Pengertian Gangguan Kepribadian Ambang
Gangguan kepribadian ambang adalah sebuah kondisi
yang muncul akibat terganggunya kesehatan mental seseorang. Kondisi ini
berdampak pada cara berpikir dan perasaan terhadap diri sendiri maupun orang
lain, serta adanya pola tingkah laku abnormal.
Penderita Gangguan kepribadian ambang dapat memiliki perasaan takut ditinggalkan, ditolak, cemas, marah, merasa tidak berarti, dan kecenderungan menyakiti diri sendiri maupun orang lain. Tindakan impulsif, perubahan mood yang sering terjadi, serta rendahnya citra diri ini menyebabkan penderita kesulitan mempertahankan hubungan yang berkomitmen dan bertahan lama.
Pengertian Gangguan Kepribadian menurut Kaplan dan Saddock mendefinisikan kepribadian sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang biasanya, kepribadian relatif stabil dan dapat diramalkan.
Sedangkan menurut Koswara (1991) dalam pengertian sehari-hari kepribadian adalah bagaimana individu menampilkan dan menimbulkan kesan bagi individu lain.
Menurut Maramis (1999) kepribadian adalah keseluruhan pola pikiran, perasaan, dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap hidupnya.
Gangguan kepribadian menurut Rusdi Malim (1998) yang merujuk pada PPGDJ-III (Pedoman Penggolongan diagnose Gangguan Jiwa III) adalah paranoid, schizoid, emosional tak stabil tipe implusif dan ambang, historic, anankastik, cemas (menghindar), dependen, khas lainnya yang tidak tergolongkan.
Penyebab
Gangguan Kepribadian Ambang
Penyebab pasti gangguan kepribadian ambang belum dapat diketahui dengan jelas.
Diperkirakan riwayat pelecehan atau penyiksaan yang dialami semasa kecil
memiliki keterkaitan dengan terjadinya gangguan kepribadian ambang.
Hal lain yang juga terkait dengan gangguan kepribadian ambang adalah faktor genetik. Menurut
beberapa penelitian, riwayat gangguan kepribadian yang dimiliki oleh salah satu
anggota keluarga kemungkinan dapat diwariskan melalui gen ke anggota keluarga
lain.
Beberapa penelitian juga menunjukkan
perubahan pada beberapa area di otak, terutama yang berperan mengatur sisi
emosi, agresi, dan impulsif seseorang, dapat dikaitkan dengan kemunculan
kondisi gangguan kepribadian ambang. Selain itu, penurunan fungsi dari
zat-zat kimia pada otak, seperti serotonin, juga dikaitkan dengan gangguan kepribadia ambang. Serotonin berfungsi mengendalikan
suasana hati (mood).
Ciri kepribadian tertentu juga dapat
menjadi faktor risiko berkembangnya gangguan kepribadian ambang. Misalnya seseorang dengan kepribadian agresif dan
impulsif.
Gejala Gangguan
Kepribadian Ambang
Gangguan kepribadian ambang dapat
memengaruhi pola pikir dan perilaku seseorang. Gejala-gejala yang dapat muncul
antara lain:
·
Merasa
takut diabaikan sehingga membuat penderitanya menghindari perpisahan, kritik,
atau penolakan.
·
Perubahan
citra dan identitas diri yang berlangsung dengan cepat sehingga memengaruhi
nilai-nilai dan tujuan yang diketahuinya. Penderita gangguan kepribadian ambang
dapat memandang dirinya sebagai sosok yang buruk, menyerupai sosok antagonis di
dalam sebuah film.
·
Mengalami
periode stres yang memicu paranoia, serta kehilangan hubungan dengan kenyataan
yang dapat berlangsung hingga beberapa jam.
·
Mengalami
perubahan suasana hati yang berlangsung hingga berhari-hari.
·
Memiliki
perilaku impulsif yang berisiko dan terkadang berbahaya, seperti judi, hubungan
seksualyang tidak aman, mengemudi dengan ceroboh, atau boros. Seseorang dengan gangguan
kepribadian ambang dapat berhenti dari pekerjaannya tanpa alasan yang jelas
atau mengakhiri hubungan asmara yang pada dasarnya baik.
·
Mudah
kehilangan kesabaran dan menjadi sangat marah hingga dapat memicu pertengkaran
atau perkelahian.
·
Pada
suatu momen dapat menghormati atau menyayangi seseorang, namun kemudian berubah
dan menganggap orang tersebut sebagai sosok yang buruk.
·
Merasakan
kekosongan secara psikologis yang berlangsung terus-menerus.
·
Dapat
berperilaku menyakiti diri sendiri hingga bunuh diri sebagai reaksi dari
penyaluran amarah, menghukum diri sendiri, rasa takut ditinggalkan, atau penolakan.
Penderita gangguan
kepribadian ambang cenderung berperilaku impulsif saat
sakit hati karena setelah melakukannya muncul suatu perasaan lega. Lama
kelamaan, penderita gangguan
kepribadian ambang semakin terpicu untuk berperilaku
impulsif saat sakit hati. Siklus tidak sehat ini dapat dimulai dan terus
berlangsung ketika penderita gangguan kepribadian ambang kemudian merasa malu dan bersalah atas tindakannya, lalu
kembali melakukan tindakan-tindakan yang bersifat impulsif agar dapat merasa
lebih baik. Tindakan ini dapat berkembang menjadi kebiasaan yang dilakukan
untuk menghindari rasa sakit secara emosional.
Segera temui dokter jika Anda
menyadari kehadiran gejala-gejala kondisi ini, baik pada diri sendiri maupun
pada teman dan keluarga. Bicarakan dengan teman atau anggota keluarga tentang
memperoleh informasi atau bantuan dari tenaga medis profesional terkait secara
baik-baik dan tanpa paksaan.
Diagnosis Gangguan
Kepribadian Ambang
Upaya dokter mengenali dan
mendiagnosis borderline personality disorder dimulai dengan mengamati
perilaku yang sesuai dengan gejala di atas. Mengingat riwayat peristiwa
traumatis, kondisi kesehatan fisik maupun mental di masa lalu, serta pengobatan
yang pernah diambil dapat membantu dokter, psikolog, atau psikiater dalam
mendiagnosis.
Biasanya dokter akan melakukan
wawancara untuk menanyakan hal-hal ini sambil melihat catatan kesehatan Anda.
Selain itu, dokter akan melakukan evaluasi psikologis, termasuk diantaranya
menginstruksikan Anda untuk mengisi kuisioner. Umumnya diagnosis gangguan
kepribadian ambang ditemukan pada pasien berusia
dewasa, hal ini dikarenakan kondisi gangguan kepribadian ambang dapat berkurang seiring pertambahan usia anak.
Pengobatan Gangguan Kepribadian Ambang
Pengobatan borderline personality
disorder yang utama adalah melalui
psikoterapi. Obat-obatan dan perawatan di rumah sakit juga dapat dianjurkan,
sesuai dengan kondisi dan keselamatan pasien jika diperlukan. Pada kasus
tertentu, penderita gangguan
kepribadian ambang dapat melalui perawatan di rumah
sakit untuk mencegah kecenderungan melukai dirinya sendiri atau bunuh diri.
Penanganan gangguan
kepribadian ambang melalui psikoterapi bermaksud
membantu penderita memiliki hidup yang lebih stabil dan mengarahkan aspek
kehidupannya menjadi lebih baik.
Psikoterapi yang juga disebut dengan talk
therapy merupakan pendekatan mendasar dalam penanganan gangguan
kepribadian ambang untuk membantu penderita
memahami kondisi ini dan berfokus pada kemampuannya saat ini. Psikoterapi
juga bertujuan membantu penderita gangguan kepribadian ambang dalam mengatur sisi-sisi emosi yang membuat dirinya tidak
nyaman, mengenali dirinya sendiri, serta mengendalikan perasaannya terhadap
diri sendiri dan orang lain.
Psikoterapi bermaksud melatih
penderita dalam mengenali dan menganalisis perasaannya sendiri. Penderita juga
diharapkan mampu menekan perasaannya yang impulsif, misalnya menahan amarah
yang timbul akibat situasi yang dihadapinya. Dengan demikian dapat mengurangi
perilaku kasar dan akhirnya dapat meningkatkan kualitas hubungan sosial. Maka
dari itu, penderita gangguan
kepribadian ambang akan menjalani suatu bentuk terapi
psikologi, misalnya:
·
Dialectical behavior therapy (DBT).
Terapi ini menggunakan pendekatan
berbasis kemampuan dalam mengajari penderita gangguan kepribadian ambang
mengatur emosi. Mentoleransi tekanan jiwa, dan memperbaiki hubungan sosial.
Tetapi ini dapat dilakukan sendiri atau dalam sebuah grub konsultasi bersama
seorang terapis.
·
Mentaliztion-based therapy (MBT).
Terapi
ini menitikberatkan metode berfikir sebelum beraksi. MBT membantu penderita
gangguan kepribadian ambang mengenali perasaan dan fikiran sendiri dengan
menciptakan perspektif alternative dari situasi yang tengah dihadapi.
·
Schema-focused
therapy.
Terapi
ini membantu penderita gangguan kepribadian ambang mengenali kebutuhan yang tidak
terpenuhi pada periode awal hidup yang dapat memicu pola perilaku hidup
negatif. Terapi akan memfokuskan kepada usaha pemenuhan kebutuhan tersebut
melalui cara yang lebih sehat agar terbangun pola perilaku hidup yang positif.
Sama seperti terapi DBT, terapi ini dapat dilakukan secara perorangan maupun di
dalam grup konsultasi.
·
Transference-focused
psychotherapy (TFP) atau terapi Psikodinamis.
Terapi
ini membantu penderita gangguan kepribadian ambang memahami emosi dan kesulitan
yang dialaminya dalam mengembangkan hubungan interpersonal. TFP melihat kepada
hubungan yang terbangun antara penderita gangguan kepribadian ambang dengan
terapis dalam memahami masalah ini. Selanjutnya, pengetahuan yang didapatkan
penderita akan diterapkan ke dalam situasi yang dialaminya pada saat ini.
·
General
psychiatric management.
Terapi
ini menggunakan manajemen kasus dengan berfokus membuat peristiwa yang memicu
tekanan emosional menjadi masuk akal. Pendekatan ini dilakukan dengan
mempertimbangkan perasaan sebagai konteks interpersonal dan dapat dipadukan
bersama pengobatan, terapi kelompok, penyuluhan pada keluarga, atau bahkan
perorangan.
·
Pelatihan
system untuk prediktabilitas emosional dan pemecahan masalah atau systems
training for emotional predictability and problem-solving (STEPPS).
Terapi ini merupakan terapi kelompok
bersama anggota keluarga, teman, pasangan, atau pengasuh sebagai bagian dari
kelompok terapi yang berlangsung selama 20 minggu. Terapi ini juga digunakan
sebagai terapi tambahan bersama psikoterapi lainnya.
Penggunaan obat-obatan dalam terapi penderita gangguan
kepribadian ambang lebih bertujuan dalam mengurangi gejala
atau komplikasi yang mungkin muncul, seperti depresi dan serangan kecemasan.
Jenis-jenis obat yang digunakan tetap membutuhkan resep dokter,
Antara lain:
1.
Antidepresi.
2.
Antipsikotik.
3.
Penstabil
suasana hati.
Proses
pemulihan gangguan kepribadian ambang kemungkinan akan memerlukan waktu yang
cukup lama dan terapi yang dilakukan dapat berlangsung selama berbulan-bulan
hingga bertahun-tahun.
Berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental yang telah
berpengalaman dengan gangguan kepribadian ambang dapat membantu pasien
mengembangkan kepribadiannya ke arah yang lebih baik.
Komplikasi
Gangguan Kepribadian Ambang
Jika
tidak mendapatkan pengobatan yang sesuai, borderline personality disorder
berisiko mengganggu berbagai aspek dalam kehidupan penderita, seperti:
·
Depresi.
·
Konsumsi
minuman beralkohol secara berlebihan atau penyalahgunaan obat-obatan.
·
Mengidap
gangguan kecemasan.
·
Mengidap
gangguan pola makan.
·
Mengidap
gangguan bipolar.
·
Mengidap
gangguan stres paskatrauma (post-traumatic stress disorder/PTSD).
·
Mengidap
gangguan bernama attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) atau
penyakit hiperaktif.
·
Mengidap
gangguan kepribadian.
·
Kehilangan
hubungan yang baik dengan sesama maupun pasangan, baik dalam pertemanan maupun
perkawinan.
·
Berada
dalam hubungan yang tidak sehat atau penuh kekerasan.
·
Kehilangan
pekerjaan atau sering berganti pekerjaan.
·
Kehilangan
kesempatan dalam menyelesaikan pendidikan.
·
Terlibat
dengan hukum, hingga masuk penjara.
·
Mengalami
cedera fisik akibat kecenderungan menyakiti diri sendiri.
·
Mengalami
kehamilan di luar rencana, memiliki penyakit menular seksual, atau kecelakaan akibat
memiliki perilaku yang impulsif dan berisiko.
·
Melakukan percobaan bunuh diri.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Durand V. Mark dan
david H barlow. Psikologi abnoral. Yogyakarta : pustaka belajar.
·
Davidson, dkk.
2012, Psikologi abnormal edisi ke-9. Jakarta : rajawali pers.
·
Maslim
rudi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III: Jakarta.
·
Nevid,jeffrey
dan spencer A. Rathus. Psikologi abnormal.Jakarta : penerbit erlangga.
·
Sunaryo.
Psikologis untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar