Sabtu, 23 Desember 2017

KANKER HATI



Pengertian Kanker Hati

Kanker hati adalah kanker yang bermula dari organ hati atau liver. Ada dua klasifikasi kanker hati berdasarkan lokasi pertumbuhan atau penyebarannya (metastasis), yaitu kanker hati primer dan sekunder. Kanker hati primer adalah kanker yang berawal di organ hati dan termasuk jenis kanker yang berpotensi fatal. Kanker hati sekunder bermula dari bagian tubuh lain kemudian menyebar dan tumbuh di organ hati.

Salah satu jenis kanker hati yang paling umum adalah hepatocellular carcinoma (HCC)/hepatoma yang merupakan kanker hati primer yang berkembang dari sel hati utama yang bernama hepatosit. HCC terjadi sekitar 75% dari keseluruhan kanker hati primer. Kanker ini dapat merupakan komplikasi dari penyakit hepatitis (peradangan pada organ hati) dan kondisi sirosis (jaringan hati normal digantikan oleh jaringan parut).

Kanker hati sekunder umumnya dinamakan menurut organ asal lokasi sel kanker awal berkembang, seperti kanker kolon metastasis, yang bermula di usus besar kemudian menyebar ke hati. Kanker hati sekunder lebih sering terjadi dibandingkan kanker hati primer. Selain penyebaran dari kanker di usus besar, kanker hati sekunder juga banyak berasal dari penyebaran kanker payudara, paru, pankreas, lambung, ovarium, dan kulit (melanoma).

Gejala Kanker Hati

Umumnya pengidap kanker hati stadium awal tidak merasakan gejala yang berarti. Gejala baru akan terlihat jelas pada stadium lanjut.  Meski demikian beberapa gejala berikut ini dapat diwaspadai sebagai gejala kanker hati:

·         Merasa sangat lelah dan lemas.

·         Sakit perut.

·         Gatal-gatal.

·         Organ hati membengkak.

·         Merasa mual dan muntah.

·         Ascites atau penumpukan cairan di dalam perut. Perut terlihat membengkak.

·         Tungkai membengkak karena penumpukan cairan.

·         Turunnya berat badan tanpa sebab.

·         Kulit dan bagian putih mata yang menguning.

·         Urine berwarna gelap.

·         Tinja berwarna putih seperti kapur.

Gejala-gejala di atas memang bersifat umum dan tidak selalu menjadi penanda kanker hati, tapi tetap lebih baik untuk melakukan pemeriksaan. Cobalah berkonsultasi kepada dokter jika Anda mengalami satu atau beberapa gejala di atas termasuk orang yang pernah mengidap sirosis atau terinfeksi hepatitis.

Penyebab Kanker Hati

Penyebab dan bagaimana terjadinya perubahan pada sel-sel dalam kanker hati masih belum bisa dipastikan. Walau demikian, risiko kanker hati sepertinya meningkat seiring dengan kerusakan pada organ hati, seperti penyakit sirosis. Tetapi, tidak semua kasus sirosis akan berujung pada kanker hati.

·         Kaitan sirosis dengan kanker hati.

Kanker hati berkaitan erat dengan sirosis, dimana terjadi pembentukan jaringan parut pada organ hati. Pada keadaan sirosis, jaringan hati yang normal digantikan oleh jaringan parut sehingga hati menjadi mengeras. Akibat sirosis, fungsi hati mulai menurun. Perlu diingat bahwa tidak semua penderita sirosis akan mengalami kanker hati.

Di negara yang masih berkembang seperti Indonesia, sirosis umumnya disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B dan C. Selain itu sirosis juga bisa disebabkan oleh penyakit perlemakan hati non alkoholik, konsumsi alkohol yang berlebihan, dan penyakit autoimun.

·         Infeksi virus hepatitis B.

Hepatitis B adalah virus yang menyebar melalui darah yang terkontaminasi. Selain itu virus ini juga menyebar lewat cairan tubuh lain seperti air liur, air mani, dan cairan vagina. Sebagian pengidap hepatitis B menderita gejala yang sama dengan yang diidap penderita kanker hati dan berisiko mengalami luka parut yang meluas pada organ hati. Luka parut adalah jaringan hati yang terbentuk ketika jaringan yang normal dan lunak menjalani proses luka.

Faktor etnis diduga berpengaruh pada potensi risiko pengidap infeksi hepatitis B berkembang menjadi kanker hati. Orang Asia yang terinfeksi hepatitis B memiliki risiko lebih tinggi di atas rata-rata terkena kanker hati, terlepas dari entah mereka juga menderita sirosis hati atau tidak. Lain halnya dengan penderita hepatitis B beretnis lain, risiko mereka untuk terkena kanker hati hanya naik jika mereka juga menderita sirosis atau penyakit hati yang lain seperti hepatitis C. Kombinasi merokok dan mengidap hepatitis B membuat risiko terkena kanker hati menjadi lebih tinggi.

·         Infeksi hepatitis C.

Dalam jangka panjang, pengidap hepatitis C dapat mengalami peradangan dan  kerusakan pada hati. Jika Anda adalah pengidap hepatitis C, jauhkan diri Anda dari rokok. Pengidap hepatitis C yang merokok lebih berisiko terkena kanker hati di kemudian hari.

Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat hepatitis C tertinggi di Asia Tenggara. Salah satu metode penyebaran hepatitis C di Indonesia adalah penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi.

·         Penyakit perlemkana hati non alkoholik.

Penyebab pasti penyakit perlemakan hati non alkoholik (non-alcoholic fatty liver disease) masih belum bisa dijelaskan dengan pasti. Namun penyakit ini kerap diasosiasikan dengan obesitas dan diabetes tipe 2.

Perlemakan hati non-alkoholik merupakan kondisi yang umum dan tidak menyebabkan gejala yang jelas pada kebanyakan penderitanya. Lemak yang menumpuk dalam jaringan hati menyebabkan terjadinya penyakit ini.

Namun pada beberapa orang, penumpukan lemak dalam kadar tinggi dapat menyebabkan peradangan hati. Lama kelamaan peradangan ini akan menimbulkan jaringan parut pada hati.

·         Akibat buruk minuman keras.

Lain dari organ tubuh lainnya, hati merupakan suatu organ dengan ketahanan yang kuat. Hal ini disebabkan karena sel-sel hati mampu beregenerasi setelah mengalami cedera.

Setiap kali Anda mengonsumsi minuman keras, organ yang kuat dan lunak ini akan menyaring zat berbahaya dalam alkohol dari darah Anda. Penyaringan ini membuat beberapa sel hati akan mati.

Sel hati memang mampu beregenerasi membuat sel baru. Namun betapa kuatnya pun organ ini, konsumsi minuman keras yang berlebihan dan dalam jangka panjang dapat merusak hati secara permanen. Jika Anda terus menerus mengonsumsi minuman keras berlebihan selama bertahun-tahun, hati Anda akan kehilangan kemampuan untuk beregenerasi.

·         Faktor dan resiko lain.

Kanker hati juga dipicu oleh beberapa faktor lain berikut ini:

a.       Hepatitis autoimun.

Kondisi genetik yang jarang terjadi ini  muncul saat sistem imun atau ketahanan alami tubuh yang biasanya melawan infeksi justru menyerang sel-sel hati yang sehat. Risiko pengidap hepatitis autoimun terhadap kanker hati lebih kecil dibandingkan penderita sirosis atau gangguan hati lain.

b.      Sirosis biler prime.

Penyebab dasar sirosis bilier primer masih belum diketahui dengan pasti. Penyakit ini menyerang saluran empedu, yaitu jaringan pipa yang berfungsi mengalirkan empedu ke sistem pencernaan. Kerusakan saluran empedu kemudian menimbulkan penumpukan empedu di dalam hati. Penumpukan ini merusak organ tersebut dan menyebabkan sirosis. Sekitar 5% pengidap sirosis saluran empedu stadium lanjut diperkirakan akan menderita kanker hati di masa yang akan datang.

c.       Hemokromatosis.

Sekitar sepuluh persen pengidap sirosis akibat hemokromatosis menderita kanker hati. Hemokromatosis adalah kondisi genetis saat tubuh menyimpan terlalu banyak zat besi yang diserap dari makanan. Zat besi yang menumpuk akhirnya mencapai kadar yang meracuni dan merusak organ hati.

Diagnosis Kanker Hati

Orang-orang yang lebih berisiko mengidap kanker hati perlu menjalani pemeriksaan secara berkala. Sampaikan gejala-gejala yang Anda rasakan dan kapan Anda mulai merasakannya pada dokter. Jika dirasa membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut, dokter akan merujuk Anda kepada seorang dokter spesialis.

Sejumlah pemeriksaan penunjang mungkin diperlukan, salah satunya untuk memastikan apakah benar terdapat sel kanker di dalam organ hati serta apakah sel kanker tersebut berasal dari organ tubuh lain (kanker hati sekunder) atau kanker hati primer. Selain itu pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar gumpalan kanker di hati dan seberapa besar area penyebarannya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui pada stadium berapa pasien berada. Dengan demikian dokter akan mendapatkan gambaran mengenai kondisi dan fungsi organ hati, pengaruhnya pada kesehatan pasien, serta untuk memutuskan penanganan yang tepat.

Umumnya, penderita kanker hati akan menjalani pemeriksaan sebagai berikut:

·         Pemantauan untuk deteksi kanker hati secara intensif.

Jika  Anda termasuk kelompok orang yang berisiko tinggi mengidap kanker hati seperti penderita sirosis, disarankan untuk melakukan pemeriksaan berkala setiap enam bulan sekali.

Pemeriksaan biasanya melalui dua tahap, yaitu tes darah dan ultrasonografi (USG). Tes darah berfungsi untuk mendeteksi ada atau tidak adanya protein di dalam darah yang disebut alfa fitoprotein (AFP). Lebih dari setengah penderita kanker hati primer memproduksi protein ini dalam darah mereka. Selain itu, ultrasonografi atau USG dilakukan untuk mengetahui kelainan pada organ hati.

·         Pemeriksaan penunjang lebih lanjut.

Selain USG dan deteksi AFP melalui tes darah, dokter dapat menggunakan berbagai pemeriksaan penunjang lainnya untuk diagnosis kanker hati, yaitu:

a.       MRI (Magnetic Resonance Imaging). Pengambilan tampilan organ hati Anda menggunakan medan magnet dan gelombang radio.

b.      CT scan. Organ hati Anda akan difoto dengan sinar X khusus.

c.       Biopsi. Contoh jaringan hati Anda akan diambil dengan sebuah jarum. Contoh ini kemudian akan diuji di laboratorium untuk mendeteksi sel-sel bersifat kanker.

d.      Laparoskopi. Dijalankan dengan membuat sebuah goresan kecil pada perut sehingga sebuah kamera fleksibel bernama endoskopi dapat dimasukkan untuk memeriksa hati Anda. Tes dijalankan dengan pembiusan total.

Meski demikian, Anda mungkin tidak perlu menggunakan semua jenis tes untuk memastikan diagnosis tersebut.

·         Perkembangan kanker hati.

Sistem peringkat Barcelona Clinic Liver Cancer (BCLC) membagi lima tahap perkembangan kanker hati sebagai berikut:

a.       Stadium O.

Pasien masih dalam kondisi sehat serta hatinya berfungsi dengan baik, namun terdapat tumor berdiameter kurang dari 2 cm.

b.      Stadium A.

Pasien dalam kondisi sehat dan hatinya berfungsi normal. Tapi telah tumbuh sebuah tumor berdiameter kurang dari 5 cm, atau terdapat tiga tumor atau lebih dengan diameter kurang dari 3 cm.

c.       Stadium B.

Terdapat beberapa tumor dalam hati, namun belum berpengaruh pada fungsi hatinya.

d.      Stadium C.

Kanker telah mulai menyebar ke dalam pembuluh darah, ke dalam nodus getah bening sekitarnya atau bagian tubuh yang lain. Tubuh sang pengidap tidak begitu sehat dan fungsi hatinya tidak bekerja dengan begitu baik.

e.      Stadium D.

Pengidap mulai menunjukkan gejala tahap akhir penyakit hati, seperti penumpukan cairan dalam perut. Hati telah kehilangan sebagian besar kemampuan fungsionalnya.

Pengobatan Kanker Hati

Pengidap kanker hati akan ditangani dengan jenis pengobatan yang sesuai dengan stadium kanker masing-masing. Terdapat tiga cara utama yang dapat dilakukan untuk menangani kanker hati:

·         Reseksi (operasi).

Mengambil bagian organ hati yang terkena kanker.

·         Transplantasi hati.

Operasi untuk mengganti organ dengan hati yang baru.

·         Radiofrequency ablation / RFA (pengangkatan dengan frekuensi radio).

Menggunakan panas untuk membunuh sel-sel bersifat kanker.

Transplantasi dapat dilakukan menggunakan organ dari orang yang sudah meninggal maupun pendonor yang masih hidup. Masing-masing cara memiliki kelebihan dan kekurangan.
Transplantasi dari orang yang meninggal akan menghadapi kondisi sebagai berikut:

·         Dapat memakan waktu cukup lama untuk menunggu donor yang cocok.

·         Hasilnya lebih baik dibanding dari pendonor yang masih hidup.

Sedangkan transplantasi dari pendonor yang masih hidup akan dihadapi pada kondisi berikut:

·         Tidak perlu menunggu terlalu lama.

·         Tingkat komplikasi prosedur yang lebih tinggi.

·         Hasilnya cenderung tidak sebaik jika menggunakan hati dari seseorang yang sudah meninggal.

Selain itu, transplantasi hati hanya tepat dilakukan untuk kasus tertentu. Prosedur ini biasanya cocok jika tumor berdiameter kurang dari 5 cm. Namun  tidak akan bermanfaat jika Anda mengidap beberapa tumoratau satu tumor yang berdiameter lebih dari 5 cm.

Transplantasi hati dapat direkomendasikan untuk pengidap dengan tiga atau beberapa tumor dengan diameter kurang dari 3 cm. Prosedur ini juga direkomendasikan pada pengidap tumor yang sangat tidak responsif terhadap pengobatan hingga tidak menunjukkan tanda-tanda perkembangan tumor hingga enam bulan kemudian.

Pencegahan Kanker Hati

Pertumbuhan kanker hati dapat dicegah. Kunci utamanya adalah dengan gaya hidup sehat dan disiplin dalam menjaga kesehatan. Langkah-langkah pencegahan kanker hati meliputi:

·         Menghindari diri dari faktor-faktor risiko kanker hati seperti hepatitis C dan Hepatitis B. 

·          Pola makan sehat.

·         Menghindari diri dari obesitas  dengan olahraga teratur.

·         Membatasi konsumsi minuman keras.

·         Lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin terutama deteksi dini atau skrining kanker hati. Khususnya pada penderita hepatitis B atau C, sirosis hati, primary biliary sirosis, dan orang yang memiliki sejarah kanker hati atau penyakit hati lainnya dalam keluarga.

Anda dapat menghindarkan risiko hepatitis B dengan vaksin. Di Indonesia, vaksin hepatitis B ini telah menjadi bagian imunisasi yang wajib diambil saat bayi lahir dan pada usia dua, empat, dan enam bulan. Walau demikian, orang dewasa pada umur berapa pun boleh menerima vaksin ini.

Vaksin hepatitis B juga direkomendasikan untuk kelompok orang berisiko tinggi sebagai berikut:

·         Pengidap gagal ginjal kronis dan penyakit hati kronis.

·         Orang yang sering berganti pasangan seksual.

·         Petugas medis dan pasien pengguna obat-obatan suntik.

·         Keluarga dekat dari pengidap hepatitis B kronis.

·         Orang yang menerima donor darah secara berkala.

·         Narapidana dan petugas lembaga pemasyarakatan.

Virus hepatitis C seringnya tertular melalui darah orang yang terinfeksi ke yang lain. Hal ini menyebabkan umumnya hepatitis C terjadi di antara para pemakai narkotika, terutama mereka yang berbagi alat pemakaian obat seperti jarum dengan sembarangan. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan risiko:

·         Menghindari penggunaan barang pribadi bersama-sama. Hindari pertukaran benda yang terkontaminasi darah orang lain seperti anting-anting, alat cukur atau sikat gigi.

·         Disarankan untuk menggunakan alat kontrasepsi kondom saat berhubungan seks, karena hepatitis C juga bisa menular melalui cairan tubuh lainnya seperti air mani.

Akan lebih baik jika Anda lebih berwaspada dengan mengasumsikan bahwa siapa pun mungkin telah terinfeksi hepatitis C. Banyak penderita hepatitis C sendiri tidak menyadari bahwa dirinya terjangkit penyakit tersebut, sehingga mereka tidak menjaga diri. Ini dapat disebabkan karena hepatitis C dapat muncul tanpa diiringi gejala berarti dalam bertahun-tahun.

Jika Anda mengonsumsi minuman keras, sebaiknya jangan melebihi batas konsumsi per hari. Konsumsi alkohol adalah 3-4 unit sehari untuk pria dan 2-3 unit sehari untuk wanita. Satu unit alkohol kira-kira setara  dengan 284 ml bir ringan dengan kadar normal-kuat, setengah gelas anggur (87.5 ml), atau 25 ml minuman mengandung etanol tinggi yang dihasilkan dari fermentasi (spirit). Meski begitu, keputusan untuk berhenti mengonsumsi minuman keras adalah langkah yang disarankan paling efektif dalam mengurangi risiko berkembangnya kanker hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar