Selasa, 08 Agustus 2017

GAWAT JANIN



Pengertian Gawat Janin

Gawat janin atau fetal distress adalah kondisi janin yang tidak kondusif untuk memenuhi tuntutan persalinan. Kondisi gawat janin ditandai dengan hipoksia janin, yaitu suatu keadaan di mana janin tidak mendapat pasokan oksigen yang cukup. Kondisi ini bisa terjadi sebelum persalinan (antepartum period) atau selama proses persalinan (intrapartum period).

Gawat janin dapat disebabkan oleh berbagai hal, baik dari kondisi janin (masalah tali pusat, infeksi pada rahim, melewati tanggal persalinan) maupun kondisi ibu (menderita diabetes, tekanan darah tinggi atau preeklampsia, kehamilan pada usia di atas 35 tahun, serta mengalami kehamilan dengan janin kembar atau lebih).

Gawat janin sendiri dapat dideteksi melalui perubahan yang tidak normal menjelang persalinan, seperti perubahan gerakan janin yang melambat. Dokter juga dapat melakukan pemantauan detak jantung janin dan perubahan warna cairan ketuban. Jika hasil pengamatan menunjukkan janin dalam keadaan gawat, dokter dapat segera melakukan penanganan yang tepat sesuai dengan kondisi ibu dan janin. Jika tidak tertangani atau tidak segera dilahirkan, janin dapat mengalami kematian. 

Kendati demikian, sebagian besar kasus dengan gejala gawat janin dapat dilahirkan dengan selamat.

Gejala Gawat Janin

Gejala gawat janin dapat ditunjukkan melalui kondisi tidak normal menjelang persalinan. Gejala tersebut meliputi:

·         Gerakan janin yang berkurang dari biasanya.

Gerakan bayi dapat sedikit berkurang menjelang persalinan karena ruang gerak janin dalam rahim berkurang, namun normalnya pergerakan janin masih tetap dapat terasa.

·         Detak jantung bertambah pelan.

Detak jantung janin yang normal adalah 110 hingga 160 per menit. Jika detak jantung tersebut kurang dari 110 atau melebihi dari 160 per menit, maka kondisi ini dapat dianggap tidak normal. Detak jantung janin dapat melambat sementara ketika rahim berada pada awal kontraksi. Gawat janin dapat dipastikan apabila detak jantung terus melambat atau menurun setelah kontraksi.

·         Warna air ketuban menjadi coklat atau hijau.

Warna cairan amniotik dalam air ketuban biasanya jernih dengan sedikit bercak merah muda, kuning, atau merah. Namun jika warna cairan tersebut menjadi hijau atau cokelat, maka air ketuban tersebut telah tercampur dengan mekonium (tinja dari janin). Warna mekonium hijau menandakan kotoran tersebut baru keluar, sedangkan warna cokelat berarti mekonium sudah lama keluar bersama air ketuban. Perubahan warna air ketuban ini dapat menimbulkan risiko sindrom aspirasi mekonium (meconium aspiration syndrome).

Penyebab Gawat Janin

Penyebab utama gawat janin adalah pasokan oksigen yang kurang pada janin (hipoksia janin). Kondisi ini dapat terjadi terkait dengan kondisi janin sendiri atau kondisi ibu.  Kondisi yang terkait dengan janin meliputi:

·         Berat badan janin yang rendah (intrauterine growth restriction/IUGR), di mana berat janin kurang dari persentil 10 dari berat badan normal dalam usia kehamilan yang sama.

·         Pasokan oksigen melalui tali pusat berkurang. Salah satu penyebabnya adalah oligohidramnion, yaitu volume air ketuban sedikit.

·         Mengalami sindrom aspirasi mekonium. Sindrom ini dapat mengakibatkan iritasi pada paru-paru janin, infeksi, serta menghalangi jalan napas janin.

Sedangkan gawat janin yang terkait dengan kondisi pada ibu, di antaranya adalah:

·         Masa kehamilan lebih dari 42 minggu.

·         Memiliki penyakit anemia, diabetes, tekanan darah tinggi saat kehamilan atau preeklamsia.

·         Kehamilan pada usia di atas 35 tahun.

·         Kehamilan dengan janin kembar atau lebih.

Diagnosis Gawat Janin

Pemeriksaan kondisi gawat janin dapat dimulai setelah gerakan bayi dirasakan menurun. Selanjutnya dapat dilakukan beberapa pemeriksaan lebih rinci guna menetapkan diagnosis gawat janin, seperti:

·         USG Doppler.

Alat ini digunakan untuk melihat aliran darah, baik pembuluh darah arteri atau vena pada janin. Pemindaian dengan USG Doppler baru bisa dilakukan setelah usia kehamilan mencapai 34 minggu atau lebih.

·         Pengamatan detak jantung pada janin.

Pengamatan ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara berkala (intermittent auscultation) atau secara terus-menerus (continuous electronic fetal monitor). Pengamatan secara berkala dilakukan setiap 15 menit pada tahap awal persalinan atau setiap kontraksi rahim usai. Sedangkan pengamatan terus-menerus dilakukan jika kehamilan membutuhkan perawatan khusus. Pengamatan ini menggunakan alat electronic fetal monitoring (EFM) yang dapat menunjukkan pola detak jantung janin dan respons detak jantung terhadap gerakan janin, hipoksia janin, serta kontraksi rahim ibu.  Terdapat dua sensor pada EFM yang dipasang pada perut ibu, satu untuk mengamati kontraksi rahim dan satu untuk mengamati detak jantung janin.

Diagnosis gawat janin ditetapkan jika hasil pengamatan menunjukkan penurunan detak jantung dan kadar oksigen janin.

Pengobatan Gawat Janin

Setelah janin didiagnosis mengalami gawat janin, dokter perlu melakukan penanganan secepatnya. Penanganan tersebut meliputi resusitasi dalam rahim dan pengupayaan kelahiran.

·         Resusitasi dalam rahim.

Penanganan awal ini bertujuan mengatasi kondisi gawat janin. Beberapa cara yang dilakukan dalam resusitasi dalam rahim meliputi:

a.       Memastikan ibu mendapat pasokan oksigen yang cukup. Pasokan ini diberikan dengan memakaian masker oksigen pada sang ibu.

b.      Memastikan asupan cairan ibu memadai dengan pemberian cairan lewat infus.

c.       Mengubah posisi ibu dengan memintanya berbaring di sisi kiri. Hal ini bertujuan mengurangi tekanan rahim pada vena besar dalam tubuh (vena cava) yang dapat mengurangi aliran darah pada plasenta dan janin.

d.      Pemberian larutan dekstrosa hipertonik intravena (intravenous hypertonic dextrose).

e.       Tokolisis, yaitu terapi untuk menghambat persalinan dini dengan menghentikan kontraksi rahim sementara.

f.       Amnioinfusion, yaitu penambahan cairan pada rongga amniotik untuk mengurangi tekanan tali pusat.

·         Mengupayakan kelahiran.

Tindakan ini dapat dilakukan jika cara resusitasi dalam rahim tidak dapat mengatasi kondisi gawat janin. Kelahiran perlu diupayakan paling lama 30 menit jika diketahui adanya kondisi gawat janin.

Kelahiran bisa diupayakan melalui vagina dengan bantuan vakum pada kepala bayi. Jika cara ini tidak bisa dilakukan, maka janin harus dilahirkan melalui operasi caesar.
Kondisi bayi akan dimonitor secara seksama selama satu atau dua jam setelah kelahiran, dan setiap 2 jam selama 12 jam pertama pasca kelahiran. Pemeriksaan bayi meliputi keadaan umum, gerakan dada, warna kulit, tulang dan otot, suhu tubuh, serta detak jantung bayi.

Jika terlihat bayi mengalami sindrom aspirasi mekonium, maka dokter perlu membersihkan jalan napas bayi agar pernapasannya tidak terganggu. Pengamatan tetap perlu dilakukan walaupun tidak terjadi aspirasi mekonium, terutama yang terkait dengan gangguan pernapasan bayi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar