Pengertian Gagal Ginjal Kronis
Penyakit
ginjal kronis atau yang lebih dikenal di masyarakat dengan istilah gagal ginjal
kronis (GGK) adalah kondisi saat fungsi ginjal mulai menurun secara
bertahap. Indonesia Renal Registry. mendefinisikan gagal ginjal kronis
sebagai kerusakan ginjal, dapat berupa kelainan jaringan, komposisi darah dan
urine atau tes pencitraan ginjal, yang dialami lebih dari tiga bulan
Status
gagal ginjal kronis berubah menjadi gagal ginjal tahap akhir (End-Stage
Renal Disease/ESRD) ketika ginjal tidak lagi berfungsi. Pada stadium ini
biasanya telah terjadi penumpukan limbah tubuh, cairan, dan elektrolit yang
bisa membahayakan tubuh jika tanpa dilakukan penyaringan buatan
(dialisis/cuci darah) atau transplantasi ginjal.
Gagal
ginjal kronis sendiri, biasanya tidak menimbulkan gejala sehingga membuat
pengidap penyakit ini biasanya tidak menyadari gejalanya hingga mencapai
stadium lanjut. Gagal ginjal kronis biasanya terdeteksi pada stadium dini
ketika dilakukan pemeriksaan darah atau urine.
Gagal
ginjal kronis stadium lanjut umumnya mengalami gejala: sesak napas, mual,
kelelahan, mengalami pembengkakan pergelangan kaki, kaki, atau tangan karena
terjadi penumpukan cairan pada sirkulasi tubuh, sesak napas, serta munculnya
darah dalam urin.
Pemeriksaan
darah dan urin secara teratur setiap tahun sangat disarankan bagi orang-orang
yang berisiko tinggi mengidap penyakit ginjal kronis. Anda termasuk berisiko
tinggi, antara lain jika memiliki tekanan darah tinggi, mengidap diabetes, dan
memiliki riwayat keluarga pengidap penyakit ginjal kronis.
Pengidap
Penyakit Gagal Ginjal Kronis di Indonesia
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
oleh Kementrian Kesehatan RI, sebanyak 0.2% dari total jumlah penduduk
Indonesia mengalami kondisi ini. Provinsi Sulawesi Tengah merupakan daerah
dengan angka tertinggi yaitu, 0.5% dari total jumlah penduduk di provinsi
tersebut.
Dari data 7th Resport of Indonesia
Regional Registry tahun 2014, pasien gagal ginjal yang melakukan cuci
darah paling banyak disebabkan karena hipertensi (37%). Diikuti diabetes (27%),
dan kelainan bawaan (10%).
Gejala Gagal Ginjal Kronis
Umumnya
tubuh dapat menoleransi berkurangnya fungsi ginjal, bahkan dalam skala besar.
Situasi ini membuat pengidap penyakit gagal ginjal kronis (GGK) tidak merasa
mengalami gejala apapun.
Jika
salah satu ginjal Anda rusak, fungsi ginjal manusia masih tetap dapat terpenuhi
hanya dengan satu ginjal lain. Fakta ini membuktikan bahwa manusia terlahir
dengan kapasitas fungsi ginjal yang jauh lebih banyak dari yang sebenarnya
dibutuhkan untuk bertahan hidup.
Penurunan
awal fungsi ginjal yang tanpa gejala ini membuat pengidap GGK kerap tidak
segera menyadari penyakitnya. Perubahan fungsi ginjal umumnya baru dapat
terdeteksi dari pemeriksaan urin dan darah secara rutin.
Pengidap
penyakit ginjal yang telah terdiagnosis akan menjalani pemeriksaan secara
teratur untuk memantau fungsi ginjalnya. Pemeriksaan ini dilakukan dengan tes
darah dan urin. Terapi perawatan juga dilakukan untuk mencegah agar
penyakit tidak berkembang.
Tes
darah, urin, dan pemantauan rutin ini juga berfungsi untuk mendeteksi jika
ginjal mulai kehilangan fungsi dan mengarah kepada gagal ginjal.
Gagal
ginjal menunjukkan gejala sebagai berikut:
·
Lebih
sering ingin buang air kecil, terutama di malam hari.
·
Kulit
gatal.
·
Adanya
darah atau protein dalam urin yang dideteksi saat tes urin.
·
Kram otot
dan kejang otot.
·
berat
badan.
·
Kehilangan
nafsu makan.
·
Cegukan.
·
Kelelahan
atau merasa lemah.
·
Menurunnya
ketajaman mental.
·
Tekanan
darah yang sulit dikendalikan.
·
Penumpukan
cairan yang mengakibatkan pembengkakan pada pergelangan kaki, kaki, atau
tangan.
·
Nyeri
pada dada, akibat cairan menumpuk di sekitar jantung.
·
Sesak
napas.
·
Mual dan
muntah.
·
Ganguan
tidur.
·
Disfungsi
ereksi pada pria.
Pengobatan
pada stadium awal penyakit ginjal kronis dapat mencegah timbulnya gejala-gejala
di atas.
Penyebab Gagal Ginjal Kronis
Kondisi atau penyakit tertentu yang memberi tekanan
pada ginjal menjadi penyebab utama terjadinya penyakit ginjal. Tekanan berlebih
yang dialirkan jantung melalui pembuluh darah besar maupun kecil dapat merusak
organ tubuh, termasuk ginjal. Penyakit ginjal terutama disebabkan oleh tekanan
darah tinggi atau hiprtensi dan diabetes.
Ganguan Ginjal pada Pengidap
Diabetes.
Diabetes merupakan salah satu penyebab utama
terhadap penyakit gagal ginjal kronis. Terdapat dua tipe utama diabetes:
·
Diabetes tipe 1 adalah kondisi saat tubuh tidak
atau sedikit memproduksi insulin.
·
Diabetes tipe 2 adalah kondisi saat produksi
insulin cukup, tapi tubuh tidak menggunakan insulin dengan efektif.
Insulin dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan
fungsi-fungsi berikut ini:
·
Mengatur kadar glukosa (gula) dalam darah.
·
Membatasi agar glukosa tidak meningkat terlalu
tinggi setelah makan.
·
Menjaga agar kadar glukosa tidak terlalu rendah
pada jeda antara waktu makan.
Jika glukosa dalam darah terlalu tinggi, ini dapat
memengaruhi kemampuan ginjal untuk menyaring kotoran dalam darah dengan merusak
sistem penyaringan ginjal. Maka itu sangat penting bagi penderita diabetes
untuk menjaga tingkat glukosa (gula darah) mereka melalui pola makan yang sehat
dan mengonsumsi obat-obat antidiabetes sesuai aturan dari dokter.
Gagal ginjal diperkirakan diderita sekitar 1-2 dari
5 pengidap diabetes tipe 1 sebelum umur mereka mencapai 50 tahun. Hal ini juga
terjadi pada pengidap diabetes tipe 2 yang 1 dari 3 di antaranya juga mengalami
tanda-tanda kerusakan ginjal.
Tes fungsi ginjal tahunan akan direkomendasikan
oleh dokter agar gangguan ginjal dapat dideteksi secepat mungkin.
Gangguan Ginjal pada Pengidap Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah adalah besarnya tekanan yang
dihasilkan jantung saat memompa darah ke pembuluh arteri dalam tiap denyut
nadi. Tekanan darah kerap diasosiasikan dengan penyakit ginjal karena tekanan
darah yang berlebihan dapat merusak organ tubuh Anda.
Hipertensi menghambat proses penyaringan dalam
ginjal bekerja dengan baik. Kondisi ini merusak ginjal dengan menekan pembuluh
darah kecil dalam organ tersebut.
Meski 9 dari 10 penyebab kasus tekanan darah tinggi
tidak diketahui, namun ada kaitan antara kondisi tersebut dengan kesehatan
tubuh seseorang secara menyeluruh, termasuk pola makan dan gaya hidup.
Orang yang mengidap kondisi atau memiliki kebiasaan
tertentu lebih berisiko mengidap hipertensi, yaitu: kurang berolahraga,
kebiasaan merokok, stress, obesitas, mengonsumsi minuman keras berlebihan, usia
tua, terdapat anggota keluarga yang dulu mengidap hipertensi, terlalu banyak
garam dan lemak dalam makanan yang dikonsumsi.
Hal-hal Lain yang Menyebapkan Ganguan Ginjal Kronis
Ada beberapa kondisi lain yang lebih tidak umum,
tapi juga berisiko menyebabkan penyakit ginjal kronis yaitu:
·
Gangguan ginjal polisistik: kondisi saat kedua
ginjal berukuran lebih besar dari normal karena pertambahan massa kista.
Kondisi ini adalah kondisi yang diturunkan.
·
Glomerulonefitis atau peradangan pada ginjal.
·
Pielonefritis atau infeksi pada ginjal.
·
Penyumbatan atau gangguan jangka panjang pada
saluran kemih, seperti yang disebabkan batu ginjal atau gangguan prostat.
·
Suatu kondisi yang menyebabkan urin kembali ke
dalam ginjal, disebut dengan vesicoureteral reflux.
·
Penggunaan rutin obat-obatan tertentu dalam jangka
panjang, seperti obat anti-inflamasi non-steroid (non-steroidal
anti-inflammatory drugs/NSAIDs), termasuk aspirin dan ibuprofen.
·
Lupus eritematosus sistemik (kondisi saat
sistem kekebalan tubuh menyerang dan mengenali ginjal sebagai jaringan asing).
·
Kegagalan pertumbuhan ginjal pada janin saat dalam
kandungan.
Diagnosis Gagal Ginjal Kronis
Umumnya diagnosis penyakit gagal ginjal kronis
(GGK) dilakukan melalui pemeriksaan rutin urine dan darah.
Melalui pemeriksaan rutin, terutama pada
orang-orang yang berisiko tinggi, akan mudah untuk mendeteksi jika ada
penurunan fungsi ginjal pada penderita. Jika memang dicurigai positif, maka tes
tersebut dapat diulang untuk memastikan diagnosa.
Tes-tes Untuk Menditeksi Kadar kerusakan
Ginjal
Ada beberapa tes yang dapat digunakan untuk
menentukan kadar kerusakan pada ginjal Anda. Tes-tes tersebut meliputi:
a. Tes urine
Salah satu gejala penyakit ginjal adalah terdapat
protein atau darah dalam urin Anda. Maka tes ini digunakan untuk mengecek
kemungkinan kandungan tersebut. Perubahan pada urine ini dapat muncul 6-10
bulan atau lebih lama sebelum gejala timbul.
b. Laju filtrasi glomerulus (LFG).
Laju filtrasi glomerulus/LFG (glomerular
filtration rate/GFR) adalah pengukuran terhadap seberapa baik ginjal Anda
bekerja berdasarkan jumlah kotoran yang berhasil disaring ginjal dari
darah. Hasil perkiraan laju filtrasi glomerulus atau eGFR normal adalah 90
ml cairan kotoran per menit. Kisaran angka ini menunjukkan bahwa ginjal masih
berfungsi dengan baik. Penghitungan eGFR menggunakan sebuah formula khusus.
Metodenya adalah dengan menghitung kadar kreatinin dalam sampel darah, kemudian
dihitung berdasarkan umur, jenis kelamin, dan etnis Anda. Hasil GFR ini merupakan
estimasi persentase fungsi normal ginjal Anda. Misalnya: hasil estimasi GFR
60ml/menit sama artinya dengan 60% fungsi ginjal masih berjalan.
c. Pemindaian
Dalam kasus gagal ginjal stadium lanjut, ginjal
dapat mengerut dan berbentuk tidak utuh. Sebelum perubahan bentuk ginjal
tersebut terjadi, pemindaian digunakan untuk mengetahui apakah terjadi
penyumbatan tidak normal dalam aliran urin Anda. Proses ini dilakukan dengan
alat-alat seperti USG, computerised tomography (CT) scan, atau
pemindaian magnetic resonance imaging (MRI).
d. Biopsi ginjal
Biopsi dilakukan dengan mengambil sampel kecil dari
jaringan ginjal. Deteksi kerusakan ginjal kemudian dilakukan dengan memeriksa
sel-sel ini dengan mikroskop.
Menentukan Stadium Gagal Ginjal
Perkembangan penyakit ginjal diklasifikasi dengan
sistem pemeringkatan (stadium) berdasarkan hasil GFR yang diperoleh. Terdapat
enam stadium untuk mendefinisikan tingkat keparahan gagal ginjal kronis:
·
eGFR bernilai di atas 90 atau normal: stadium 1.
Walau nilai eGFR normal, namun terdapat kerusakan pada ginjal yang
terdeteksi oleh tes lain. Misalnya, terdapat darah di dalam urin (hematuria)
atau terjadi peradangan pada ginjal.
·
eGFR bernilai
60-89: stadium 2.
GFR turun sedikit menjadi 60-89
ml/menit dan disertai kerusakan atau gangguan pada ginjal. Penderita dengan
laju eGFR yang sama tanpa kerusakan ginjal tidak dianggap mengalami GGK.
Agar perkembangan kondisi ginjal
dapat terus dipantau, pengidap GGK stadium satu atau stadium dua
direkomendasikan untuk menjalani tes eGFR tahunan.
·
eGFR
bernilai 30-59: stadium 3. Stadium ini terbagi menjadi dua, yaitu:
Stadium 3a : laju eGFR (45-59). Terdapat penurunan
fungsi ginjal yang ringan sehingga memerlukan pemeriksaan tiap tahun.
Stadium 3b: laju eGFR (30-44). Terdapat penurunan fungsi
ginjal yang parah sehingga memerlukan pemeriksaan berkala tiap enam bulan
sekali.
·
eGFR
bernilai 15-29: stadium 4.
Pada stadium ini, pengidap kemungkinan telah merasakan gejala-gejala GGK
dan perlu mengikuti pemeriksaan tiap enam bulan.
·
eGFR
bernilai di bawah 15: stadium 5.
Disebut sebagai kondisi gagal ginjal, yaitu ginjal telah kehilangan
hampir seluruh fungsinya. Tiap tiga bulan, pasien gagal ginjal ini perlu
menjalani pemeriksaan.
Hasil eGFR dari waktu ke waktu dapat naik atau
turun. Diagnosis CKD biasanya baru bisa dipastikan jika tes-tes eGFR yang
dilakukan beberapa kali selama tiga bulab berturut-turut menunjukkan hasil
konsisten di bawah normal.
Kelompok Paling Berisiko
Disarankan untuk melakukan pemeriksaan rutin
tahunan untuk mendeteksi gagal ginjal kronis (GGK), terutama jika Anda termasuk
kelompok orang-orang yang berisiko tinggi, yaitu:
·
Pengidap diabetes, hipetensi, lupus,stroke,
penyakit jantung.
·
Orang yang secara teratur mengonsumsi obat-obatan
antiradang nonsteroid (NSAID) seperti aspirin dan ibuprofen atau yang
mengandung lithium dalam waktu yang lama.
·
Orang dengan riwayat keluarga yang pernah mengidap
GGK stadium lima atau menderita penyakit ginjal turunan.
·
Penderita dengan hematuria (dalam urinnya terdapat
darah) atau proteinuria (terdapat protein dalam urin) yang penyebabnya belum
diketahui.
Dokter biasanya akan merekomendasikan apakah Anda
termasuk ke dalam golongan risiko tinggi untuk dilakukan pemeriksaan rutin.
Pengobatan Gagal ginjal Kronis
Penyakit
ginjal tidak dapat disembuhkan. Perawatan difokuskan untuk mencegah dan
memperlambat agar penyakit tidak berkembang serta meredakan rasa sakit. Selain
itu, pengobatan juga bertujuan untuk mengurangi risiko munculnya penyakit
lainnya yang terkait.
Gagal
ginjal kronis (GGK) yang berada pada stadium satu hingga tiga umumnya bisa
ditangani langsung oleh seorang dokter umum. Pada stadium yang lebih lanjut,
yaitu stadium empat dan lima, pasien biasanya akan dirujuk ke seorang dokter
spesialis.
1. Pengobatan sesuai Tingkat Keparahan
Tingkat keparahan gagal ginjal
kronis (GGK) menentukan jenis pengobatan yang diberikan. Dalam beberapa
kasus, kerusakan pada ginjal dan sirkulasi tubuh dapat dicegah dengan konsumsi
obat-obatan untuk mengontrol tekanan darah dan menurunkan kadar kolesterol
dalam darah Anda.
Di samping itu, obat-obatan juga diberikan untuk
mengontrol atau mencegah perburukan GGK hingga tubuh kehilangan hampir semua
fungsi ginjal. Kondisi ini disebut dengan gagal ginjal permanen (End-Stage
Renal Disease/ESRD) atau established renal failure (ERF).
Setidaknya 1 dari 100 pengidap GGK stadium tiga
akan mengidap gagal ginjal. Pengidap gagal ginjal membutuhkan perawatan lebih
lanjut untuk menggantikan sejumlah fungsi ginjal. Untuk mengetahui lebih banyak
informasi.
2. Tekanan Darah
Tekanan darah tinggi dapat mempercepat perkembangan
kerusakan ginjal. Oleh sebab itu penting untuk mengontrol tekanan darah, yang
dapat dilakukan dengan mengubah gaya hidup seperti mengurangi konsumsi garam
dan mengurangi berat badan.
Namun jika perubahan ini belum cukup untuk
mengontrol tekanan darah, Anda mungkin membutuhkan obat-obat antihipertensi
seperti penghambat ACE (angiotensin converting enzyme inhibitor). Obat
penghambat ACE memberikan perlindungan tambahan pada ginjal dan mengurangi
tekanan pada pembuluh darah. Contoh penghambat ACE adalah ramipril dan
lisinorpil. Golongan obat ini dapat menyebabkan efek samping berupa batuk
kering, sakit kepala, dan lemah. Gejala-gejala ini dapat hilang setelah
beberapa hari pemakaian, meski pada beberapa penderita batuk kering tetap
muncul.
Selain itu terdapat juga obat anti-hipertensi yang
disebut angiotensin-II receptor blocker (ARB) meliputi: valsrtan,
irbesartan, dan losartan.. Efek samping dari jenis obat ini jarang namun tetap
ada, misalnya rasapusing.
3 Perubahan Gaya Hidup
Selain konsumsi obat-obatan, perkembangan GGK dan
tekanan darah tinggi dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup sebagai berikut:
·
Mengurangi berat badan, terutama jika Anda
mengalami obesitas.
·
Berolahraga teratur.
·
Berhenti merokok.
·
Mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang dan
rendah lemak.
·
Membatasi konsumsi minuman keras.
·
Menjaga konsumsi garam tidak lebih dari 6 gram.
·
Kecuali diresepkan oleh dokter, hindari konsumsi
obat anti-inflamasi non-steroid seperti ibuprofen.
4. Perbaikan Keseimbangan Fosfat
Kelebihan fosfat pada tubuh biasanya disaring oleh
ginjal. Namun penumpukan fosfat akan terjadi pada ginjal yang tidak berfungsi
dengan baik, seperti yang dapat terjadi pada pengidap penyakit ginjal stadium
empat atau lima. Maka dari itu, pengidap penyakit ginjal stadium menengah ke
atas akan disarankan untuk mengurangi konsumsi fosfat yang umumnya terkandung
dalam daging merah, makanan produk susu, telur, dan ikan.
Selain itu, penderita akan disarankan untuk
mengonsumsi obat-obatan yang disebut pengikat fosfat. Contoh pengikat fosfat
yang paling umum digunakan adalah kalsium karbonat. Walau jarang terjadi,
pengikat fosfat dapat menimbulkan efek samping yang meliputi: konstipasi,
diare, mua, sakit perut, perut kembung, ruam serta gatal-gatal pada kulit.
5. Mengurangi Kadar Kolesterol.
Beberapa faktor risiko GGK seperti tekanan darah
tinggi dan tingginya kadar kolestrol dalam darah, sama dengan faktor
risiko serangan jantung dan stroke.
Dengan memiliki faktor risiko yang sama, pengidap
GGK berisiko lebih tinggi menderita sakit jantung, termasuk serangan jantung
atau stroke.
Oleh sebab itu, Anda akan disarankan mengonsumsi
statin untuk membantu mengurangi risiko serangan jantung atau stroke. Statin
bekerja dengan menghambat efek enzim dalam hati Anda yang berguna untuk
membentuk kolesterol, pemicu serangan jantung.
Pada beberapa kasus, statin dapat menyebabkan sakit
otot, lemas, dan nyeri. Sementara efek samping lebih ringan yang dapat timbul
adalah sakit perut, konstipasi, diare, dan sakit kepala.
6. Penumpukan Cairan (Edema).
Ginjal yang tidak berfungsi membuat tubuh sulit
membuang cairan. Akibatnya terjadi penumpukan cairan pada pergelangan kaki yang
dapat memicu peningkatan tekanan darah. Oleh karena itu dokter akan menyarankan
pengidap sakit ginjal untuk membatasi konsumsi cairan dan garam. Selain itu,
kelebihan cairan dalam tubuh juga dapat dikurangi dengan konsumsi obat
diuretik, seperti furosemida.
7. Konsumsi Suplemen Zat besi dan Vitamin D.
Anemia atau kondisi saat tubuh tidak memiliki cukup
sel darah merah, banyak diderita pengidap GGK stadium tiga ke atas.
suplemen zat besi untuk produksi sel-sel darah merah biasanya akan diberikan
untuk mengatasinya. Zat ini dapat diberikan dalam bentuk tablet seperti ferri
sulfat.
Hormon eritropoietin yang membantu tubuh
memproduksi sel darah merah juga bisa disuntikkan jika langkah-langkah di atas
tidak dapat mengatasi anemia. Hormon ini bisa diberikan dalam bentuk
suntikan ke dalam pembuluh darah atau di bawah kulit (subkutan).
Selain itu, pengidap penyakit ginjal berisiko
kekurangan vitamin D yang penting untuk tulang. Ini dikarenakan ginjal tidak
dapat berfungsi mengaktifkan vitamin D dari makanan dan sinar matahari.
Sehingga umumnya Anda akan mendapatkan suplemen vitamin D seperticalcitriol.
8. Pengobatan untuk Gagal Ginjal: Cuci Darah atau
Transplantasi.
Dalam beberapa kasus, penyakit ginjal kronis dapat
berkembang menjadi gagal ginjal tahap akhir (End-Stage Renal Disease/ESRD)
atau established renal failure (ERF). Pada tahap ini, ginjal berhenti bekerja
dan mengancam hidup. Kondisi ini terjadi secara perlahan-lahan dan jarang
terjadi secara tiba-tiba. Namun banyak pengidap penyakit ginjal tetap
dapat memiliki ginjal yang berfungsi dengan baik sepanjang hidup mereka, namun
dengan menjalani perawatan.
Diskusikan dengan dokter Anda tentang
pilihan-pilihan pengobatan, seperti cuci darah atau dialisis, transplantasi
ginjal, atau perawatan pendukung. Cuci darah atau dialisis adalah proses
pembuangan atau penyaringan cairan atau limbah dari darah yang sudah tidak bisa
dilakukan lagi oleh ginjal yang rusak.
Tranplantasi ginjal akan menggantikan ginjal yang
rusak dengan ginjal baru dari seorang donor organ yang memiliki kriteria sesuai
dengan pasien.
Perawatan pendukung bertujuan terbatas, yaitu hanya
untuk meringankan gejala yang dirasakan penderita stadium akhir. Pada umumnya
perawatan pendukung diberikan pada penderita gagal ginjal yang tidak ingin
melakukan cuci darah atau transplantasi ginjal.
Pencegahan Gagal Ginjal Kronis
Umumnya penyakit ini tidak dapat dicegah sepenuhnya
meski Anda dapat mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko
berkembangnya penyakit gagal ginjal kronis atau GGK.
·
Menggunakan Kalkulator Risiko Ginjal.
Bagaimana cara untuk memperkirakan kondisi ginjal
lima tahun yang akan datang? Anda dapat menggunakan kalkulator risiko ginjal
dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana di Okidney Web
Calculator. Kalkulator ini dapat digunakan bagi Anda yang sehat atau mengalami
gagal ginjal kronis stadium awal. Jika Anda ragu, Anda dapat
menanyakannya kepada dokter.
·
Pola Makan Sehat
Pola makan sehat penting untuk menurunkan kadar
kolesterol dalam darah dan menjaga tekanan darah tetap normal. Kedua kondisi
ini penting untuk mencegah terjadinya penyakit ginjal kronis. Konsumsilah
makanan berimbang meliputi banyak sayuran dan buah segar.
Selain itu, kontrol kadar kolesterol dengan
menghindari makanan kaya lemak jenuh tinggi seperti goreng-gorengan, mentega,
keju, kue, biskuit, serta makanan-makanan yang mengandung minyak kelapa atau
minyak sawit.
Sebaliknya, Anda disarankan untuk mengonsumsi
makanan yang kaya lemak tidak jenuh yang dapat mengurangi kadar kolesterol,
antara lain minyak ikan, avocad, kacang dan biji-bijian, minyak bunga matahari,
minyak biji sesawi, minyak zaitun.
Selain itu, terlalu banyak garam juga akan
meningkatkan tekanan darah. Penting untuk membatasi konsumsi garam tidak lebih
dari 6 gram sehari yang setara dengan satu sendok teh penuh.
·
Hindari Rokok dan Minuman Keras.
Selain meningkatkan risiko
seranganjantung danstroke, merokok dan mengonsumsi minuman keras dapat
memperburuk kondisi gangguan ginjal yang sudah terjadi. selain meningkatkan
kadar kolestrol dalam darah, mengonsumsi minuman keras secara berlebihan akan
meningkatkan tekanan darah Anda.
·
Olahraga Teratur.
Naiknya tekanan darah dan risiko berkembangnya GGK
dapat diminimalkan dengan olahraga teratur. Anda disarankan untuk menjalankan
aktivitas aerobik dengan intensitas menengah seperti bersepeda atau jalan cepat
selama setidaknya 150 menit tiap minggu.
·
Baca Petunjuk Obat.
Pastikan Anda mengikuti petunjuk pemakaian jika
Anda memang harus mengonsumsi obat pereda sakit. Konsumsi obat anti-inflamasi
non-steroid seperti aspirin dan ibuprofen dalam
dosis berlebih dapat menyebabkan gangguan ginjal.
·
Waspada Diabetes.
Penyakit kronis (bersifat menetap dalam jangka
panjang), sepertidiabetes, dapat berpotensi menyebabkan gagal ginjal
kronis. Oleh karena itu sangat penting untuk mengendalikan kadar gula
darah bagi penderita diabetes. Selain itu setiap tahun, pengidap diabetes
disarankan untuk memeriksakan fungsi ginjalnya. Ikuti saran dokter dan lakukan
langkah-langkah untuk menjaga kondisi Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar