Pengertian
Koma
Koma adalah situasi darurat medis ketika seseorang mengalami
keadaan tidak sadar dalam jangka waktu tertentu. Ketidaksadaran ini disebabkan
oleh menurunnya aktivitas di dalam otak yang dipicu oleh beberapa kondisi
seperti cedera otak parah, keracunan alkohol, atau infeksi otak (ensefalitis).
Selain tidak menyadari keadaan sekitar, orang yang mengalami
koma umumnya juga tidak dapat merespons suara atau rasa sakit. Refleks dasar
tubuh (seperti batuk dan menelan) pada pasien koma pun akan sangat berkurang.
Sebagian besar pasien mampu bernapas spontan, namun beberapa di antaranya
membutuhkan alat bantu pernapasan.
Tingkat kesadaran penderita koma tergantung dari seberapa
besar bagian otak yang masih berfungsi, dan keadaan ini biasanya berubah
seiring waktu. Ketika berangsur sadar, penderita akan mulai merasakan
sakit, mulai menyadari keadaan di sekitar, dan akhirnya mampu berkomunikasi.
Peluang sembuh dari koma sangat tergantung dari penyebab koma itu sendiri.
Namun orang yang koma selama hitungan bulan hingga tahun memiliki peluang yang
sangat kecil untuk bertahan hidup.
Penyebab
Koma
Berikut ini adalah beberapa kondisi yang dapat menyebabkan
koma, di antaranya:
·
Stroke.
·
Cedera berat kepala.
·
Diabetes.
·
Infeksi pada otak, misalnya meningitis dan
ensefalitis.
·
Keracunan, misalnya akibat karbon monoksida.
·
Overdosis alkohol dan/atau.
·
Kekurangan oksigen.
·
Kejang.
·
Tumor pada otak .
·
Kegagalan organ hati (koma hepatikum).
Diagnosis
Koma
Pemeriksaan fisik akan dilakukan dokter sebagai langkah awal
mendiagnosis koma, misalnya:
·
Memeriksa ukuran pupil mata.
·
Memeriksa refleks dan gerakan, misalnya gerakan
pada mata atau suara-suara yang mungkin dikeluarkan oleh penderita.
·
Memeriksa adanya tanda-tanda cedera pada kepala.
·
Memeriksa pola napas penderita.
·
Memeriksa reaksi penderita terhadap rasa sakit.
Sebelum pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui penyebab
koma, dokter biasanya akan meminta keterangan pada keluarga, teman-teman, atau
orang-orang terdekat dari penderita yang mengetahui kondisinya sebelum
mengalami koma. Beberapa hal yang akan ditanyakan dokter di antaranya:
·
Riwayat kesehatan pasien, misalnya apakah dia pernah
mengidap stroke.
·
Tanda-tanda kehilangan kesadaran yang terlihat
dan bagaimana penderita kehilangan kesadaran, misalnya apakah secara perlahan
atau tiba-tiba.
·
Gejala-gejala sebelum penderita mengalami koma,
misalnya sakit kepala, kejang atau muntah-muntah.
·
Penggunaan obat-obatan sebelum koma.
·
Perilaku penderita sebelum mengalami koma.
Untuk lebih memastikan penyebab koma sekaligus membantu
dokter menemukan pengobatan yang tepat, pemeriksaan lebih detail mungkin
diperlukan, misalnya:
·
Pemeriksaan darah.
Kadar hormon tiroid, glukosa, maupun elektrolit pasien akan diperiksa.
Tujuannya adalah untuk mengetahui adanya pemicu koma, misalnya overdosis
alkohol atau obat-obatan, keracunan karbon dioksida, dan gangguan organ hati.
·
Elektroensefalograf atau EEG.
Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mengukur aktivitas elektrik dalam
otak ini bertujuan untuk mengetahui apakah koma dipicu oleh kejang.
·
MRI dan CT scan.
Melalui pemindaian ini, gambaran kondisi otak bisa dilihat secara jelas
oleh dokter, baik struktur otak dan batang otak. Di sini dokter bisa melihat
apakah koma disebabkan oleh tumor, stroke, atau pun perdarahan di dalam otak.
Pemindaian CT scan menggunakan radiasi gelombang
elektromagnetik, sedangkan MRI menggunakan
gelombang kuat radio dan magnet.
·
Pungsi lumbal.
Tujuan
pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui adanya infeksi pada sistem saraf.
Tingkat Koma
Tingkat kesadaran orang yang mengalami koma dapat ditentukan
melalui sebuah penilaian yang disebut skala koma glasgow (GCS). Ada tiga hal
yang diukur dalam skala ini. Tiap hal memiliki poin-poin yang nantinya akan
dijumlahkan. Hasil penjumlahan inilah yang kemudian dipakai untuk menentukan
tingkat kesadaran seseorang saat mengalami koma.
·
Pembukaan mata.
Dalam kategori ini, poin 0 berarti pasien tidak merespons dan tidak mampu
membuka mata secara spontan. Poin 4 sebagai yang tertinggi diartikan bahwa
pasien dapat membuka mata secara spontan.
·
Respon verbal terhadap perintah.
Dalam kategori ini, poin 0 diartikan bahwa pasien tidak merespons. Poin 5
sebagai poin tertinggi diartikan bahwa pasien sadar dan bisa berbicara.
·
Respons gerakan terhadap perintah.
Poin
0 diartikan sebagai tidak adanya respons. Poin 6 sebagai yang tertinggi artinya
pasien patuh terhadap perintah.
Pengobatan
Koma
Pengobatan koma tergantung dari penyebab koma itu sendiri.
Misalnya, dokter akan memberikan obat pengendali kejang jika koma disebabkan
oleh kejang. Dokter juga akan memberikan antibiotik jika koma terjadi akibat
infeksi pada otak. Glukosa juga bisa diberikan untuk mengatasi syok diabetikum.
Selain pengobaan di atas, operasi juga bisa dilakukan untuk
mengurangi pembengkakan di otak. Jika dibutuhkan, alat-alat pendukung, seperti
alat bantu napas atau transfusi darah akan dipasangkan pada penderita
koma.Kesimpulannya, pengobatan koma dapat dilakukan secara tepat jika hasil
diagnosis yang didapat juga akurat. Peluang sadar penderita sangat tergantung
kepada hasil pengobatan dan lamanya jangka waktu koma.
Sebagai contoh, koma yang disebabkan oleh cedera di kepala
dan overdosis obat-obatan memiliki peluang sembuh yang lebih tinggi
dibandingkan dengan koma akibat kekurangan oksigen. Namun jika cedera kepala
yang dialami penderita cukup parah hingga merusak otak, bukan tidak mungkin
penderita akan sulit untuk sadar atau mengalami cacat ketika dia sadar.
Kapan waktu seseorang untuk tersadar dari koma tidak bisa
diprediksi oleh dokter. Namun makin lama koma berlangsung, maka peluang sadar
bagi penderitanya umumnya akan makin tipis, terlebih lagi jika koma berlangsung
lebih dari satu tahun.
Pulih dari
Koma
Pulihnya kesadaran orang yang mengalami koma biasanya tidak
terjadi secara tiba-tiba, melainkan bertahap. Ada sebagian penderita yang dapat
sembuh total dari koma tanpa mengalami cacat sedikit pun. Sebagian lainnya
tersadar, namun dengan fungsi otak atau tubuhnya mengalami penurunan, bahkan kelumpuhan.
Penderita yang mengalami cacat setelah koma harus mendapat
penanganan lebih lanjut melalui beragam terapi oleh para ahli, misalnya
fisioterapi, psikoterapi, dan ahli terapi okupasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar