Pengertian
Hemokromatosis
Hemokromatosis (Hemochromatosis)
adalah kondisi dimana tubuh menyerap dan menimbun zat besi secara berlebihan
dari makanan yang dikonsumsi. Proses penyerapan dan penimbunan ini berlangsung
selama bertahun-tahun dan dapat mengakibatkan kerusakan pada ginjal, sendi,
pankreas, dan jantung, serta menimbukan kematian jika tidak ditangani.
Hemokromatosis dapat terjadi karena mutasi genetik atau
kondisi lain yang memengaruhi penyerapan zat besi oleh tubuh. Gejala biasanya
muncul pada usia 30 sampai 60 tahun. Pada wanita, gejala lebih jarang muncul
karena zat besi berlebih dapat dikeluarkan secara alami melalui siklus
menstruasi atau pada saat melahirkan. Gejala baru muncul ketika wanita memasuki
masa menopause.
Gejala Hemokromatosis
Hemokromatosis biasanya tidak langsung menimbulkan gejala.
Gejala baru akan muncul setelah penumpukan zat besi mencapai batas tertentu.
Gejala-gejalanya antara lain:
·
Sering merasa lelah dan lemas.
·
Nyeri sendi.
·
Nyeri perut.
·
Berat badan menurun.
·
Sulit ereksi (bagi pria).
·
Menstruasi tidak lancar atau berhenti (bagi
wanita).
·
Sering buang air kecil.
Dalam jangka panjang, penderita dapat mengalami gejala
lanjutan seperti:
·
Kulit menjadi lebih gelap,dan bersifat permanen.
·
Sering merasa haus dan sering buang air kecil.
·
Pembengkakan pada perut, tangan, hingga kaki.
·
Napas pendek.
·
Nyeri dada.
·
Nyeri hebat dan kaku pada sendi dan jari.
·
Diabetes.
·
Gagal hati.
·
Denyut jantung tidak beraturan (aritmia).
·
Gagal jantung.
·
Penurunan gairah.
·
Penyusutan testis.
Penyebab Hemokromatosis
Tubuh memerlukan zat besi untuk memproduksi hemoglobin dalam
sel darah merah yang berfungsi untuk mengikat dan mengalirkan oksigen ke
seluruh tubuh. Zat besi diserap dari makanan yang dikonsumsi, sesuai kebutuhan.
Umumnya hanya 8-10% zat besi dari makanan yang diserap oleh tubuh. Sedangkan
pada penderita hemokromatosis, penyerapan zat besi bisa sampai 4 kali lipat
dari normal. Selain itu, terdapat juga gangguan pada proses pengangkutan zat
besi di dalam tubuh, yang berkaitan dengan kerja hormon hepcidin. Pengangkutan zat besi
oleh ferroportin dihambat oleh hepcidin, sehingga zat besi
tidak dapat dimetabolisme dan dikeluarkan dari dalam tubuh. Apabila penumpukan
zat besi ini terjadi dalam jangka waktu lama, akan mengakibatkan kerusakan
fatal pada berbagai organ tubuh.
Berdasarkan penyebabnya, penyakit hemokromatosis
dikelompokan menjadi dua, yaitu primer dan sekunder.
·
Hemokromatosis primer.
Hemokromatosis primer disebabkan oleh mutasi gen HFE yang berfungsi
mengatur jumlah penyerapan zat besi oleh tubuh. Terdapat 2 jenis mutasi gen
HFE, yaitu C282Y dan H63D.
Hemokromatosis akan muncul apabila seseorang mewarisi kelainan genetik
ini dari kedua orangtuanya (ayah dan ibu), dan pasti akan menurunkan kelainan
ini ke anaknya.
Sementara apabila seseorang mewarisi kelainan ini hanya dari salah satu
orangtua (ayah saja atau ibu saja), maka dia hanya merupakan pembawa sifat (carrier) yang bisa saja tidak
menunjukkan gejala apapun, namun berpotensi menurunkan kelainan ini ke anaknya.
Ada 2 jenis hemokromatosis primer khusus yang perlu diketahui, yaitu:
a.
Juvenile hemokromatosis.
Kondisi ini disebabkan oleh mutasi gen hemojuvelin,
bukan pada gen HFE. Gejala muncul
lebih awal, yaitu antara usia 15 sampai 30 tahun.
b.
Neonatal hemokromatosis.
Penimbunan zat besi yang parah sehingga menyebabkan kerusakan hati pada
bayi baru lahir, dan biasanya berujung pada kematian.
·
Hemokromatosis sekunder.
Dikatakan hemokromatosis sekunder apabila kelainan penyerapan dan
penimbunan zat besi dalam tubuh disebabkan oleh adanya faktor atau gangguan
lain, seperti:
a.
Anemia.
b.
Sering melakukan transfusi darah (khususnya pada
penderita anemia bulan sabit dan talasemia).
c.
Dialisis atau cuci darah pada organ hati.
d.
Penyakit hati kronis.
e.
Terlalu banyak mengonsumsi alkohol.
Risiko
terkena hemokromatosis sekunder meningkat jika ada riwayat penyakit diabetes
dan jantung dalam keluarga. Selain itu, mengonsumsi suplemen yang mengandung
vitamin C dan zat besi dalam jangka watu lama juga dapat meningkatkan penyerapan
dan penimbunan zat besi oleh tubuh.
Diagnosis Hemokromatosis
Diagnosis hemokromatosis ditegakkan dengan pemeriksaan
darah, meliputi pemeriksaan:
·
Suserum ferritin,
untuk mengetahui kadar zat besi dalam organ hati.
·
Serum transferring saturation,
untuk mengetahui kadar zat besi dalam darah.
·
DNA, untuk mengetahui jika ada kelainan genetik
yang dapat mengakibatkan hemokromatosis. Pemeriksaan ini biasa dilakukan pada
penderita yang dicurigai hemokromatosis primer.
Dapat juga dilakukan pemeriksaan lain untuk memeriksa adanya
kerusakan pada organ hati, seperti:
·
Pemeriksaan fungsi hati.
·
MRI.
·
Biopsi hati.
Pengobatan Hemokromatosis
Tidak semua jenis hemokromatosis bisa disembuhkan,
khususnya hemokromatosis primer. Pengobatan dilakukan untuk menekan gejala agar
tidak terjadi komplikasi lebih lanjut. Beberapa tindakan yang biasa dilakukan
dalam kasus hemokromatosis di antaranya adalah:
·
Phlebotomy.
Phlebotomy atau vena section adalah pengobatan yang
menjadi pilihan utama untuk mengeluarkan zat besi berlebih dari dalam tubuh
penderita melalui pengambilan darah. Awalnya pengambilan darah akan dilakukan
secara rutin dalam waktu yang cukup dekat, biasanya setiap minggu, sampai kadar
zat besi kembali normal. Kemudian pengambilan darah dilakukan dengan interval
waktu lebih panjang, misalnya 2 hingga 4 bulan sekali, untuk memastikan kadar zat
besi dalam tubuh dalam batas normal. Pada penderita hemokromatosis primer,
tindakan ini perlu dilakukan seumur hidup.
·
Terapi Khelasi.
Khelasi (chelation) biasanya disarankan bagi
penderita yang tidak dapat melakukan phlebotomy,
misalnya jika memiliki anemia, gangguan pada jantung, atau pembuluh darah
kecil. Dalam hal ini, penderita akan diberikan obat yang dapat mengikat dan
mengeluarkan zat besi melalui urin dan tinja.
·
Pengaturan pola makan.
Penderita
diajurkan untuk menghindari makanan atau minuman yang mengandung zat besi,
termasuk juga minuman beralkohol.
Komplikasi Hemokromatosis
Penyakit hemokromatosis yang tidak diobati dengan tepat
dapat mengakibatkan komplikasi serius, seperti:
·
Sirosis hati, meningkatkan risiko kanker pada
organ hati.
·
Kerusakan pada pankreas, menekan produksi
insulin yang dapat mengakibatkan diabetes.
·
Kardiomiopati, kerusakan pada otot jantung yang
dapat menyebabkan gagal jantung.
·
Arthitis, kerusakan pada sendi.
·
Perubahan warna kulit, menjadi berwarna perunggu
atau abu-abu.
·
Masalah reproduksi, seperti impotensi pada pria
dan gangguan siklus menstruasi pada wanita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar