Pengertian Atresia Ani
Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang
dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed
3 tahun 2002).
Atresia aniatau anus imperforate adalah tidak
terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan
pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit
cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung
dengan rectum.
Atresia Ani merupakan kelainan bawaan
(kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 :
2003).
Atresia berasal dari bahasa Yunani, a artinya
tidak ada, trepis artinya nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran
atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan
normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura. Dengan kata
lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya
saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau
terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia
dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani
yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus
imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan
operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya.
Atresia ani biasanya mencakup kelainan di area tubuh yang lain, termasuk kelainan yang terjadi pada organ-organ pencernaan, saluran kemih, hingga kelamin. Tingkat anomali yang terjadi pun berbeda-beda dan umumnya dikategorikan sebagai berikut:
·
Kelainan di tingkat bawah. Berupa lubang anus
yang menyempit atau sama sekali tertutup akibat usus rektum yang masih menempel
pada kulit. Lubang anus yang tertutup umumnya disertai dengan cacat lahir lain,
seperti gangguan jantung, masalah pada sistem saraf pusat, atau anomali pada
tangan dan kaki.
·
Kelainan di tingkat atas. Posisi usus besar yang
terletak di rongga panggul bagian atas dan terbentuknya fistula yang
menghubungkan rektum dan kandung kemih, uretra, atau vagina. Fistula adalah
terowongan abnormal yang muncul antara dua saluran normal seperti antara
pembuluh darah, usus, atau organ tubuh..
·
Lubang posterior atau kloaka yang persisten.
Pada kelainan ini, rektum, saluran kemih, dan lubang vagina bertemu pada satu
saluran yang sama.
·
Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada
anus.
·
Membran anus yang menetap.
·
Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu
terletak pada bermacam-macam jarak dari peritoneum.
·
Lubang anus yang terpisah dengan ujung.
Jenis Atresia Ani
Klasifikasi atresia ani, yaitu :
·
Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan
daerah anus sehingga feses tidak dapat keluar.
·
Membranosus atresia adalah terdapat membran pada
anus.
·
Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada
daging diantara rectum dengan anus.
·
Rectal atresia adalah tidak memiliki rektum.
·
Anus imperforata dan ujung rektum buntu terletak
pada berbagai jarak dari peritoneum.
·
Lubang anus yang terpisah dengan ujung rektum
yang buntu.
a.
Anomali rendah / infralevator.
b.
Anomali intermediet.
c.
Anomali tinggi / supralevator.
Klasifikasi menurut letaknya :
·
Tinggi (supralevator) : rektum berakhir di atas
M. levator ani (M. puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu rektum dengan
kulit perineum lebih dari 1 cm. Letak upralevator biasanya disertai dengan
fistel ke saluran kencing atau saluran genital.
·
Intermediate : rektum terletak pada M. levator
ani tetapi tidak menembusnya.
·
Rendah : rektum berakhir di bawah M. levator ani
sehingga jarak antara kulit dan ujung rektum paling jauh 1 cm.
Gambaran Klinik Atresia Ani
Pada sebagian besar anomati ini neonatus ditemukan
dengan obstruksi usus. Tanda berikut merupakan indikasi beberapa abnormalitas:
·
Tidak adanya apertura anal.
·
Mekonium yang keluar dari suatu orifisium
abnormal.
·
Muntah dengan abdomen yang kembung.
·
Kesukaran defekasi, misalnya dikeluarkannya
feses mirip seperti stenosis.
Tanda dan gejala dari Atrsia Ani ini antara lain adalah :
·
Mekonium tidak keluar dalam waktu 24 - 48 jam setelah
lahir.
·
Tinja keluar dari vagina atau uretra.
·
Perut menggembung.
·
Muntah.
·
Tidak bisa buang air besar.
·
Tidak adanya anus, dengan ada/tidak adanya fistula.
·
Pada atresia ani letak rendah mengakibatkan distensi
perut, muntah, gangguan cairan elektrolit dan asam basa.
Faktor Penyebab
Berikut faktor penyebabnya:
· Terjadi
kegagalan pada pertumbuhan bayi saat masih berada dalam kandungan atau berusia
12 minggu hingga 3 bulan.
· Terjadinya
gangguan perkembangan pada embriologik di daerah usus, rektum dibagian distal
serta traktus urogenitalis yang biasanya terjadi antara minggu ke empat hingga
ke enam usia kehamilan.
· Putusnya
saluran pencernaan dari atas daerah anus.Hal itulah yang membuat bayi lahir
tanpa lubang anus.
· Bila
si kecil mengalami sindrom down.
Etiologi
Atresia ani ini dikarenakan oleh ketidak normalan perkembangan janin dalam rahim selama kehamilan, kelainan ini karena tidak berfungsinya secara penuh saluran anus dan akan menjadi kelainan bawaan. Adaikatakan kelainan bawaan larena kelainan ini terjadi pada bayi yang didapat segera setelah lahir.
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
· Putusnya saluran
pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur.
· Kegagalan
pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan.
· Adanya gangguan
atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal
serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam
usia kehamilan.
Kegagalan pada fase embrio
yang penyebab belum diketahui.
Atresia ani bisa didiagnosis melalui USG, tetapi umumnya diketahui pada pemeriksaan fisik yang pertama kali dilakukan ketika bayi lahir. Dokter akan memeriksa perut, alat-alat kelamin, lubang anus, dan tulang belakang setiap bayi yang baru lahir. Bila terdapat kelainan pada bagian-bagian ini, dokter kemudian akan memastikan apakah ada jenis cacat lahir lain yang juga dialami oleh sang bayi.
Pemeriksaan dini tersebut sangat dibutuhkan agar penanganan bisa segera dilakukan. Jenis prosedur yang akan dipilih oleh dokter tergantung pada jenis dan tingkat keparahan cacat lahir yang dialami oleh sang bayi. Kondisi kesehatan bayi juga akan menjadi faktor utama yang dipertimbangkan.
Bayi yang tidak memiliki lubang anus akan diberi asupan melalui infus. Jika ada fistula yang terbentuk pada saluran kemih, dokter akan menyarankan penggunaan antibiotik.
Sebagian besar lubang anus yang tertutup membutuhkan operasi secepatnya guna membentuk saluran pembuangan untuk kotoran. Meski demikian, operasi ini memiliki tingkat kesulitan yang tinggi karena posisi organ yang mengalami gangguan terletak jauh dalam panggul. Belum lagi faktor usia bayi yang sangat muda sehingga risiko komplikasi juga meningkat.
Pasca menjalani operasi pembentukan lubang anus, komplikasi yang umumnya terjadi adalah konstipasi atau inkontinensia tinja. Untuk mengatasinya, pola makan pasien anak-anak sebaiknya dijaga dengan seksama. Salah satu caranya adalah dengan mengonsumsi banyak serat, seperti sayur dan buah. Makanan yang mengandung pencahar alami, contohnya produk susu, juga bisa digunakan. Selain cara alami, pasien juga bisa dianjurkan untuk menggunakan obat pencahar atau laksatif serta suplemen yang mengandung serat.
Komplikasi Atresia Ani
Sebagian komplikasi dapat terjadi pada saat operasi. Bila terdapat fistula yang berhubungan dengan saluran pencernaan, tindakan operasi bisa melukai dinding saluran cerna yang normal. Operasi pembuatan lubang pengganti anus (kolostomi) juga mengandung risiko mencemari saluran kemih sehingga risiko infeksi organ-organ kemih meningkat.
Stenosis (penyempitan) pada lubang anus buatan juga dapat terjadi bila kulit pasien mempunyai kecenderungan membentuk keloid (jaringan parut). Kondisi ini mengharuskan perbaikan kembali dengan cara operasi.
DAFTAR
FUSTAKA
·
Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden.
2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisike-3. Jakarta : EGC.
·
Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku Saku
Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-6. Jakarta : EGC.
·
Daengaoes, Maryllin E.1999. Rencana
asuhan keperawatan. Jakarta : EGC.
·
Hidayat,
A. Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba
Medika.
·
Hidayat,
A. Alimul. 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika.
·
Kristiyanasari,
Weni. 2011. Asuhan Keperawatan Neonatus Dan Anak. Yogyakarta : Nuha
Medika.
·
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis
Keperawatan Pediatrik. Sri Kurnianianingsih (ed), Monica Ester (Alih Bahasa).
edisi ke-4. Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar