Sabtu, 09 Desember 2017

HERNIA NUKLEUS PULPOSUS



Pengertian Hernia Nukleus Pulposus

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah kondisi ketika bantalan atau cakram di antara vertebrata (tulang belakang) keluar dari posisi semula dan menjepit saraf yang berada di belakangnya. Kondisi ini juga disebut dengan istilah “saraf terjepit”.

Hernia Nukleus Pulposus umumnya menyerang bagian keempat atau kelima vertebra lumbal (di punggung bawah) atau vertebra serviks (di leher), khususnya pada penderita dewasa yang sudah memasuki umur senja.

Penyebab Hernia Nukleus Pulposus

Di antara ruas tulang belakang terdapat bantalan, dengan bagian tengah yang kenyal seperti jelly dan lapisan luar berupa selubung yang kuat. Seiring bertambahnya usia atau akibat cedera, dapat terjadi penurunan kekuatan dan elastisitas dari bantalan ini, sehingga bagian dalam dari bantalan dapat menonjol keluar dan menekan saraf. Kondisi tersebut mengakibatkan penderita mengalami rasa nyeri hingga penurunan kemampuan gerak fisik.

Selain faktor umur dan cedera, adapun beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena hernia nukleus pulposus, seperti:

·         Genetika.

Kondisi yang diturunkan dari salah satu anggota keluarga yang memiliki riwayat Hernia Nukleus Pulposus.

·         Obesitas.

Penekanan pada tulang punggung dikarenakan berat tubuh berlebih.

·         Merokok.

Asap rokok dapat menurunkan kadar oksigen pada cakram dan meningkatkan risiko pengikisan pada tulang punggung.

·         Mengangkat beban berat.

Seseorang yang sering mengangkat atau mendorong beban berat secara berulang dengan postur tubuh yang salah, berpotensi mengalami Hernia Nukleus Pulposus.

Gejala Hernia Nukleus Pulposus

Tidak semua penderita Hernia Nukleus Pulposus merasakan gejala tertentu dan hanya mengetahuinya saat melakukan tes pemindaian. Akan tetapi, sebagian besar penderita biasanya mengalami gejala, yang berupa:

·         Nyeri pada kaki atau bahu, dengan intensitas yang dapat meningkat saat batuk, bersin, atau bergerak dalam posisi tertentu.

·         Melemahnya fungsi otot sehingga menurunkan kemampuan penderita dalam bergerak, membungkuk, atau memindahkan barang.

·         Beberapa titik anggota tubuh mengalami sensasi kesemutan atau kaku. Biasanya di sekitar punggung, bahu, tangan, tungkai, dan kaki.

Gejala-gejala tersebut terkadang dirasakan juga oleh penderita nyeri punggung ringan akibat keseleo atau terpelintir. Dianjurkan untuk menemui dokter apabila seseorang merasakan gejala di atas agar bisa diketahui penyebabnya.

Diagnosis Hernia Nukleus Pulposus

Mengingat terdapat beberapa potensi penyakit lainnya yang memiliki gejala serupa dengan hernia nukleus pulposus, dokter akan mengevaluasi gejala, melakukan tes fisik (termasuk mengukur kemampuan berjalan, kekuatan otot, refleks, dan kemampuan sensorik), serta serangkaian tes lanjutan untuk memeriksa kondisi tulang dan saraf. Di antaranya adalah:

·         Pemindaian.

Seperti CT scan (untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi kolom tulang belakang dan struktur di sekitarnya), MRI (untuk memastikan di mana lokasi terjadinya HNP dan saraf mana yang ikut terpengaruhi), mielogram (untuk melihat adanya tekanan pada saraf tulang belakang dan saraf lainnya), serta foto Rontgen (untuk memastikan bahwa gejala yang dialami pasien bukan disebabkan oleh patah tulang, tumor, atau infeksi).

·         Tes darah.

Untuk memeriksa jika terdapat peradangan atau infeksi.

·         Pemeriksaan saraf.

Tes ini bertujuan untuk melihat lokasi terjadinya kerusakan saraf secara akurat. Metode yang biasanya dipakai adalah pemeriksaan konduksi saraf dan elektromiogram (EMG). 

Pengobatan Hernia Nukleus Pulposus

Pengobatan Hernia Nukleus Pulposus akan disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala yang dialami oleh penderita. Beberapa cara yang biasanya disarankan dokter adalah melalui obat-obatan, terapi, atau operasi.

·         Obat-obatan.

Berikut ini adalah beberapa jenis obat-obatan yang mungkin disarankan dokter:

a.       Obat pereda nyeri.

Jika kondisi yang dialami pasien termasuk ringan, obat pereda nyeri seperti ibuprofen, paracetamol, dan naproxen bisa digunakan. Walau obat-obatan ini dijual bebas, penderita disarankan untuk berkonsultasi lebih dahulu dengan dokter agar dosis dapat disesuaikan.

b.      Obat opioid.

Jika pasien mengalami nyeri hebat atau nyeri tidak mereda setelah mengonsumsi obat pereda rasa sakit di atas, obat golongan opioid, seperti codein atau kombinasi oxycodone-paracetamol dapat diberikan. Namun obat jenis ini hanya dapat dikonsumsi dalam jangka waktu pendek.

c.       Obat penenang otot.

Obat ini akan diresepkan bagi pasien yang mengalami kejang otot.

d.      Obat antikonvulsan.

Walaupun obat ini umumnya digunakan untuk mengontrol kejang, antikonvulsan juga dapat digunakan sebagai pereda nyeri saraf yang terjepit.

e.      Suntikan kortikosteroid.

Suntikan antiinflamasi streoid umumnya diberikan secara langsung di titik saraf yang bermasalah.

f.        Obat kortikosteroid oral.

Dalam kasus tertentu, dokter dapat memberikan obat kortikosteriod oral, seperti prednisone atau methylprednisolone, untuk meredakan peradangan dan pembengkakan.

·         Terapi.

Secara umum, Hernia Nukleus Pulposus dapat membaik dalam hitungan hari atau minggu. Namun, jika gejala yang dialami pasien tidak kunjung reda, saran untuk melakukan terapi fisik, seperti olahraga peregangan otot dan latihan posisi tubuh tertentu, akan diberikan. Terdapat juga beberapa jenis olahraga ringan yang dapat dilakukan di rumah, seperti jalan santai dan yoga. Atau terapi lainnya, seperti akupunktur, pijat, dan perawatan chiropratic.

·         Operasi.

Hanya sebagian kecil kasus hernia nukleus pulposus memerlukan tindakan operasi untuk pemulihan. Dokter biasanya akan menyarankan penderita melakukan tindakan operasi jika:

a.       Gejala tidak mereda setelah 6 minggu pengobatan.

b.      Otot melemah dan kaku.

c.       Kesulitan berdiri atau berjalan.

d.      Tidak dapat mengontrol kemih.

Tindakan operasi yang dilakukan adalah disektomi, yaitu pemotongan dan pengangkatan sebagian atau seluruh bantalan yang menjepit saraf. Apabila dilakukan pengangkatan bantalan secara keseluruhan, maka tulang belakang dapat disangga dengan pemasangan logam atau pemasangan cakram buatan sebagai pengganti bantalan.

Walaupun operasi menjadi pilihan terbaik untuk pemulihan, perlu diingat bahwa pasien masih perlu menjaga kondisi dan mengubah pola aktivitas untuk menghindari efek samping atau komplikasi pasca operasi. Untuk mengoptimalkan pemulihan, dokter biasanya akan merekomendasikan program terapi dan rehabilitasi.

Penderita juga dapat meredakan gejala Hernia Nukleus Pulposus di rumah jika kondisi tidak parah, seperti:

a.       Mengompres dengan air es untuk meredakan rasa nyeri dan peradangan, dilanjutkan dengan kompres air hangat untuk memberi rasa nyaman.

b.      Menghindari beristirahat terlalu lama, karena justru dapat mengakibatkan otot dan sendi menjadi kaku dan lemah. Disarankan untuk melakukan jalan santai atau melakukan pekerjaan ringan, sambil dibarengi waktu istirahat yang cukup agar mempercepat proses pemulihan. Hindari aktivitas yang berat karena berpotensi memperburuk gejala.

Komplikasi Hernia Nukleus Pulposus

Walau jarang, Hernia Nukleus Pulposus dapat menekan cauda equina yang terletak di punggung bawah dan mengakibatkan komplikasi yang serius, seperti:

·         Disfungsi pengeluaran cairan dari kandung kemih.

Dimana penderita akan kesulitan mengeluarkan urine atau tinja, hingga kemandulan secara seksual.

·         Menurunnya kemampuan beraktivitas.

Dikarenakan kondisi ini dapat memperburuk gejala, seperti nyeri hebat, otot melemah, atau kaku.

·         Anestesi sadel.

Dimana penderita kehilangan kemampuan merasa atau sensasi di titik seperti paha bagian dalam, tungkai belakang, dan di sekitar dubur.

Pencegahan Hernia Nukleus Pulposus

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) dapat dicegah melalui langkah-langkah berikut ini:

·         Berolahraga secara teratur.

Pilihlah jenis olahraga yang dapat menguatkan otot, sendi dan tulang, khususnya tulang belakang.

·         Menjaga postur tubuh.

Pastikan Anda duduk dengan postur yang tegak dan menompang beban berat menggunakan kaki, bukan punggung. Hal ini dilakukan untuk menjaga postur alami punggung dan mencegah penekanan pada tulang punggung.

·         Hindari merokok.

Zat nikotin yang terkandung dalam rokok dapat melemahkan jaringan bantalan atau cakram tulang punggung.

·         Menjaga berat badan ideal.

Obesitas dapat membebani tulang punggung untuk jangka waktu yang lama, dan mengakibatkan pengikisan tulang yang lebih cepat.

·         Hindari cedera.

Sesuaikan aktivitas dengan kekuatan tubuh Anda, dan hindari pergerakan mendadak yang dapat mengakibatkan cedera pada tulang punggung atau sekitarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar