Pengertian
Konjungtivitis
Konjungtivitis atau mata merah adalah peradangan yang
terjadi pada konjungtiva atau selaput bening yang melapisi bagian depan mata.
Pada saat terjadi peradangan pada pembuluh darah kecil di konjungtiva, bagian
mata yang seharusnya berwarna putih akan terlihat merah atau merah muda.
Peradangan yang terjadi umumnya disebabkan oleh infeksi baik
karena bakteri maupun virus.
Namun, reaksi alergi juga dapat memicu terjadinya
mata merah. Konjungtivitis awalnya bisa jadi hanya menjangkiti satu mata, namun
biasanya setelah beberapa jam akan menjangkiti kedua mata.
Gejala
Konjungtivitis
Gejala konjungtivitis awalnya hanya menjangkiti satu mata,
namun biasanya setelah beberapa jam akan menjangkiti kedua mata. Konjungtivitis
memiliki gejala yang umum terjadi seperti berikut ini:
·
Sering mengeluarkan air mata dan mukus karena
kelenjar yang memproduksi keduanya menjadi terlalu aktif akibat peradangan.
·
Mata menjadi merah karena pembuluh darah kecil
pada konjungtiva melebar setelah mengalami peradangan.
·
Sensitifitas terhadap cahaya bertambah tinggi.
Selain gejala-gejala umum di atas, kojungtivitis juga dapat
menimbulkan beberapa gejala lain, sesuai dengan jenisnya.
·
Konjungtivitis infetif.
Ada beberapa gejala yang biasanya muncul jika mengalami konjungtivitis
infektif, di antaranya:
a.
Kelenjar getah bening yang membesar di depan
telinga.
b.
Mata terasa seperti terbakar.
c.
Bulu mata akan terasa menempel atau lengket
ketika bangun pagi.
d.
Mata terasa seperti berpasir.
·
Konjungtivitis alergi.
Konjungtivitis dapat terjadi akibat alergi dan menyebabkan mata terasa
gatal. Gejala-gejala seperti hidung berair atau tersumbat, serta bersin-bersin
juga dapat terjadi.
Kelopak mata akan terasa perih dan menjadi kering jika Anda menderita
alergi terhadap tetes mata atau biasa disebut dengan contact dermaconjunctivitis.
Selain itu, ada juga konjungtivitis papiler raksasa (giant papillary conjunctivitis/GPC)
yaitu alergi terhadap pemakaian kontak lensa. Gejala yang muncul bisa berupa
bintik kecil di dalam kelopak mata bagian atas dan berkembang secara perlahan.
·
Konjungtivitis iritan.
Kita harus mencurigai konjungtivitis iritan apabila terdapat riwayat
paparan terhadap bahan iritan seperti sampo atau bahan kimia lainnya. Mata
biasanya akan mengeluarkan cairan bening seperti air mata yang tidak lengket.
Soket mata bagian bawah biasanya lebih sering terserang dibandingkan bagian
atas.
Segera temui dokter jika mengalami konjungtivitis papiler raksasa karena
bisa menimbulkan komplikasi yang sangat berbahaya.
Sebagian besar kasus konjungtivitis tidak berbahaya dan tidak perlu
dicemaskan. Meskipun begitu, segera temui dokter jika mengalami gejala mata
yang lebih parah seperti:
a.
Penglihatan terganggu.
b.
Salah satu atau kedua mata berwarna merah pekat.
c.
Mata terasa sakit.
d.
Mengalami fotofobia atau sensitif terhadap
cahaya.
e.
Pusing hebat yang disertai rasa mual atau
muntah.
Penyebab
Konjungtivitis
Penyebab konjungtivitis berbeda-beda, tergantung dari
jenisnya. Hal tersebut akan dijelaskan di bawah ini.
·
Konjungtivitis alergi.
Konjungtivitis alergi terjadi akibat adanya reaksi alergi pada mata
setelah bersentuhan dengan zat alergen. Konjungtivitis alergi masih terbagi
lagi ke dalam tiga tipe, di antaranya:
a.
Contact dermatoconjunctivitis.
Konjungtivitis alergi tipe ini umumnya disebabkan oleh obat tetes mata.
Selain itu, penggunaan riasan wajah dan paparan zat kimia juga bisa menyebabkan
terjadinya kondisi ini.
b.
Konjungtivitis papiler raksasa.
Penyebab terjadinya konjungtivitis papiler raksasa adalah lensa kontak,
bagian mata buatan atau prostesis yang dipasang saat operasi mata, serta
jahitan yang digunakan pada operasi mata. Diperkirakan sekitar satu persen
orang yang menggunakan lensa kontak keras dan tiga persen pengguna lensa kontak
lunak terkena konjungtivitis papiler raksasa.
c.
Konjungtivitis alergi menahun.
Orang-orang yang memiliki alergi lain, seperti asma dan rhinitis alergi,
lebih sering menderita konjungtivitis tipe ini. Konjungtivitis alergi menahun
biasanya disebabkan oleh tungau debu, kelupasan kulit mati hewan, dan serbuk
sari dari pohon, bunga atau rumput.
·
Konjungtivitis iritasi.
Penyebab terjadinya konjungtivitis iritasi sangat beragam di
antaranya adalah:
a.
Sampo.
b.
Asap atau uap.
c.
Bulu mata yang menyimpang dan menggesek
konjungtiva.
d.
Berenang di kolam yang airnya mengandung klorin.
·
Konjungtivitis infektif.
Konjungtivitis infektif terjadi akibat adanya infeksi pada mata
yang dipicu oleh:
a.
Virus.
Adenovirus merupakan salah satu
virus yang paling sering menyebabkan konjungtivitis. Selain itu, virus ini juga
bisa menyebabkan gejala demam dan sakit tenggorokan.
b.
Penyakit menular seksual.
Misalnya gonore atau Chlamydia.
c.
Bakteri.
Kelompok bakteri yang sering menyebabkan terjadinya infeksi telinga dan
lambung, juga bisa menyebabkan konjungtivitis.
Penderita konjungtivitis infektif dapat menularkan infeksi mata pada
orang yang berdekatan dengannya. Penyebarannya bisa terjadi melalui kontak
langsung maupun tidak langsung dari sekresi mata yang terinfeksi. Oleh sebab
itu, disarankan untuk selalu mencuci tangan sampai bersih usai bersentuhan dengan
penderita, serta jangan berbagi handuk atau bantal dengan mereka.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan seseorang terkena
konjungtivitis infektif, di antaranya:
a.
Menderita diabetes dan penyakit lain ang membuat
sistem kekebalan tubuh menjadi lemah.
b.
Beradav di tempat yang ramai dan padat misalnya
di dalam kereta atau bus.
c.
Usia. Anak-anak sangat rentan terkena penyakit
ini karena mereka sering berinteraksi dengan teman-temannya di sekolah. Selain
itu, lansia juga rentan karena sistem kekebalan tubuh yang melemah seiring
menuanya usia.
d.
Menderita blefaritis atau peradangan pada sisi
kelopak mata yang disebabkan oleh bakteri.
e.
Memiliki riwayat infeksi saluran pernapasan.
f.
Mengonsumsi obat-obatan yang melemahkan sistem kekebalan
tubuh seperti kortikosteroid atau sering disebut juga dengan steroid.
g.
Penggunaan lensa kontak.
Diagnosis Konjungtivitis
Diagnosis dilakukan dokter dengan cara memeriksa
mata dan menanyakan gejala yang dialami untuk menentukan perawatan yang akan
dilakukan, serta menentukan konjungtivitis tipe apa yang diderita oleh pasien.
Segera temui oftalmologis atau dokter spesialis mata jika
gejala yang dialami cukup parah dan tidak kunjung sembuh. Dokter mungkin
akan menyarankan pengambilan sampel cairan kental atau mukus dari mata yang
terinfeksi untuk dianalisis. Jika konjungtivitis dicurigai terjadi karena
alergi, maka tes alergi juga dibutuhkan agar penderita dapat menghindari
alergen di masa mendatang.
Berikut ini adalah beberapa kondisi parah yang memerlukan
pemeriksaan lanjutan:
·
Kornea membengkak dan muncul luka terbuka atau
disebut dengan keratitis.
·
Pembengkakan lapisan tengah mata yang
menyebabkan sakit kepala, mata berair, dan terasa sakit. Kondisi ini disebut
dengan iritis.
·
Penyaki glaukoma akut yang menyebabkan
munculnya tekanan pada mata dan rasa sakit.
Perawatan Konjungtivitis
Perawatan konjungtivitis yang dilakukan tergantung pada
penyebabnya. Berikut ini adalah perawatan yang digolongkan berdasarkan penyebab
terjadinya konjungtivitis.
·
Konjungtivitis infektif.
Ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan sendiri untuk mengatasi
konjungtivitis infektif karena sebagian besar kasusnya tidak memerlukan perawatan
medis dan akan menghilang dalam waktu 1-2 pekan. Di bawah ini ada beberapa cara
yang bisa dilakukan untuk meredakan gejala yang dialami.
a.
Gunakan obat tetes air mata yang berguna sebagai
pelumas untuk meredakan rasa sakit dan lengket pada mata. Obat ini bisa dibeli
secara bebas di apotek.
b.
Cucilah tangan secara rutin setelah menyentuh
mata yang terinfeksi agar tidak menular.
c.
Jangan menggunakan lensa kontak sebelum gejala
infeksi hilang atau setidaknya satu hari setelah menyelesaikan perawatan. Ganti
lensa kontak yang telah dipakai saat terinfeksi karena kemungkinan bisa menjadi
sumber infeksi.
d.
Gunakan kain kapas yang dibasahi untuk
membersihkan kelopak dan bulu mata dengan lembut agar tidak lengket.
Jika gejala yang dialami tidak kunjung mereda setelah dua pekan atau
infeksi yang terjadi cukup parah, dokter akan meresepkan obat antibiotik, salah
satunya adalah chloramphenicol.
·
Konjungtivitis alergi.
Sebelum menemui dokter, cobalah lakukan pengobatan sendiri di rumah
terlebih dahulu untuk meredakan gejala konjungtivitis alergi. Kompres mata
dengan kain yang dibasahi air dingin dan hindari terpapar zat alergen. Jangan
memakai lensa kontak hingga gejala konjungtivitis hilang. Agar gejala tidak
memburuk, jangan menggosok mata walau terasa gatal.
Jika konjungtivitis alergi tidak kunjung mereda, temui dokter. Dokter
kemungkinan akan meresepkan antihistamin (baik dalam bentuk tetes mata atau
oral) guna meredakan gejala alergi. Contoh-contoh obat antihistamin adalah
azalastine, cetirizine, loratadine, fexofenadine, atau emedastine. Gunakan obat sesuai
anjuran dokter.
Selain antihistamin, obat kortikosteroid jangka pendek dalam bentuk gel,
salep, atau krim kemungkinanakan diresepkan jika gejala konjungtivitis alergi
yang dialami cukup parah.
Selain itu, ada juga obat yang bernama mast cell stabilisers
yang berguna untuk mengendalikan gejala alergi dalam jangka waktu panjang.
Dokter mungkin akan mengombinasikan antihistamin dengan obat ini, karena efek mast cell stabilisers baru bisa
terasa setelah beberapa pekan pemakaian. Contoh obat tetes mata mast cell stabilisers yang biasa
diresepkan adalah nedocromil sodium, sodium
cromoglicate, dan lodoxamide.
Temuilah
dokter agar diperiksa secara lebih lanjut jika mengalami gejala-gejala seperti
daya penglihatan berkurang, mata terasa sakit, salah satu atau kedua mata
berwarna merah pekat, serta mengalami fotofobia atau sensitif terhadap
cahaya. Pemeriksaan bertujuan untuk memeriksa apakah pasien menderita
penyakit menular seksual (misalnya chlamydia) yang bisa menyebabkan terjadinya
konjungtivitis infektif. Jika dibiarkan, gejala penyakit ini dapat berlangsung
hingga beberapa bulan.
Komplikasi Konjungtivitis
Komplikasi akibat konjungtivitis dapat terjadi pada
anak-anak maupun orang dewasa. Berikut ini adalah komplikasi konjungtivitis
yang dapat terjadi berdasarkan tipe konjungtivitis yang diderita.
·
Konjungtivitis infektif.
Konjungtivitis bisa berlangsung selama beberapa bulan jika disebabkan
oleh penyakit menular seksual, seperti chamydia (klamidia). Berikut ini adalah
beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat konjungtivitis infektif:
a.
Jika bakteri masuk ke aliran darah dan menyerang
jaringan tubuh, pasien bisa mengalami keracunan darah atau disebut dengan
sepsis.
b.
Lapisan pelindung saraf tulang belakang dan
otak, atau meninges, bisa mengalami infeksi (meningitis).
c.
Infeksi telinga bagian tengah. Kondisi ini
dialami oleh 25 persen anak-anak yang menderita konjungtivitis akibat bakteri haemophilus influenzae.
d.
Permukaan kulit menjadi bengkak atau meradang
dan terasa sakit akibat infeksi yang terjadi pada jaringan dan lapisan dalam
kulit (selulitis).
·
Konjungtivitis neonatal.
Konjungtivitis infektif yang terjadi pada bayi yang baru lahir hingga
usia 28 hari harus segera ditangani karena bisa menyebabkan kerusakan
penglihatan permanen. Kebanyakan bayi yang terkena konjungtivitis infektif bisa
sembuh total dan hanya sedikit yang mengalami komplikasi.
·
Punctate epithelia keratitis.
Keratitis
dapat terjadi akibat konjungtivitis yang menyebabkan kornea membengkak atau
mengalami peradangan. Kondisi ini menyebabkan mata sensitif terhadap cahaya dan
terasa sakit. Kebutaan bisa terjadi jika tukak muncul di kornea dan menyebabkan
kerusakan permanen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar