Pengertian Gangguan Dismorfik Tubuh
Salah satu gejala dari seorang penderita gangguan dismorfik tubuh adalah obsesinya kepada citra dan penampilan tubuh sehingga hampir setiap saat memeriksa keadaan dirinya di depan kaca.
Penderita gangguan dismorfik tubuh akan terus mencari prosedur kosmetik yang bisa memperbaiki kekurangannya, namun selalu merasa tidak puas dengan hasilnya. Wajah dan ukuran payudara adalah beberapa bagian tubuh yang paling umum diperhatikan dan dapat berganti ke bagian tubuh lain seiring waktu.
Gangguan ini bisa dialami oleh laki-laki atau perempuan, dan biasanya muncul di tahun-tahun awal usia remaja (usia 13-16 tahun) dan dewasa muda. Penanganan untuk gangguan dismorfik tubuh ini meliputi terapi perilaku kognitif dan pemberian obat-obatan.
Penyebab Gangguan Dismorfik Tubuh
Seperti kebanyakan gangguan mental lainnya, penyebab
gangguan dismorfik tubuh juga tidak diketahui dengan pasti. Kondisi ini bisa
merupakan kombinasi dari beberapa penyebab dan juga faktor risiko berikut:
·
Memiliki anggota keluarga yang mempunyai
kondisi yang sama atau gangguan obsesif kompulsif.
·
Kelainan struktur atau senyawa-senyawa
kimia di otak.
·
Pernah melalui pengalaman hidup yang
meninggalkan kesan jelek, misalnya sering digoda mengenai citra tubuh ketika kecil,
mendapat perilaku buruk mengenai bentuk tubuh, atau sering diabaikan akibat
ukuran tubuh.
·
Tekanan sosial yang berasal dari
lingkungan tempat tinggal, misalnya yang memiliki ekspektasi tinggi akan
kecantikan.
·
Karakter atau kepribadian tertentu,
misalnya seorang yang perfeksionis.
·
Memiliki gangguan psikiatrik, seperti
depresi atau kecemasan.
Gangguan dismorfik tubuh juga umum dialami oleh
seorang yang menderita fobia sosial dan gangguan makan seperti anoreksia dan
bulimia.
Gejala Gangguan Dismorfik Tubuh
Gejala khas seorang penderita
gangguan dismorfik tubuh adalah pola pikir yang menyatakan bahwa penampilannya
tidak sempurna, walaupun orang lain tidak menemukan kecacatan apapun pada orang
tersebut. Pola pikir ini bersifat menetap dan seringkali menjadi suatu
kepercayaan yang diyakini oleh penderita sehingga sulit bagi orang lain untuk
meyakinkan yang sebaliknya.
Selain itu, penderita bisa terobsesi
dengan pikiran bahwa postur tubuhnya terlalu kecil atau salah satu bagian
tubuhnya benar-benar jelek. Ini biasanya dialami oleh penderita pria.
Sekitar 40 persen penderita gangguan dismorfik tubuh memikirkan
ketidaksukaan mereka terhadap bagian tubuhnya sebanyak 3-8 jam per hari.
Sementara 25 persen memikirkannya sebanyak lebih dari 8 jam per hari.
Beberapa anggota tubuh berikut
adalah yang paling sering memengaruhi pandangan penderita:
·
Kulit dan penampakan pembuluh darah atau
nadi.
·
Rambut, misalnya tipis atau kebotakan
(paling sering dialami oleh penderita pria).
·
Wajah, misalnya bentuk hidung, kerutan,
jerawat, noda, dan corak kulit.
·
Ukuran dan bentuk otot.
·
Ukuran payudara.
·
Alat kelamin.
Berikut adalah beberapa gejala gangguan dismorfik
tubuh lain yang umum ditemui:
·
Menganggap orang lain selalu
memperhatikan, mengejek, atau memandang negatif penampilan dirinya.
·
Melakukan suatu kegiatan secara
berulang-ulang untuk memastikan kekurangan tubuhnya ini tidak terlihat oleh
orang lain, seperti selalu melihat cermin, berdandan, atau mencubit kulit.
Namun ada juga penderita yang menjadi tertekan jika melihat cermin sehingga
mereka cenderung menghindarinya.
·
Selalu mencoba untuk menyembunyikan
kekurangan dirinya dengan gaya pakaian atau riasan wajah.
·
Selalu mencari namun tidak puas dengan
hasil prosedur kosmetik yang dijalankan.
·
Menghindari situasi sosial.
·
Selalu membutuhkan opini orang lain yang
menyatakan bahwa penampilannya baik-baik saja.
·
Selalu membandingkan penampilan diri
dengan orang lain.
·
Memiliki kecenderungan perfeksionis
terhadap sesuatu.
·
Melakukan diet atau olahraga yang
berlebihan.
·
Menjadi sangat terobsesi dengan
penampilan hingga memengaruhi atau menimbulkan masalah pada kehidupan sosial,
sekolah, pekerjaan, hubungan, dan area lain dalam kehidupan.
Walau berbeda dengan gangguan obsesif kompulsif (OCD),
namun penderita gangguan dismorfik tubuh juga memiliki perilaku yang
sama dengan penderita OCD, yaitu melakukan suatu tindakan secara
berulang-ulang, misalnya bercermin. Inilah sebabnya penderita juga akan
melalui pengobatan yang berhubungan dengan perilaku tersebut.
Diagnosis Gangguan Dismorfik Tubuh
Diagnosis gangguan dismorfik tubuh dapat ditegakkan
melalui anamnesa penyakit dan evaluasi psikiatri. Dokter kemudian akan merujuk
penderita kepada seseorang ahli kesehatan mental (psikiater) untuk mendapat
pengamatan dan penanganan lebih lanjut. Beberapa evaluasi yang mungkin
dilakukan antara lain:
·
Riwayat medis penderita, keluarga, dan
keadaan sosial di lingkungan sekitarnya.
·
Pengamatan psikologis yang akan menilai
beberapa faktor risiko, isi pikiran, perasaan, dan perilaku penderita yang berkaitan
dengan buruknya citra diri.
·
Gejala gangguan dismorfik tubuh yang
tercantum pada panduan diagnosis dan statistik ganggual mental (Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorders/DSM-5) yang diterbitkan oleh
Asosiasi Psikiatri Amerika (American Psychiatric Assosiation).
Jika Anda merasa mengalami gejala-gejala yang telah
disebutkan di atas namun masih kurang yakin, Anda bisa membuat catatan mengenai
beberapa hal yang berkaitan dengan gejala tersebut sebelum berkonsultasi dengan
dokter. Misalnya, Berapa jam dalam sehari Anda memikirkan tentang penampilan
Anda, apakah yang membuat Anda cemas dari penampilan Anda, Bagaimana efeknya
bagi kehidupan Anda, dan apakan itu mengganggu kehidupan sosial.
Pengobatan Gangguan Dismorfik Tubuh
Penanganan gangguan dismorfik tubuh
terdiri dari terapi perilaku kognitif dan pemberian obat-obatan, serta
kombinasi dari keduanya. Pada beberapa kasus, penderita gangguan dismorfik
tubuh yang parah mungkin memerlukan perawatan psikiatri di rumah sakit,
misalnya pada penderita yang tidak mampu menjalankan aktivitas sehari-hari.
Penderita yang berpotensi menyakiti dirinya sendiri juga termasuk ke dalam
kategori ini.
Berikut adalah penjabaran singkat
untuk metode pengobatan dan terapi perilaku kognitif bagi penderita.
·
Pemberian obat yang akan menghabat
penyerapan senyawa serotonin atau selective serotonin reuptake inhibitor /
SSRIs.
Obat
ini digunakan juga untuk mengobati gangguan mental lain, dan pada kasus ini
berfungsi mengendalikan perilaku yang berulang dan perilaku obsesif penderita.
Anda mungkin harus mengonsumsi obat ini setiap hari selama 12 minggu hingga 12
bulan, disesuaikan dengan kondisi dan respons penderita terhadap pengobatan.
Beberapa efek samping yang umumnya muncul adalah sakit kepala dan mual. Selain
SSRIs, obat tambahan lain yang mungkin diberikan oleh dokter adalah clomipramine.
·
Terapi perilaku
kognitif.
Terapi
ini akan membantu penderita dalam beberapa hal berikut, yaitu:
a. Membantu
penderita untuk mengenali pikiran buruk atau negatif, reaksi emosional, dan
perilaku yang bisa menjadi permasalahan.
b. Membantu
penderita mengenali cara menangani atau mengurangi keinginan untuk melihat
cermin maupun mendapatkan penghiburan akan penampilannya.
c. Membantu
penderita mempelajari perilaku lain yang bisa meningkatkan kesehatan mentalnya.
d. Membimbing
penderita yang secara otomatis berpikiran negatif tentang dirinya untuk belajar
cara berpikir yang lebih realistis dan fleksibel.
Komplikasi Gangguan Dismorfik Tubuh
Jika tidak ditangani dengan baik,
gangguan dismorfik tubuh cenderung akan memburuk seiring berjalannya waktu dan
dapat berujung pada depresi atau kecemasan, bahkan pemikiran atau perilaku
bunuh diri.
Selain beberapa komplikasi di atas,
dapat juga memicu beberapa kondisi berikut:
·
Gangguan pada kulit akibat kebiasaan
menyubit kulit.
·
Gangguan makan.
·
Gangguan obsesif kompulsif.
·
Penyalahgunaan zat terlarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar