketika menyusui
sehingga ASI tidak keluar semua dari payudara.
·
Periode menyusui yang jarang atau terlewat.
·
Kerusakan pada saluran ASI atau kelenjar yang
ada di payudara.
Gejala
Infeksi Payudara
Infeksi payudara atau mastitis ditandai dengan adanya pembengkakan
yang teraba hangat dan berwarna kemerahan pada payudara, dan biasanya
menimbulkan rasa sakit dan sensasi terbakar terutama ketika menyusui. Biasanya,
gejala ini hanya dialami pada satu sisi payudara saja.
Selain itu, mastitis seringkali membuat penderita merasa
kehabisan tenaga, atau kelelahan, dan gejala-gejala seperti demam tinggi dan
panas dingin.
Pada kasus lainnya, gejala yang muncul dapat serupa dengan
gejala flu selama beberapa jam sebelum penderita menyadari ada area di payudara
yang agak membengkak. Segera temui dokter untuk memastikan diagnosis dan
mendapatkan pengobatan.
Diagnosis
Infeksi Payudara
Diagnosis infeksi payudara biasanya diberikan oleh seorang
ahli kandungan, namun dapat juga didapatkan dengan melakukan pemeriksaan pada
dokter umum saja. Penderita mungkin akan dirujuk kepada seorang konsultan
laktasi jika ternyata mastitis disebabkan oleh gangguan menyusui.
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik berdasarkan gejala
yang disampaikan penderita untuk memastikan diagnosis mastitis, misalnya demam
tinggi yang diikuti dengan sakit di payudara atau pembengkakan. Pemeriksaan
mamografi dan biopsi mungkin akan dilakukan untuk menyingkirkan dugaan kanker
payudara yang memiliki gejala yang hampir sama, yaitu bengkak yang berwarna
kemerahan.
Dokter juga akan memeriksa jika terdapat abses (nanah) pada
area payudara yang mengalami pembengkakan jika ternyata kondisinya sudah
berlangsung cukup lama. Abses dapat berkembang jika infeksi payudara tidak
segera diobati atau infeksi yang dialami cukup parah.
Pemeriksaan terhadap ASI mungkin akan dilakukan untuk
menentukan antibiotik yang cocok bagi penderita.
Pengobatan
Infeksi payudara
Obat antibiotik yang diminum biasanya akan diberikan untuk
mengobati kondisi ini dan penderita akan merasa membaik setelah dua hari. Namun
demikian, antibiotik sebaiknya harus tetap diminum hingga periode pengobatan
berakhir agar kondisi ini tidak terulang kembali. Obat pereda rasa sakit juga
dapat diberikan, seperti ibuprofen dan asetaminofen.
Jika tidak segera diobati, pembengkakan dapat berkembang
menjadi nanah hingga menebal dan diperlukan operasi untuk mengeluarkannya dari
payudara. Dokter mungkin akan melakukan tes tambahan jika kondisi penderita
tidak kunjung membaik walau telah memeroleh pengobatan di atas.
Jika mastitis disebabkan oleh tersumbatnya aliran susu yang
berasal dari teknik menyusui yang kurang baik, maka dokter dapat
merekomendasikan seorang konsultan laktasi untuk membantu penderita dengan
kondisi ini. Ingatlah selalu untuk menyusui hingga persediaan susu di payudara
habis dan bayi menyusu dengan benar.
Pastikan juga Anda mendapatkan waktu istirahat yang cukup,
perbanyak asupan cairan untuk membantu tubuh melawan infeksi, dan tetaplah
menyusui anak Anda sesering mungkin dan selama bayi lapar. Semakin sering Anda
menyusui, maka risiko saluran tersumbat juga akan semakin berkurang. Di bawah
ini adalah langkah lain yang bisa dilakukan:
·
Beristirahat di tempat tidur bersama bayi akan
memungkinkan terciptanya kegiatan menyusui yang lebih sering.
·
Coba berbagai jenis posisi menyusui, jangan
hanya melakukan satu posisi saja.
·
Gunakan bra yang tidak hanya menopang payudara
tapi juga nyaman dipakai. Hindari bra yang menggunakan kawat sebagai penopang
atau bra yang terlalu kecil.
·
Hindari pengisian susu berkepanjangan (sebelum
menyusui kembali), karena bisa memicu pembengkakan.
·
Letakkan kompres hangat dan lembab pada
payudara, atau mandi dengan air hangat sebelum menyusui atau memompa ASI agar
tidak mengalami kesulitan mengosongkan ASI dari payudara.
·
Jika terlalu sulit untuk menyusui, atau jika
bayi Anda tidak mau menyusui dari payudara yang terinfeksi, maka Anda bisa
mencoba memompa atau meremas payudara agar sisa ASI dapat keluar.
Pencegahan
Infeksi Payudara
Infeksi payudara dapat dicegah dengan menerapkan cara
menyusui yang baik sejak awal, termasuk dengan berkonsultasi dengan ahli
laktasi jika memang diperlukan. Ahli laktasi bisa memberikan saran yang berguna
mengenai teknik laktasi yang baik dan benar. Beberapa tindak pencegahan lain
yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis, adalah:
·
Selalu mengganti posisi (berganti payudara)
setiap akan menyusui.
·
Mengosongkan payudara sepenuhnya ketika sedang
menyusui. Jika bayi sudah berhenti menyusu dan payudara belum sepenuhnya
kosong, gunakanlah alat pompa ASI hingga payudara kembali kosong.
·
Biarkan bayi Anda mengosongkan ASI salah satu
payudara sebelum berganti ke payudara sebelahnya.
·
Pastikan posisi bayi telah pas, nyaman, dan
benar ketika sedang menyusu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar